Pada tanggal 20 Juni 2017, Tech in Asia Indonesia menerima informasi kalau e-commerce tanah air Alfacart telah memutuskan untuk mengubah model bisnis mereka. Situs jual beli online milik jaringan ritel Alfamart tersebut tidak lagi akan mengusung model bisnis marketplace, dan hanya akan fokus pada produk kebutuhan sehari-hari (groceries) yang selama ini dijual di Alfamart.
CMO Alfacart Haryo Suryo Putro juga telah mengonfirmasi hal itu kepada Tech in Asia Indonesia di hari yang sama. Namun Haryo enggan untuk menjelaskan dampak dari perubahan tersebut, seperti perubahan posisi pimpinan atau pengurangan karyawan. “Detailnya nanti akan kami sampaikan secara resmi,” ujarnya. Yang dikeluarkan sekitar lima puluh persen, berarti sekitar seratus orang. Kebanyakan berasal dari posisi non tech. Untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap, saya pun menemui beberapa sumber yang mengetahui hal sebenarnya yang terjadi. Menurut mereka, informasi tersebut disampaikan secara mendadak kepada para karyawan, lewat sebuah acara town hall (sejenis sharing session-red). “Email baru dikirim pukul 08.00 WIB, yang memberitahukan kalau akan diadakan town hall pukul 09.00 WIB,” ujar seorang sumber kami yang tidak ingin disebutkan namanya. Untuk menjaga identitas sumber tersebut, saya akan menyebutnya Dani. Menurut Dani, pada acara tersebut Alfacart memang mengumumkan rencana perubahan model bisnis. Namun efek sampingnya, akan ada pemberhentian karyawan di hari tersebut. “Yang dikeluarkan sekitar lima puluh persen, berarti sekitar seratus orang. Kebanyakan berasal dari posisi non tech,” ujar Dani. Dani menambahkan, pemecatan tersebut ternyata juga menimpa para pimpinan mereka. Semua c-level, mulai dari CEO Catherine Hindra Sutjahyo hingga CMO Haryo Suryo Putro, harus meninggalkan Alfacart. Belum diketahui siapa yang akan menempati posisi tersebut selepas mereka pergi. Menurut Dani, proses pemecatan tersebut pun seperti eksekusi. Karyawan yang dipertahankan dipanggil satu persatu untuk keluar ruangan. Sedangkan karyawan yang tersisa di dalam ruangan, adalah karyawan yang diputuskan untuk dipecat. Di hari itu, para karyawan pun diminta pulang lebih cepat dari biasanya. Dani sendiri menyayangkan mengapa keputusan ini tidak melibatkan para pimpinan tim atau para karyawan berprestasi. Menurutnya, mereka seharusnya dilibatkan untuk menentukan siapa yang akan dipecat atau dipertahankan. Untungnya, para karyawan yang dipecat telah mendapat Tunjangan Hari Raya (THR), dan akan mendapat uang pesangon sebesar dua kali gaji. Pemecatan ini ternyata bukan yang pertama terjadi di Alfacart. Menurut Dani, jajaran pimpinan juga sempat memberhentikan sekitar delapan puluh karyawan pada bulan Maret 2017. Hal tersebut mereka lakukan dengan alasan efisiensi. “Pada saat itu, CEO Alfacart (Catherine Hindra Sutjahyo) berjanji kalau ke depannya kejadian serupa tidak akan terjadi lagi,” kenang Dani. Dani juga menyebutkan kalau alasan dari keputusan ini tidak disebutkan dalam acara town hall. Sumber lain menyebutkan kalau pemberhentian karyawan ini merupakan keputusan Alfamart, bukan karena performa buruk dari Alfacart. Kami telah menghubungi Alfacart terkait artikel ini, namun mereka belum memberikan tanggapan. (Diedit oleh Pradipta Nugrahanto; Sumber gambar: Rappler) Sumber: https://id.techinasia.com/ubah-model-bisnis-alfacart-pecat-ceo-dan-ratusan-karyawan
1 Comment
|
News Archives
August 2021
News CategoriesAll Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum |