Budi Satria Isman
  • About
  • Tanya Bisnis
  • Blog
  • Training & Workshop
  • News
  • Contact
  • Member Only
  • About
  • Tanya Bisnis
  • Blog
  • Training & Workshop
  • News
  • Contact
  • Member Only
Search by typing & pressing enter

YOUR CART

Everything You Experience Today Is The Result Of Choices You Have Made In The Past

22/7/2015 0 Comments

Lebaran Prihatin, Omzet Usaha Turun 50%

Kamis, 16/07/2015
Jakarta – Meski secara kumulatif selama periode Januari-Juni 2015 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 4,35 miliar, sejumlah pedagang mengeluhkan penurunan omzet penjualan hingga 50%. Ini menunjukkan dampak perlambatan ekonomi Indonesia saat ini juga dirasakan oleh pelaku usaha kecil. Bahkan momen Lebaran yang biasanya menjadi ajang meraup keuntungan besar justru tahun ini sebaliknya.
NERACA
Hal ini dialami para pedagang kue kering seperti nastar. Penjualan kue di bulan ramadhan saat ini jauh lebih sepi ketimbang beberapa tahun sebelumnya. Dampak penurunan omzet perdagangan mereka rata-rata merosot 40%-50%.

Seperti Hasan Soleh, pedagang kue kering di Blok 5, Pasar Senen Jaya, Jakarta, mengaku pendapatan tahun ini merosot tajam. "Jauh merosot, nggak tahu mungkin karena liburan sekolah, secara ekonomi kita juga lagi lesu, kemampuan membeli menurun karena kan apa-apa mahal, bahan pokok mahal," ujarnya kepada Neraca, pekan ini.

Menurut dia, biasanya sebulan sebelum lebaran atau awal memasuki ramadhan, permintaan sudah tinggi. Tahun ini berbeda, hingga seminggu menjelang lebaran, kue yang terjual sangat sedikit."Kira-kira 30-40% turunnya, dulu sebulan sebelum lebaran saja sudah ramai, sekarang masih sepi. Tahun kemarin kita itu sampai nggak sempet duduk, sekarang malah kebanyakan duduk," tutur dia.

Baca juga: Menko Pastikan Bunga KUR Turun Mulai Juli 2015

Selain nastar, Hasan juga menjual berbagai jenis kue kering lainnya seperti kacang mete, pilus, bagelen, kastengel, keripik singkong, dan lain-lain. Harga yang dibanderol pun bervariasi mulai dari Rp 90.000-Rp 100.000 untuk satu paket berisi 6 toples. Ada juga yang dijual kiloan seperti kacang mete, harganya Rp 150.000 per kg.

Dia berharap, ekonomi Indonesia bisa segera pulih sehingga daya beli masyarakat naik dan pedagang bisa diuntungkan. "Harapan ekonomi lebih baik secara global, kalau kemampuan beli besar maka akan lebih banyak beli, kita juga dagangnya enak," ujarnya.

Baca juga: Jumlah Pemudik Diduga Turun - PENJUALAN MOBIL 2015 DIPREDIKSI MENURUN

Kondisi serupa juga dirasakan oleh pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang, Jakarta, yang mengeluhkan penurunan omzet dagangan akibat lesunya perekonomian pada Ramadan tahun ini.Meski jumlah pengunjung yang datang ke Pasar Grosir Tekstil terbesar di Asia Tenggara itu cukup ramai, kebanyakan mereka mengurangi jumlah pembelian atau sekadar melihat-lihat saja.

Seperti yang dialami‎ Murni, pedagang pakaian renang di lantai satu Blok B tersebut mengaku omzetnya sudah turun 50% karena lesunya perekonomian Indonesia. ‎"Kondisi perdagangan tahun ini benar-benar parah, saya hampir kehilangan setengah dari omzet tahun lalu. Pembeli jauh lebih berhemat dengan situasi serba sulit seperti ini, apalagi kebutuhan untuk makanan sehari-hari sangat tinggi di bulan puasa ini," ujarnya.

Baca juga: Harga BBM Diminta Tidak Naik Hingga Lebaran

Menurut dia, ramadhan kali ini berdekatan dengan musim tahun ajaran baru bagi anak sekolah, dan hal ini membuat masyarakat semakin selektif membelanjakan uangnya. ‎Hal senada juga diungkapkan oleh Dafrul, pedagang pakaian gamis yang memiliki toko di Lantai LG Blok F Pasar Tanah Abang. Dia mengaku terpaksa mengurangi karyawan di tokonya karena keuntungan yang didapat berkurang lebih dari 60% pada tahun ini.

Daya Beli Melemah

Dari gambaran tersebut, Mendekati hari raya Idul Fitri, perekonomian nasional mengalami pelambatan pertumbuhan. Aktivitas perdagangan di pasar-pasar yang biasanya sangat ramai, saat ini cenderung tidak seperti beberapa tahun sebelumnya.

Baca juga: Harga Naik, Optimisme Publik Turun - INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN MENURUN

Hal ini karena daya beli masyarakat yang cenderung melemah. Kita juga melihat fenomena stok barang milik para pabrikan, agen, dan pedagang yang menumpuk digudang. Fenomena pemutusanhubungan kerja (PHK) sudah mulai terlihat.

“Daya beli masyarakat sudah melemah. Terbukti penjualan di Pusat Grosir Jakarta (Tanah Abang) mengalami penurunan. Tidak itu saja, pengusaha Batik di Pekalongan pun banyak mengeluh jika Lebaran kali ini orderan batik menurun drastis,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Harapan Masyarakat Indonesia (PAHMI) Muhyat AS di Jakarta, Minggu (12/7).

Baca juga: Perlu Kepastian Hukum Persaingan Usaha Migas

Melemahnya kinerja sektor riil tersebut, menurut dia, membuat pengusaha sulit untuk bertahan. Tidak heran jika kalangan pengusaha banyak yang merencanakan untuk melakukan PHK terhadap karyawannya.

“PHK yang hari ini sudah ada didepan mata inilah yang perlu kita hindari. Jika ada banyak PHK nanti akan berdampak kepada banyak pengangguran dan makin memperlemah kondisi perekonomian bangsa karena beban yang harus ditanggung pemerintah justru akan semakin berat karena dampak dari banyaknya korban PHK,” ujarnya.

Baca juga: KPPU Hukum Denda 17 Pelaku Usaha Elpiji

Muhyat melihat PHK itu nanti bisa diminimalisir dengan cara pemerintah membantu perputaran uang di dalam negeri bisa lebih besar karena itu pasti berdampak terhadap penyerapan anggaran yang lebih cepat.

“Coba kalau pak Presiden Jokowi mau menginstruksikan kepada BUMN dan Kadin sering melakukan pasar rakyat murah. Saya rasa itu sebagai salah satu solusi menghadapi melemahnya perekonomian dengan mensinergikan sektor makro dan sektor mikro,” ujarnya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2015 mengantungi surplus sebesar US$477 juta, karena kinerja ekspor mencapai US$13,44 miliar dan impor sebesar US$12,96 miliar.

Baca juga: Perpanjangan Izin Usaha Freeport Digugat ke PTUN

Secara kumulatif, untuk periode Januari-Juni 2015, neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$4,35 miliar. Dimana kinerja ekspor pada periode tersebut tercatat sebesar US$78,29 miliar dan impor tercatat sebesar US$73,93 miliar.

Untuk kinerja ekspor, pada Juni tercatat sebesar US$13,44 miliar yang mengalami kenaikan sebesar 5,91% jika dibandingkan dengan Mei 2015 lalu yang tercatat US$12,69 miliar. Ekspor nonmigas pada Juni 2015 mencapai US$11,98 miliar, naik sebesar 5,87% jika dibandingkan dengan Mei lalu yang sebesar U$11,31 miliar. Sementara jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 lalu, mengalami penurunan 5,06% yang tercatat U$12,62 miliar.

Baca juga: BI Rate Turun, Sinyal Positif Bagi Sektor Riil

Bank Indonesia (BI) mencatat, realisasi uang tunai yang keluar menjelang Lebaran 2015 sekitar Rp 125 triliun, naik tipis dari tahun lalu yang senilai Rp 124 triliun. Padahal, "Biasa setiap tahun naik 11% bahkan pernah 14%," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara kepada pers, Selasa (14/7).

Indikasi pelemahan ini sebenarnya sudah terlihat sejak awal dari penurunan tingkat keyakinan konsumen. Data BI memperlihatkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2015 sebesar 111,3 poin atau turun 1,5 poin ketimbang bulan sebelumnya. Pelemahan ini sejalan dengan penurunan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masing-masing turun 2,3 poin dan 0,5 poin dari posisi di bulan lalu.

Baca juga: Dunia Usaha Masih Keluhkan Kebijakan Pemerintah - Perizinan Terpadu Belum Cukup Mengurangi Beban Pelaku Bisnis

Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang juga merosot. Itu tecermin dari IEK yang pada Juni 2015 tercatat 122,4 atau turun 0,5 poin dari IEK di bulan sebelumnya, yaitu 122,9. Konsumen tampaknya masih khawatir kondisi ekonomi domestik enam bulan ke depan belum membaik.

Apalagi lebaran sudah di depan mata. Selain predikat perhelatan keagamaan dan sosial, ritual tahunan itu juga membawa dimensi ekonomi; inilah masa puncak belanja masyarakat dan bak suntikan stimulus penggerak ekonomi Indonesia. Bahkan tahun ini peran belanja lebaran amat krusial bagi ekonomi Indonesia. bari/mohar/fba


http://www.neraca.co.id/article/56441/lebaran-prihatin-omzet-usaha-turun-50-meski-neraca-perdagangan-indonesia-surplus
0 Comments



Leave a Reply.

    News Archives

    August 2021
    January 2018
    December 2017
    November 2017
    October 2017
    September 2017
    August 2017
    July 2017
    June 2017
    May 2017
    April 2017
    October 2016
    September 2016
    August 2016
    February 2016
    January 2016
    December 2015
    November 2015
    October 2015
    September 2015
    August 2015
    July 2015

    News Categories

    All Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum

    RSS Feed

    Picture
    try sociocaster