26/10/2015 0 Comments Desa adalah Masa Depan Indonesia![]() KOMPAS.com - Hingga kini, desa adalah masa depan Indonesia. Pasalnya, sebagaimana disampaikan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Menteri Desa PDTT) Marwan Jafar, desa memegang prospek besar bagi kedaulatan masional di masa depan. Desa menjadi kunci menuju Indonesia yang berdaulat di bidang pangan dan energi,” ujar ujar Menteri Desa PDTT Marwan Jafar dalam Seminar Nasional di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, pada Rabu (21/10/2015). Tak hanya itu, potensi pengembangan pertanian di desa jauh lebih besar dibandingkan wilayah perkotaan. Lahan pertanian dan sumber daya manusia mayoritas berada di desa. “Komoditas pertanian yang dihasilkan oleh desa merupakan sumber bahan baku utama dalam industri pengolahan makanan dan energi baru ramah lingkungan. Misalnya pengembangan saripati singkong menjadi ethanol, minyak kelapa sawit sebagai bahan baku biofuel, dan lain-lain,” jelasnya.
Dengan memahami besarnya potensi desa ini, lanjut Marwan, akan terlihat secara jelas bahwa desa memegang peran penting bagi kemajuan bangsa Indonesia, khususnya di bidang pangan dan energi. Namun, dia mengakui bahwa hingga saat ini desa masih menghadapi banyak permasalahan yang mengancam perkembangan pertanian. Permasalahan itu di antaranya ketersediaan lahan sawah, lahan kering, dan lahan pertanian yang relatif tetap dan bahkan berkurang karena ada konversi lahan terbangun untuk permukiman perkotaan. Dalam rentang 2003-2012, perkembangan lahan pertanian sekitar 25 juta hektare. Masalah lainnya adalah terkait tingkat pertumbuhan penduduk yang timpang antara kota dan desa. Pertumbuhan penduduk perkotaan mencapai 2,18 persen per tahun, lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata nasional sebesar 1 persen per tahun. Sedangkan, pertumbuhan penduduk di perdesaan menurun sebesar 0,64 persen. Data menunjukkan bahwa angka urbanisasi penduduk desa ke kota cenderung meningkat. Angka urbanisasi yang tinggi tentu semakin mengurangi angka angkatan kerja di desa dan berkurangnya angkatan kerja di desa tentu semakin mengurangi angka produktivitas hasil pertanian, mengingat 83 persen penduduk desa bekerja sebagai petani. “Selain itu, desa juga mengalami keterbatasan dalam penyediaan sarana prasarana produksi, teknologi pertanian, dan keterampilan petani di desa,” kata Marwan. Melihat peluang dan tantangan ini, Marwan mengingatkan bahwa pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla sudah menetapkan paradigma pembangunan desa, yakni dari Membangun Desa menjadi Desa Membangun. Ini merupakan cara pandang pembangunan yang menempatkan desa dan masyarakat desa sebagai titik sentral pembangunan. Misalnya, jika dusun/kampung maju, secara otomatis desa/daerah itu juga akan maju. Kemudian, jika daerah maju, hal itu berpengaruh terhadap kemajuan provinsi. Begitupun jika provinsi pembangunanya maju, praktis Indonesia menjadi negara maju. Setidaknya ada tiga tantangan berat dalam menjalankan konsep Desa Membangun Indonesia. Ketiga hal itu adalah desa belum menjadi daya tarik bagi penduduk, tingginya urbanisasi karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di desa, dan masih tingginya jumlah keluarga petani miskin di desa. Catatan menunjukkan, pada 2010, 52,03 persen penduduk tinggal di perkotaan dan 48 persen penduduk tinggal di perdesaan. Jika kecenderungan ini terus terjadi, diprediksi dalam lima dekade (1970-2020) penduduk perkotaan bertambah enam kali lipat dan sebaliknya penduduk perdesaan berkurang tiga kali lipat. Peningkatan jumlah penduduk di perkotaan menunjukkan bahwa kota masih menjadi wilayah yang sangat menarik bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. “Kondisi desa yang masih memiliki keterbatasan dalam menyediakan lapangan kerja dan keterbatasan sarana dan prasarana menjadikan masyarakat desa berbondong-bondong menuju ke kota,” lanjutnya. Tingginya urbanisasi karena minimnya ketersediaan lapangan pekerjaan di desa. Hal ini menunjukan bahwa kecenderungan masyarakat ingin bekerja di perkotaan dibandingkan di perdesaan karena lapangan kerja di perdesaan terbatas. Adapun masalah tingginya jumlah keluarga petani miskin di desa bisa ditelisik dengan data bahwa jumlah keluarga petani miskin secara nasional sebanyak 3.770.740 kepala keluarga (KK). Yang paling tinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat dengan Jumlah 680.942 keluarga. Sedangkan, keluarga miskin paling sedikit adalah di Provinsi Papua Barat sebanyak 4.467 Keluarga. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/23/130407826/Desa.adalah.Masa.Depan.Indonesia?page=2
0 Comments
Leave a Reply. |
News Archives
August 2021
News CategoriesAll Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum |