KOMPAS.com - Mendiang Presiden Kennedy pernah mengatakan, hati-hati menggunakan kata Crisis. Dan kata itu kembali menguat di akhir tahun ini, tatkala lembaga riset Forrester mengeluarkan outlook bisnis tahun 2018. Salah satu poin pentingnya, akan terjadinya digital crisis di tahun 2018.
Ini menjadi penting untuk anda yang tengah merumuskan visi 2018, sebab ekonomi digital benar-benar telah merasuki hampir seluruh kehidupan manusia. Dan bagi Forrester, digitalisasi bukanlah sebuah elective surgery,melainkan mandatory. Sementara 60 persen CEO merasa mereka sangat tertinggal. Di tanah air, bahkan lebih dari 80 persen CEO dan pengusaha lama merasa masih menjadi pemula (beginners) yang gaptek. Dan celakanya itu dialami perusahaan-perusahaan yang menjadi bintang bagi generasi X dan di atasnya. Merek-merek besar yang selalu unggul dan menguasai pasar dengan jaringan distribusi yang selama ini solid, tetapi serba manual dan eye-contact. Namun kalau kita mau kembali ke peringatan Kennedy, maka kata crises tidak boleh dibaca linear sebagai “keadaan yang berbahaya”, melainkan “ada kesempatan dalam bahaya.” Kemana hilangnya kapal-kapal layar? Supaya jelas kemana arah transformasi yang perlu dipersiapkan para pelaku usaha di tahun 2018, saya ajak anda membuka sedikit catatan sejarah ke belakang. Ya, ini soal kapal-kapal layar yang lenyap di era revolusi industri. Anda mungkin masih ingat gambar di buku-buku sejarah yang mengesankan perdagangan global dengan kemunculan ribuan kapal layar pengangkut segala barang, termasuk rempah-rempah. Kapal layar pernah berjaya merajut kesatuan nusantara dan penghubung perdagangan dunia. Entah itu kapal Pinisi, atau kapal VOC. Kapal-kapal layar itu hilang sejalan dengan munculnya mesin uap. Bagi kaum muda saat itu, mesin uap adalah opportunity untuk mengganti pemain-pemain lama yang enggan berubah. Namun bagi pengusaha lama, mesin uap adalah bahaya. Maka yang terjadi, mereka memang mengambil jalan transformasi, tetapi separoh hati. Ya, alih-alih melakukan transformasi yang penuh, para pemilik kapal hanya tergoda membeli mesin dan memasangnya di lambung kapal. Di atasnya tetap layar yang ditiup angin, namun di bawahnya ada mesin yang bisa memicu kecepatan. Sementara kapal-kapal baru bermunculan yang didesain tanpa layar sama sekali. Ukuran kapal pun berubah. Jumlah muatan yang diangkat terus diperbesar. Dan dermaga-dermaga baru di manca negara terus dibangun menyesuaikan diri dengan bentuk kapal-kapal baru. Kedalaman laut di tepian dermaga juga diperdalam karena bobot kapal lebih besar. Sementara di sini, dermaga-dermaga kita hingga tahun 2000 masih sama dengan keadaan 30-40 tahun sebelumnya. Pemilik kapal-kapal mesin baru itu adalah pengusaha-pengusaha baru. Sementara mesin-mesin kapal dibeli oleh para pemilik kapal layar yang masih menggunakan angin sebagai kekuatan dengan dimensi kapal yang tak berubah. Begitu terusan Suez dan terusan Panama dibuka, kapal-kapal layar perlahan-lahan mulai berguguran. Para pemiliknya bergumam, “Kami mati karena daya beli menurun, orang tak lagi melakukan perdagangan karena resesi ekonomi.” Padahal pemilik barang memilih berdagang dengan kapal-kapal baru yang jauh lebih cepat, dan biayanya jauh lebih murah. Kapal uap mulai dikenal pada tahun 1813. Menurut catatan Gale & Aarons (2017), kapal-kapal layar itu mulai kehilangan pasar pada tahun 1849 setelah dibangun terusan Panama yang membutuhkan kapal yang dimensinya lebih besar. Kecepatannya lebih tinggi dan daya angkut yang lebih, menyambut dunia yang lebih terbuka. Transformasi separoh hati Kisah tentang kapal-kapal layar yang dipasangi mesin-mesin uap itu kini tengah kita hadapi dalam perekonomian Indonesia. Khususnya ketika kita tengah memasuki perdagangan digital yang sangat disruptif. Perusahaan-perusahaan berlomba membeli teknologi dan menguasainya, tetapi bentuk kapalnya tetap sama. Demikian pulaleadership, business capabilities, customer engagement, mindsetpegawai dan corporate culture-nya. Semua masih hidup di atas “kapal layar,” yang kini diberi “mesin uap” (teknologi). Perusahaan-perusahaan demikian seperti tengah berkelahi melawan fakta-fakta baru bahwa bisnis mereka tengah berada dalam ancaman kematian. Semakin dekat kita memasuki perdagangan digital, maka semakin besar desakan kematian itu. Tengok saja saat manusia mulai mengeksplorasi dunia digital 50 tahun lalu, rata-rata perusahaan terkemuka di dunia bisa bertahan lebih dari 50 tahun dalam daftar Fortune 500. Tetapi kini, di tahun 2018 diperkirakan mereka hanya bisa ada dalam daftar itu sekitar 15 tahun saja. Raksasa-raksasa yang branded dan innovative itu begitu cepat digantikan pemain-pemain baru yang rata-rata CEOnya jauh lebih muda dan perusahan-perusahaannya sama sekali tidak dikenal di masa lalu. Mau berlindung pada pemerintah lewat aturan-aturan lama ternyata juga tak bisa karena netizen berkata lain lewat customer enggagementyang lebih intim. Mengapa raksasa-raksasa itu berguguran? Jawabannya adalah transformasi yang mereka lakukan benar-benar separuh hati, mereka membeli teknologi sekedar ikut-ikutan. Orang-orang lama tidak dilatih ulang, cara berpikirnya tidak diperbaiki, supply-chain management-nya tetap sama, sehingga cost structure-nya tidak berubah. Sepenuh hati Maka di tahun 2018, menurut catatan saya, akan bertambah banyak perusahaan-perusahaan besar lama, lintas kategori, yang akan semakin tegang memandang perubahan ini dan menyalahkan keadaan. Apakah itu sektor keuangan, industri pengolahan, perdagangan dan retail, media, transportasi, farmasi, hospital, otomotif, dan masih banyak lagi yang akan memasuki masa-masa yang sulit. Saya tentu tak bermaksud menakut-nakuti, melainkan menuntut perhatian agar eksekutif lebih berani mengambil langkah-langkah yang lebih mendasar. Ibarat kapal layar yang telah memberi kesempatan ekonomi yang besar di masa lalu, maka kehadiran mesin uap di awal abad 18 perlu disambut dengan kapal yang benar-benar baru, baik bentuk, dimensi, dan cara-cara kerja baru. Demikian pula kehadiran teknologi digital di abad 21, tak dapat dihadapi semata-mata dengan menambah kapabilitas teknis. Harap diingat, 75 persen software-software baru yang powerful yang dibeli perusahaan dalam lima tahun belakangan ini pun kurang berhasil mengantarkan kemajuan perusahaan. Masalahnya, perusahaan hanya mengandalkan orang-orang IT saja untuk menginstalasi software, sementara cara berpikir dan leadership capabilities manajemen tidak berubah. Hanya dengan transformasi “sepenuh hati” perusahaan-perusahaan Indonesia bisa berlayar lebih cepat. Untuk itu, cara para pemimpin dan pengamat ekonomi dalam mengkontekstualisasi dunia ini, pun harus berubah. Sebab mereka juga mengantarkan cara berpikir para CEO dan pemimpin. Selamat berselancar dalam gelombang besar perubahan yang penuh kesempatan, bagi mereka yang sepenuh hati. Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/12/28/070000926/arah-tranformasi-dan-digital-crisis-2018
103 Comments
JAKARTA, KOMPAS.com - Pada kuartal III 2017, PT Astra International Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 14,184 atau meningkat 26 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 11,277 triliun.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Prijono Sugiarto mengatakan, pihaknya optimis kinerja perseroan akan terus positif seiring dengan penguatan harga komoditas. "Prospek kinerja hingga akhir tahun ini diperkirakan tetap positif karena penguatan harga komoditas yang terus berlanjut, meskipun ada tantangan dari peningkatan kompetisi di pasar mobil serta bertambahnya provisi kredit pada beberapa aktivitas grup jasa keuangan," ujar Prijono melalui keterangan resmi, Selasa (31/10/2017). Peningkatan laba bersih tersebut ditopang oleh pendapatan bersih konsolidasi grup pada kuartal III 2017 yang meningkat 14 persen menjadi Rp 150,2 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 132,2 triliun. Lini bisnis perseroan yang mendukung kinerja perseroan berdasarkan segmen bisnis, terdiri dari bisnis otomotif yang membukukan peningkatan laba bersih 10 persen menjadi Rp 6,6 triliun, meskipun terjadi peningkatan tekanan pemberian diskon di pasar mobil. Kemudian, laba bersih dari bisnis jasa keuangan naik 42 persen menjadi Rp 2,9 triliun, sebagian besar karena keuntungan yang kembali dihasilkan oleh PT Bank Permata Tbk. Selain itu, lanjut Prijono, dari segmen bisnis alat berat dan pertambangan juga meningkat sebesar 80 persen menjadi Rp 3,4 trilliun. Kemudian dari segmen agribisnis, mencatatkan laba bersih meningkat sebesar 23 persen menjadi Rp 1,1 trilliun. Bisnis properti juga mengalami peningkatan laba sebesar 15 persen menjadi Rp 97 miliar. Sementara laba bersih dari segmen teknologi informasi tercatat stabil sebesar Rp 105 miliar. Dari segmen bisnis infrastruktur dan logistik, Prijono mengatakan, perseroan mencatat kerugian bersih sebesar Rp 66 miliar, dibandingkan dengan laba bersih sebesar Rp 213 miliar pada periode sama tahun lalu. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kerugian awal dari ruas jalan tol baru Cikopo-Palimanan. Penulis: Pramdia Arhando Julianto Editor: Bambang Priyo Jatmiko Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/11/01/053533426/kuartal-iii-2017-astra-international-bukukan-laba-bersih-rp-142-triliun JAKARTA, KOMPAS.com - PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) memastikan akan menghentikan secara total operasional toko ritelDebenhams di Indonesia pada akhir tahun 2017.
Hal ini dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi usaha perseroan menyusul tinjauan strategis pada bulan Juni 2017 lalu. Sebelumnya, MAP juga mengumumkan rencana untuk menghentikan operasional Lotus Department Store pada akhir bulan Oktober 2017. Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati mengatakan, bisnis MAP kedepan akan fokus pada gerai department store yang lain, yakni SOGO, SEIBU, dan Galeries Lafayette. “Di berbagai belahan dunia, generasi millenials telah menjauh dari department store, dan mereka lebih memilih untuk belanja di toko-toko khusus. Tak terkecuali di Indonesia,” kata Fetty melalui keterangan resmi, Kamis (26/10/2017). Menurutnya, keputusan untuk menutup toko ini dilakukan setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel global secara hati-hati. Melalui penutupan ini, Fetty mengatakan, pihaknya juga akan lebih banyak berinvestasi pada lini bisnis lain, seperti toko-toko bermerk seperti Adidas, Converse, serta Payless. Hingga lini bisnis yang bergerak di sektor makanan dan minuman, seperti Starbucks, Domino’s Pizza, maupun Burger King. Kendati demikian, guna mengikuti perkembangan e-commerce di Indonesia, pihaknya berupaya menyesuaikan perkembangan tersebut dengan terjun kepada bisnis digital. “Menanggapi fenomena ini, MAP telah merilis gerai online yang diberi nama MAPeMall. Secara intens, kami akan mengembangkan bisnis O2O (Online to offline) kami sebagai bagian dari visi perusahaan untuk menjadi peritel omni-channel terdepan di Asia,” ungkap Fetty. Penulis: Pramdia Arhando Julianto Editor: Bambang Priyo Jatmiko Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/26/135957226/akhir-tahun-map-pastikan-tutup-gerai-ritel-debenhams JAKARTA, KOMPAS.com - Pengunjung pusat perbelanjaan Lotus hari ini terpaksa tutup lebih cepat. Pihak management Lotus mengumumkan jam tutup pusat perbelanjaan hari ini melalui selembar pengumuman yang ditempel di depan pintu masuk.
"Pemberitahuan, kepada seluruh pelanggan Lotus dept. store, pada hari ini Lotus tutup jam 19.00," demikian isi pengumuman seperti dikutip Kompas.com, Rabu (25/10/2017). Pintu-pintu gulung pusat perbelanjaan tersebut telah tertutup. Namun hingga pukul 20.45 WIB, satu pintu keluar masih terbuka. "Ini masih banyak pengunjung yang di dalem buat antre bayar," kata seorang petugas yang berjaga di pintu keluar Lotus. Ia mengatakan, hari ini Lotus sengaja ditutup lebih cepat karena kondisi barang-barang dagangan di dalam pusat perbelanjaan telah porak poranda. "Di dalem udah berantakan, udah semrawut. Jadi enggak memungkinkan dibuka lebih malam," sebutnya. Meski demikian awak media tak diizinkan memasuki gedung mal yang berada di gedung Djakarta Theater XXI, Thamrin, Jakarta Pusat tersebut. "Lotus masih buka sampai tanggal 31 Oktober (2017) tapi jam buka tutupnya belum pasti. Kalau enggak molor besok buka jam 12.00 WIB, kalau tutupnya belum tau," kata dia. Suasana rusuhnya pengunjung dengan barang-barang yang sudah berantakan salah satunya terekam dalam video yang diunggah akun Instagram @anggayana14, kemudian diunggah ulang oleh akun @jktinfo. Lotus akan berhenti beroperasi per 31 Oktober 2017. Seperti umumnya ritel yang ingin gulung tikar, manajemen Lotus pun memberikan diskon besar-besaran untuk seluruh produk jualannya, mulai dari baju, celana, tas, sepatu, hingga kosmetik. Besar diskonnya hingga 80 persen. Penulis: Sherly Puspita Editor: Dian MaharaniSumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/25/21483971/pengunjung-membeludak-dan-rusuh-lotus-thamrin-tutup-lebih-awal BATAM, KOMPAS.com - Lion Air Group menyatakan bakal terus melakukan ekspansi bisnis dengan menambah rute-rute penerbangan domestik maupun internasional. Selain itu, Lion Air Group juga bakal menambah jajaran armada pesawat yang dimilikinya.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyatakan, pihaknya berencana memesan 1.000 unit pesawat baru. Adapun jumlah pesawat yang sudah masuk tahap pemesanan mencapai 824 unit pesawat. "Yang sudah diterima 272 pesawat. Itu belum ada separuhnya," kata Edward pada acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Perumahan Lion Residence di Nongsa, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (12/10/2017). Terkait penggunaan pesawat, Edward mengingatkan bahwa luas wilayah Indonesia sangatlah luas. Indonesia mencakup sekitar 5.000 mil dan 17.000 pulau. Dengan luas wilayah yang begitu besar dan berupa kepulauan, maka konektivitas tidak bisa dipenuhi dengan moda transportasi darat. Edward menuturkan, satu-satunya moda yang bisa menyambungkan pulau-pulau di Indonesia dengan mudah adalah moda transportasi udara. "Kita tidak bisa membangun rel kereta api dari Sabang sampai Merauke, tetapi bangun bandara 1 sampai 2 tahun selesai," ungkap Edward. Edward menyatakan, pemesanan pesawat-pesawat tersebut diperkirakan bakal selesai dikirim pada tahun 2031 mendatang. Pada bulan ini, imbuh dia, Lion Air Group akan kembali menandatangani kesepahaman pemesanan pesawat. Soal dana untuk biaya pemesanan pesawat tersebut, Edward mengaku hampir 90 persen pendanaan berasal dari pihak asing. Ia menyebut beberapa bank seperti BNP Paribas, ADB, dan Export-Import Bank of the United States (EXIM US). Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/12/130704226/lion-air-group-berencana-datangkan-1000-pesawat-baru KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan cara masyarakat membelanjakan uangnya benar adanya. Tren belanja masyarakat secara online semakin meningkat. Konsumen juga semakin besar menghabiskan uangnya untuk kebutuhan yang terkait dengan kesenangan.
Berdasarkan riset Nielsen, pengeluaran masyarakat saat ini fokus pada tiga hal, yaitu makanan, pendidikan, serta kenyamanan dan gaya hidup (leisure dan lifestyle). Bahkan, pola tersebut terjadi pada seluruh kelompok masyarakat, baik masyarakat kelas, kelas menengah, maupun kelas bawah. Secara rata-rata, pengeluaran untuk makanan pada tahun ini berkontribusi 24% terhadap total belanja, naik dari tahun lalu 23%. Pada periode yang sama, porsi belanja pendidikan naik dari 7% menjadi 10%, dan belanja gaya hidup naik dari 9% menjadi 10%.Pada saat bersamaan, pengeluaran untuk barang pokok bulanan menurun dari 12% menjadi 11%. Cara belanja di ritel ini juga mulai berubah. Seiring banyaknya promosi di minimarket, konsumen semakin enggan berbelanja ke hipermarket maupun toko-toko biasa. Selain itu, data Nielsen juga menunjukkan bahwa 38% pengguna internet yang disurvei merupakan pembeli online shop. Mereka mencatat pada tahun lalu transaksi belanja online di Indonesia mencapai Rp 74 triliun. Dari jumlah itu, lebih dari separuhnya untuk kebutuhan gaya hidup, yakni produk elektronik seperti gadget dan perjalanan. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah menyadari perubahan pola belanja konsumen. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang belakangan ini dikeluarkan untuk membantu pebisnis memanfaatkan perubahan pola konsumsi masyarakat. "Perpres Percepatan Kemudahan Usaha yang diumumkan akhir Agustus lalu sebenarnya sudah bisa meng-adress masalah itu," kata Iskandar kepada KONTAN, Jumat (13/10). Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit sependapat, ada perubahan pola konsumsi. Namun, pada saat bersamaan daya beli konsumen melemah. "Ini akibat penurunan lapangan pekerjaan," ujar Anton. Peran swasta & insentif Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Caranya, iklim investasi harus ditingkatkan lagi. Pemerintah juga harus memberikan ruang bagi kalangan swasta dalam proyek infrastruktur. Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, industri lifestyle membutuhkan insentif fiskal agar lebih berkembang. Dengan demikian, sektor tersebut semakin besar berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Reporter: Adinda Ade Mustami Editor: Yudho Winarto Sumber: http://nasional.kontan.co.id/news/belanja-gaya-hidup-konsumen-makin-besar JAKARTA, KOMPAS.com - Operator taksi PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) menyatakan berencana menjual sejumlah aset, yakni tanah dan rumah toko (ruko). Selain itu, Express juga menyatakan telah melakukan pemutusan hubungan kerja ( PHK) terhadap 250 orang pegawai.
Hal tersebut diungkapkan operator taksi itu dalam surat jawaban atas pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI). Kompas.com mengutip surat tersebut melalui keterbukaan informasi pada laman BEI, Rabu (4/10/2017). "Perseroan melakukan pengkajian dan pemetaan kebutuhan karyawan dan tidak menutup kemungkinan adanya perubahan atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)," tulis TAXI dalam surat yang ditandatangani oleh Corporate Secretary Megawati Affan. Hingga Juni 2017, jumlah pegawai yang terdampak PHK mencapai 250 orang. TAXI menyebut, pengurangan karyawan ditujukan untuk meningkatkan efektivitas kinerja dan efisiensi biaya. Dalam surat itu, TAXI juga mengemukakan rencana penjualan aset tanah. Proses penjualan hingga saat ini masih berlangsung dan agen properti profesional telah ditunjuk guna membantu proses tersebut. Di samping itu, TAXI juga bakal menjual 136 unit armada taksi. Pun 1 unit bus direncanakan juga bakal dijual. Realisasi dana yang ditargetkan dari penjualan armada tersebut mencapai Rp 2,5 miliar pada periode ini. Adapun pada periode berikutnya, realisasi dana ditargetkan mencapai Rp 3,5 miliar. AdvertismentDana tersebut akan digunakan untuk mengurangi kewajiban atau pembayaran utang jangka panjang perseroan. Dana tersebut juga digunakan untuk menunjang kegiatan usaha dan operasional TAXI. Langkah-langkah tersebut dilakukan sejalan dengan upaya efisiensi. Pasalnya, pendapatan perseroan tercatat merosot. Per Juni 2017, pendapatan TAXI tercatat hanya sebesar Rp 158,73 miliar. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar Rp 374,06 miliar. TAXI menyatakan, capaian pendapatan yang menurun disebabkan rendahnya utilitas atau tingkat perolehan penumpang. Dari 9.700 armada taksi milik Express Group, tingkat perolehan penumpang hanya 45 persen dari sebelumnya 50-55 persen. Menurut pihak TAXI, tingkat utilitas armada taksi mengalami penurunan karena adanya peralihan ke jasa transportasi berbasis aplikasi. Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/04/182038626/pendapatan-merosot-taksi-express-harus-jual-aset-dan-phk-pegawai 28/9/2017 0 Comments Jokowi Akui Biaya Logistik Indonesia Dua Kali Lebih Mahal dari Malaysia dan Singapura.SALATIGA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo meminta model pembiayaan jalan tol Semarang-Solo ditiru untuk diterapkan dalam proyek serupa di tanah air.
Diakui bahwa selama ini bahwa selain pembebasan lahan, salah satu kendala yang dihadapi dalam pembangunan jalan tol adalah masalah pembiayaan yang kerap tidak sejalan dengan percepatan fisik di lapangan. Karena itu diperlukan terobosan yang lebih menguntungkan dan tidak memberatkan keuangan negara, salah satunya dengan cara membentuk konsorsium antara BUMN, swasta, Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah. "Berkali-kali saya sampaikan, kerjakan seperti ini. Tol Bawen-Salatiga, ini dikerjakan oleh konsorsium, BUMN ada Jasa Marga, swastanya ada Astra Infra, kemudian Pemprov Jawa Tengah juga ada PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT). Gabungan konsorsium ini mengerjakan bersama-sama. Dimana-mana kita harapkan seperti itu," kata Jokowi saat meresmikan Jalan Tol Semarang-Solo Seksi III Bawen-Salatiga di Gerbang Tol Salatiga, Senin (25/9/2017) siang. Melalui model konsorsium ini, lanjutnya, tidak hanya mempercepat konstruksi, akan tetapi mengatasi keterbatasan pembiayaan yang kerap ditemui dalam pengerjaan sebuah proyek. AdvertismentTerobosan-terobosan semacam ini menurut Jokowi sangat diperlukan untuk mengatasi ketertinggalan pembanguan infrastruktur di Indonesia yang wilayahnya sangat luas. Sebab akibat infrastruktur yang kurang memadai, harga-harga kebutuhan pokok di Indonesia menjadi lebih mahal dibandingkan dengan negara lainnya. "Biaya logistik kita masih dua kali lipat, lebih mahal dari Singapura dan Malaysia. Sebabnya apa? Karena jalan-jalan bebas hambatan seperti ini belum selesai. Kalau biaya transportasi lebih mahal, maka rakyat harus membayar mahal harga-harga barang," jelasnya. Maka dari itu, pihaknya meminta kepada para kepala daerah, kepala desa atau lurah yang hadir dalam acara tersebut untuk selalu menyampaikan kepada masyarakat tentang manfaat keberadaan jalan tol bagi kesejahteraan masyarakat. Jokowi berjanji pemerintahannya akan mempercepat pembangunan infrastruktur demi kelancaran distribusi logistik. Penulis: Kontributor Ungaran, Syahrul Munir Editor: Bambang Priyo Jatmiko Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/26/064200226/jokowi-akui-biaya-logistik-indonesia-dua-kali-lebih-mahal-dari-malaysia-dan JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri mengatakan, tidak ada kejadian luar biasa yang menyebabkandaya beli masyarakat secara keseluruhan tiba-tiba merosot.
Ia mengatakan, memang benar kenaikan konsumsi masyarakat sedikit melambat menjadi di bawah 5 persen atau persisnya 4,93 persen pada kuartal I 2017, tetapi jauh dari merosot atau turun sebagaimana banyak diberitakan belakangan ini. “Ini ada persoalan semantik semata jadi kalau konsumsi masyarakat sekarang tumbuhnya 4,93 persen dianggap itu lesu padahal masih tumbuh tapi melambat. Berbeda dengan merosot," kata dia di kantor INDEF, Jakarta, Selasa (8/8/2017) Menurut dia, dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan riil konsumsi masyarakat (private consumption) mencapai rata-rata 5 persen. Pertumbuhan nominal konsumsi masyarakat pada kuartal I-2017 masih 8,6 persen. Jadi, baik secara nominal maupun riil, konsumsi masyarakat masih naik. (Baca: Daya Beli Terpuruk, Tetapi Jalan Semakin Macet) Dia berpendapat boleh jadi ada kelompok masyarakat yang memang mengalami penurunan daya beli. Pegawai negeri setidaknya sudah dua tahun tidak menikmati kenaikan gaji sehingga sangat boleh jadi daya belinya turun. Adapun selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, nilai tukar petani menunjukkan kecenderungan menurun. Penurunan paling tajam dialami petani tanaman pangan. Upah riil buruh tani juga turun. Demikian pula upah riil buruh bangunan. Ketiga kelompok itu menurutnya, berada di kelompok masyarakat 40 persen terbawah dalam strata pendapatan (bottom-40). Nilai konsumsi kelompok ini relatif kecil dalam keseluruhan konsumsi masyarakat. Di kelompok ini yang mengalami peningkatan daya beli adalah nelayan tangkap sebagaimana ditunjukkan oleh kenaikan nilai tukar (terms of trade). Strata Masyarakat Faisal melanjutkan, strata masyarakat 40 persen di tengah (mid-40) dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni lower-middle, mid-middle, dan upper-middle. Menurut dia, dinamika setiap kelompok itu berbeda-beda. Pegawai negeri, TNI/Polri, dan pensiunan/purnawirawan mengalami kecenderungan penurunan daya beli karena setidaknya sudah dua tahun tidak menikmati kenaikan gaji atau uang pensiun. Sebaliknya, kelompok professional di berbagai sektor, terutama sektor jasa, sangat boleh jadi menikmati kenaikan upah riil sehingga daya belinya naik. Kelompok kaya (top-20) ada yang mengalami penurunan pendapatan Karena kemerosotan harga komoditas, tetapi ada juga yang menikmati kenaikan pendapatan. “Jadi, paling betul daya beli turun dari bottom-40, atau 40 persen rakyat termiskin, Jadi tidak otomatis nasionalnya turun karena 40 persen ini share-nya 17 persen,” kata dia. Adapun menurutnya masyarakat lower middle juga sudah kena penurunan daya beli gara-gara penyesuaian TDL, “Mereka magnitude-nya besar sekitar 36 persen,” ucapnya, Yang lebih perlu diwaspadai lagi adalah kecenderungan penurunan konsumsi kelompok masyarakat bottom-40, demi alasan keadilan, pemerataan, dan pengentasan penduduk di bawah garis kemiskinan. (Ghina Ghaliya Quddus) Berita ini sudah tayang di KONTAN dengan judul: "Faisal Basri: Daya beli masyarakat tidak melemah" pada Selasa (8/8/2017) Editor: Aprillia Ika Sumber: KONTAN, http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/09/104911026/faisal-basri--daya-beli-masyarakat-tidak-melemah-merosot-atau-turun JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat, tingkat konsumsi rumah tangga tumbuh 4,95 persen pada kuartal II 2017. Jumlah itu lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,07 persen.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suharyanto, bila data pertumbuhan konsumsi dibedah lebih dalam, terdapat indikasi kecenderungan masyarakat kelas menengah atas menahan belanja. "Transaksi debit masih cukup tinggi meskipun melambat, tetapi di sana ada indikasi persentase uang yang ditabung lebih tinggi," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Senin (7/8/2017). BPS menduga, kecenderungan masyarakat kelas menengah atas menahan belanja dipengaruhi faktor psikologis. Terutama masih menunggu dan memperhatikan perkembangan ekonomi global terkini. (Baca: Ekonomi Tumbuh 5,01 Persen, BPS Bantah Konsumsi Turun ) Dihubungi terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani menuturkan, pengusaha merasakan adanya penurunan tingkat konsumsi masyarakat. Hal itu mengacu kepada pertumbuhan sejumlah sektor industri, terutama perdagangan ritel. Meski tetap tumbuh, namun pertumbuhan perdagangan ritel tidak begitu tinggi. "Ya memang ada kecenderungan kelas menengah menahan belanja karena enggak confident makanya dana pihak ketiga (DPK) di banknaik" kata dia. Melihat laporan keuangan sejumlah bank besar, dana pihak ketiga (DPK) memang mengalami kenaikan. Pada semester pertama tahun lalu, DPK BRI naik 12 persen, BNI naik 18,5 persen. DPK Bank Mandiri naik 10 persen, dan DPK BCA tumbuh 16,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. "Sebenarnya daya beli masih ada tetapi mereka (kelas menengah atas) enggak belanja. Sementara masyarakat kelas bawah konsumsinya turun karena berbagai hal," ucap Haryadi. Kompas Bisnis akan membahas ekspor yang menjadi penopang ekonomi di triwulan pertama 2017 dengan ekonom Universitas Indonesia(Kompas TV)Penulis: Yoga Sukmana Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/07/164959426/kelas-menengah-atas-tahan-belanja-tumpuk-dana-di-bank |
News Archives
August 2021
News CategoriesAll Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum |