GARUT, KOMPAS.com - Memiliki usaha kuliner dengan nama Ranjang 69 yang saat ini telah memiliki 14 gerai di 13 kota, tidak membuat pengusaha muda Rizqa Rahman Sidiq dan Rizqi Rahmanul Hakim besar kepala.
Anak muda yang terlahir kembar ini, tetap tak mau sombong dan terus belajar demi kemajuan usahanya dari siapapun. Terutama, dari pengusaha-pengusaha senior. "Saya banyak belajar dari para senior, mereka punya pengalaman yang tidak dimiliki anak muda," jelas Izqa. Ini juga menurut Izqa menjadi rahasia kesuksesannya membangun usaha kuliner di Garut hingga bisa melebar ke banyak daerah. Karena banyak pengusaha muda saat ini merasa jumawa dengan ilmu yang mereka miliki hingga meninggalkan etika dan tata krama hingga usaha yang dijalani sulit maju. "Soal ilmu, anak muda sekarang lebih pintar. Namun, orangtua dan pengusaha senior punya pengalaman, mereka jatuh bangun usaha, ini yang tidak dimiliki pengusaha muda," katanya. Pengusaha muda dari generasi milenial saat ini, menurut Izqa, memang generasi instan. Semua mudah didapat oleh generasi milenial dengan kemajuan teknologi. Namun, ada efek negatif yang tidak disadari oleh generasi milenial yaitu kurangnya menghargai proses. "Generasi sekarang memang generasi instan, semua bisa ada di handphone, bisa cepat dapat informasi apapun," katanya. Generasi milenial saat ini, lebih banyak melihat hasil akhir tanpa mau melihat dan menikmati proses. Melihat orang sukses usaha di satu bidang, lantas ikut usaha tersebut tanpa mau melihat proses yang dialami seorang pengusaha sebelum bisa ada di puncak kesuksesan. "Jadi pengusaha harus kuat mental dan mau menikmati proses, karena proses tidak akan mengkhianati hasil," katanya. Izqa sendiri melihat, wirausaha di kalangan anak muda saat ini memang tengah menjadi tren. Banyak anak muda membuka usaha sendiri. Namun, tidak sedikit yang usahanya tumbang di tengah jalan dan akhirnya kapok. Izqa mengaku, saat ini Ranjang 69 sengaja membuat wadah berupa Forum Diskusi Ranjang yang bisa menjadi tempat sharing anak muda. Ini menurutnya salah satu upaya Ranjang untuk membentengi generasi saat ini dari dampak pengaruh global dari kemajuan teknologi. Ada budaya-budaya timur Indonesia yang harus tetap dipegang teguh oleh generasi milenial, salah satunya adalah soal etika dan tata krama. "Sampai sekarang saya masih suka keliling ke sekolah-sekolah, bertemu guru dan mengajak mereka makan, nanti juga para guru cerita ke murid-muridnya," katanya. Sebagai orang asli Garut, Izqa dan Izqi mengaku saat ini memilih lebih fokus usaha di kampung halaman. Menurutnya, Garut menjadi tanah kelahirannya dan juga jadi tempat kelahiran usahanya harus dijaga sebagai pondasi usaha. "Starbucks aja yang gerainya sudah ada di mana-mana di kampung halamannya sangat kuat, saya masih mencari "intan"-nya Garut, kan Garut Kota Intan," katanya. Izqa mengakui, masa keemasan restoran ramen saat ini telah mulai memudar. Makanya, untuk dapat terus bertahan kunci utamanya adalah terus berinovasi. Saat ini, di Purwokerto Ranjang membangun warung jajanan bukan hanya mie ramen. Penulis: Kontributor Garut, Ari Maulana Karang Editor: Amir SodikinSumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/29/095654626/saran-untuk-generasi-milenial-dari-pengusaha-kembar-hargailah-proses
0 Comments
JAKARTA, KOMPAS.com - PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP) memastikan akan menghentikan secara total operasional toko ritelDebenhams di Indonesia pada akhir tahun 2017.
Hal ini dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi usaha perseroan menyusul tinjauan strategis pada bulan Juni 2017 lalu. Sebelumnya, MAP juga mengumumkan rencana untuk menghentikan operasional Lotus Department Store pada akhir bulan Oktober 2017. Head of Corporate Communication MAP, Fetty Kwartati mengatakan, bisnis MAP kedepan akan fokus pada gerai department store yang lain, yakni SOGO, SEIBU, dan Galeries Lafayette. “Di berbagai belahan dunia, generasi millenials telah menjauh dari department store, dan mereka lebih memilih untuk belanja di toko-toko khusus. Tak terkecuali di Indonesia,” kata Fetty melalui keterangan resmi, Kamis (26/10/2017). Menurutnya, keputusan untuk menutup toko ini dilakukan setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel global secara hati-hati. Melalui penutupan ini, Fetty mengatakan, pihaknya juga akan lebih banyak berinvestasi pada lini bisnis lain, seperti toko-toko bermerk seperti Adidas, Converse, serta Payless. Hingga lini bisnis yang bergerak di sektor makanan dan minuman, seperti Starbucks, Domino’s Pizza, maupun Burger King. Kendati demikian, guna mengikuti perkembangan e-commerce di Indonesia, pihaknya berupaya menyesuaikan perkembangan tersebut dengan terjun kepada bisnis digital. “Menanggapi fenomena ini, MAP telah merilis gerai online yang diberi nama MAPeMall. Secara intens, kami akan mengembangkan bisnis O2O (Online to offline) kami sebagai bagian dari visi perusahaan untuk menjadi peritel omni-channel terdepan di Asia,” ungkap Fetty. Penulis: Pramdia Arhando Julianto Editor: Bambang Priyo Jatmiko Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/26/135957226/akhir-tahun-map-pastikan-tutup-gerai-ritel-debenhams NEW YORK, KOMPAS.com - Menjadi pemimpin memiliki banyak makna, termasuk menjadi wirausaha maupun pemimpin tim di tempat kerja. Saat ini, sudah banyak kaum muda yang sukses merangkak menjadi pemimpin dan sukses dalam menjalankan perannya itu.
Namun, menjadi pemimpin muda tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Mengutip Forbes, Kamis (12/10/2017), ada lima hal yang wajib Anda lakukan agar bisa menjadi pemimpin muda sukses. 1. Terus Belajar Dunia bisnis berubah dalam sekejap dan laju perubahan tersebut akan terus pesat dengan kemajuan teknologi. Untuk para pemimpin bisnis, agar sukses, penting bagi Anda untuk terus belajar. Terus mengedukasi diri dapat dilakukan dalam berbagai hal. Ada banyak kursus online soal bisnis dan kepemimpinan yang bisa Anda ikuti, seperti Coursera dan Khan Academy. Selain itu, Anda bisa juga mengikuti konferensi tentang area bisnis spesifik, untuk mempelajari keahlian baru dan membangun jejaring. 2. Lebih Banyak Mendengar ketimbang Bicara Pebisnis dan miliarder Richard Branson meyakini bahwa Anda harus lebih banyak mendengar ketimbang berbicara. Pernyataan Branson masuk akal juga. Kepemimpinan yang efektif membutuhkan pemahaman pemikiran, perasaan, dan kebutuhan tim Anda. Berdasarkan hal-hal itu, pemimpin harus mengambil keputusan yang matang dan terinformasi dengan baik. Gagal untuk mendengar kolega atau anggota tim Anda dapat menyebabkan frustrasi dan mengarah pada hasil bisnis yang buruk. 3. Berkomunikasi Nonverbal Profesor psikologi UCLA Albert Mehrabian menyatakan, banyak komunikasi berasal dari sisi nonverbal. Menurut Mehrabian, sekitar 55 persen komunikasi adalah nonverbal, 38 persen berdasarkan nada suara, dan hanya 7 persen berasal dari pilihan kata. Komponen penting dalam kepemimpinan yang efektif adalah dapat berkomunikasi secara efektif. Untuk bisa melakukan hal itu, pastikan Anda melakukan kontak mata, serta tampil percaya diri dan tetap tenang. 4. Tetap Rendah Hati Menurut sebuah studi yang dipublikasikan di Harvard Business Review, pemimpin yang rendah hati cenderung lebih efektif. Adapun studi tersebut mendefinisikan bahwa pemimpin yang efektif adalah yang bisa secara akurat menimbang kekuatan dan kelemahannya. Akhirnya, pegawai dan anggota tim akan menghargai opini sang pemimpin jika mereka meyakini bahwa Anda bisa mengembangkan opini tanpa mencampurkan ego di dalamnya. 5. Hadapi Perubahan Beberapa pemimpin bisnis terbaik dapat menghadapi perubahan dengan baik pula, bahkan jika perubahan itu berat. Elon Musk bisa mengembangkan Tesla dan SpaceX setelah hengkang dari PayPal, demikian pula dengan mendiang Steve Jobs dan Apple. Menangani perubahan dapat membuat Anda menjadi pemimpin bisnis yang sukses. Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan Editor: Aprillia Ika Sumber: Forbes, http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/12/120000726/ingin-jadi-pemimpin-muda-sukses-lakukan-5-hal-ini. JAKARTA, KOMPAS.com - Pengunjung pusat perbelanjaan Lotus hari ini terpaksa tutup lebih cepat. Pihak management Lotus mengumumkan jam tutup pusat perbelanjaan hari ini melalui selembar pengumuman yang ditempel di depan pintu masuk.
"Pemberitahuan, kepada seluruh pelanggan Lotus dept. store, pada hari ini Lotus tutup jam 19.00," demikian isi pengumuman seperti dikutip Kompas.com, Rabu (25/10/2017). Pintu-pintu gulung pusat perbelanjaan tersebut telah tertutup. Namun hingga pukul 20.45 WIB, satu pintu keluar masih terbuka. "Ini masih banyak pengunjung yang di dalem buat antre bayar," kata seorang petugas yang berjaga di pintu keluar Lotus. Ia mengatakan, hari ini Lotus sengaja ditutup lebih cepat karena kondisi barang-barang dagangan di dalam pusat perbelanjaan telah porak poranda. "Di dalem udah berantakan, udah semrawut. Jadi enggak memungkinkan dibuka lebih malam," sebutnya. Meski demikian awak media tak diizinkan memasuki gedung mal yang berada di gedung Djakarta Theater XXI, Thamrin, Jakarta Pusat tersebut. "Lotus masih buka sampai tanggal 31 Oktober (2017) tapi jam buka tutupnya belum pasti. Kalau enggak molor besok buka jam 12.00 WIB, kalau tutupnya belum tau," kata dia. Suasana rusuhnya pengunjung dengan barang-barang yang sudah berantakan salah satunya terekam dalam video yang diunggah akun Instagram @anggayana14, kemudian diunggah ulang oleh akun @jktinfo. Lotus akan berhenti beroperasi per 31 Oktober 2017. Seperti umumnya ritel yang ingin gulung tikar, manajemen Lotus pun memberikan diskon besar-besaran untuk seluruh produk jualannya, mulai dari baju, celana, tas, sepatu, hingga kosmetik. Besar diskonnya hingga 80 persen. Penulis: Sherly Puspita Editor: Dian MaharaniSumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/10/25/21483971/pengunjung-membeludak-dan-rusuh-lotus-thamrin-tutup-lebih-awal Rhenald Kasali
Guru Besar Manajemen Mungkin Anda sempat menerima video tentang Google Pixel Buds. Wireless headphone seharga 159 dollar AS yang akan beredar bulan depan ini, dipercaya berpotensi menghapuskan pekerjaan para penerjemah. Headphone ini mempunyai akses pada Google Assistant yang bisa memberikan terjemahan real time hingga 40 bahasa atas ucapan orang asing yang berada di depan Anda. Teknologi seperti ini mengingatkan saya pada laporan PBB yang dikeluarkan oleh salah satu komisi yang dibentuk PBB – On Financing Global Opportunity – The Learning Generation (Oktober 2016). Dikatakan, dengan pencepatan teknologi seperti saat ini, hingga tahun 2030, sekitar 2 miliar pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan. Tak mengherankan bila mulai banyak anak-anak yang bertanya polos pada orang tua, “mama, bila aku besar, nanti aku bekerja di mana?” Otot Diganti Robot Perlahan-lahan teknologi menggantikan tenaga manusia. Tak apa kalau itu membuat kita menjadi lebih manusiawi. Semisal kuli angkut pelabuhan yang kini diganti crane dan forklift. Tetapi teknologi tak hanya mengganti otot. Manusia juga menggunakan teknologi untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya. Di sini kita sudah melihat robot dipakai untuk memasuki rumah yang dikuasai teroris dan memadamkan api. Sekarang kita mendengar tenaga-tenaga kerja yang bertugas di pintu tol akan diganti dengan mesin. Pekerjaan di pintu-pintu tol semakin hari memang semakin berbahaya, baik bagi kesehatan (asap karbon kendaraan), keamanan maupun kenyamanan (tak dilengkapi toilet). Sehingga, memindahkan mereka ke control room atau pekerjaan lain tentu lebih manusiawi. Tetapi, teknologi juga menggantikan jarak sehingga pusat-pusat belanja yang ramai dan macet tiba-tiba sepi karena konsumen memilih belanja dari genggaman tangannya dan barangnya datang sendiri. Maka sejak itu kita menyaksikan pekerjaan-pekerjaan yang eksis 20 tahun lalu pun perlahan-lahan akan pudar. Setelah petugas pengantar pos, diramalkan penerjemah dan pustakawan akan menyusul. Bahkan diramalkan profesi dosen pun akan hilang karena kampus akan berubah menjadi semacam EO yang mengorganisir kuliah dari ilmuwan-ilmuwan kelas dunia. Kasir di supermarket, sopir taksi, loper koran, agen-agen asuransi, dan sejumlah besar akuntan juga diramalkan akan berkurang. Kita tentu perlu memikir ulang pekerjaan-pekerjaan yang kita tekuni hari ini. Pekerjaan-pekerjaan Baru Sebulan yang lalu, di Cambridge – UK, saya menerima kunjungan dari mentee-mentee saya yang sedang melanjutkan study S2. Salah satunya, Icha yang sedang duduk di program S2 bidang perfilman. Saya pun menggali apa saja yang ia pelajari dan rencana-rencana ke depan yang bisa dijembatani yayasan yang saya pimpin. Icha bercerita tentang ilmu yang didapatnya. “Kami disiapkan untuk hidup mandiri,” ujarnya. “Masa depan industri perfilman bukan lagi seperti yang kita kenal. Semua orang kini bisa membuat film tanpa produser dan middlemanseperti yang kita kenal. Kami diajarkan menjadi produser indies, tanpa aktor terkenal dengan kamera sederhana, dan pasarkan sendiri via Netflix. Ucapan Icha sejalan dengan Adam, putera saya yang sedang mengambil studi fotografi di School of Visual Arts, New York. Ia tentu tidak sedang mempersiapkan diri menjadi juru potret seperti yang kita kenal selama ini, melainkan mempersiapkan keahlian baru di era digital yang serba kamera. Adam bercerita tentang arahan dosennya yang mirip dengan Icha di UK. “Sepuluh tahun pertama, jangan berpikir mendapatkan gaji seperti para pegawai. Hidup mandiri, membangun keahlian dan persiapkan diri untuk 20 tahun ke depan. Tak mau susah, tak ada masa depan,” ucapnya menirukan advis para dosen yang rata-rata karyanya banyak bisa kita lihat di berbagai galeri internasional. Adam dilatih hidup mandiri, berjuang sedari dini dari satu galeri ke galeri besar lainnya. Dari satu karya ke karya besar lainnya. Memang, pekerjaan-pekerjaan lama akan banyak memudar walau tidak hilang sama sekali. Seperti yang saya ceritakan dalam buku baru saya, Disruption, pada pergantian abad 19 ke abad 20, saat mobil menggantikan kereta-kereta kuda. Ribuan peternak dan pekerja yang menunggu pesanan di bengkel-bengkel kereta kuda pun menganggur. Namun pekerjaan-pekerjaan baru seperti montir, pegawai konstruksi jalanan, pengatur lalu lintas, petugas asuransi, dan sebagainya pun tumbuh. Kereta-kereta kuda tentu masih bisa kita lihat hingga hari ini, mulai dari jalan Malioboro di Yogyakarta sampai di kota New York, Paris, atau London melayani turis. Tetap ada, namun tak sebanyak pada eranya. Namun pada saat ini kitapun menyaksikan munculnya pekerjaan-pekerjaan baru yang tak pernah kita kenal 10-20 tahun lalu: Barista, blogger, web developer, apps creator/developer, smart chief listener, smart ketle manager, big data analyst, cyber troops, cyber psichologyst, cyber patrol, forensic cyber crime specialist, smart animator, game developer, smart control room operator, medical sonographer, prosthodontist, crowd funding specialist, social entrepreneur, fashionista and ambassador, BIM Developer, Cloud computing services, cloud service specialist, Dog Whisperer, Drone operator dan sebagainya. Kita membaca postingan dari para bankir yang mulai beredar, sehubungan dengan tawaran-tawaran untuk pensiun dini bagi sebagian besar karyawannya mulai dari teller, sampai officer kredit. Kelak, bila Blockchain Revolusion seperti yang ditulis ayah-anak Don-Alex Tapscott menjadi kenyataan, maka bukan hanya mesin ATM yang menjadi besi tua, melainkan juga mesin-mesin EDC. Ini tentu akan merambah panjang daftar pekerjaan-pekerjaan lama yang akan hilang. Jangan Tangisi Masa Lalu Di beberapa situs kita pasti membaca kelompok yang menangisi hilangnya ribuan atau bahkan jutaan pekerjaan-pekerjaan lama. Ada juga yang menyalahkan pemimpinnya sebagai masalah ekonomi. Tentu juga muncul kelompok-kelompok penekan yang seakan-akan sanggup menjadi “juru selamat” PHK. Namun perlu disadari gerakan-gerakan itu akan berujung pada kesia-siaan. Kita misalnya menyaksikan sikap yang dibentuk oleh tekanan-tekanan publik seperti itu dari para gubernur yang sangat anti bisnis-bisnis online. Mungkin mereka lupa, dunia online telah menjadi penyedia kesempatan kerja baru yang begitu luas. Larangan ojek online misalnya, bisa mematikan industri kuliner dan olahan rumah tangga yang menggunakan armada go-food dan go-send. Berapa banyak tukang martabak yang kini tumbuh seperti jamur di musim hujan, rumah makan ayam penyet dan pembuat sabun herbal yang juga diantar melalui gojek. Sama halnya dengan menghambat pembayaran noncash di pintu-pintu tol, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk memberikan pelayanan-pelayanan baru yang lebih manusiawi dan lebih aman. Satu hal yang pasti, kita harus mulai melatih anak-anak kita menjadi pekerja mandiri menjelajahi profesi-profesi baru. Ketika mesin dibuat menjadi lebih pandai dari manusia, maka pintar saja tidak cukup. Anak- anak kita perlu dilatih hidup mandiri dengan mental self-driving, self-power, kreatifitas dan inovasi, serta perilaku baik dalam melayani dan menjaga tutur katanya di dunia maya (yang sekalipun memberi ruang kebebasan dan kepalsuan) Editor: Bambang Priyo Jatmiko Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/18/060000426/inilah-pekerjaan-yang-akan-hilang-akibat-disruption- NEW YORK, KOMPAS.com - Posisi pendiri Microsoft Bill Gates (61) sebagai orang terkaya di dunia sekali lagi bakal digeser oleh pendiri Amazon.com Inc Jeff Bezos (53). Akan tetapi, apabila Gates tidak gemar beramal, maka posisinya sebagai orang paling tajir akan tetap kokoh.
Menurut data Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Gates saat ini mencapai 86,6 miliar dollar AS. Apabila ia tidak menyumbangkan sekitar 700 juta saham Microsoft miliknya dan dana tunai maupun aset senilai 2,9 miliar dollar AS untuk amal, maka kekayaan Gates mencapai 150 miliar dollar AS. Selain itu, pendiri Berkshire Hathaway Inc dan investor kawakan Warren Buffett (87) juga sebenarnya memiliki kekayaan 135 miliar dollar AS apabila tidak rajin beramal. Buffett saat ini berada di bawah Gates dan Bezos dalam daftar orang terkaya di dunia, dengan kekayaan mencapai 80,6 miliar dollar AS. Bezos sendiri saat ini kekayaannya mencapai 85,3 miliar dollar AS. Beberapa waktu lalu, Bezos sempat menggeser Gates sebagai orang terkaya di dunia hanya selama beberapa jam. "Bill Gates dan Warren Buffett telah memasang ukuran baru dalam hal besaran donasi mereka. Saya berharap dan mengantisipasi ukuran itu akan ditembus suatu hari nanti, mungkin tidak dalam waktu dekat," jelas Jacob Harold, CEO GuideStar lembaga nirlaba yang mengumpulkan informasi amal, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (17/10/2017). Gates dan Buffett menyumbangkan sebagian besar dana amal mereka melalui yayasan Bill & Melinda Gates Foundation, yang memiliki visi memperbaiki sejumlah isu global seperti layanan kesehatan dan kemiskinan. Yayasan itu telah menyalurkan sumbangan senilai 41 miliar dollar AS dan menampung aset 40,3 miliar dollar AS. Gates dan Buffett juga mendirikan gerakan Giving Pledge pada tahun 2010 lalu. Gerakan ini beranggotakan 168 orang terkaya lainnya yang berkomitmen menyumbangkan sebagain besar kekayaan mereka untuk kegiatan amal. Adapun Bezos baru mulai fokus pada dunia filantropi. Pada Juni 2017 lalu, melalui akun Twitter pribadinya, Bezos meminta sumbangan ide bagaimana ia dapat membantu orang lain. Sejak tahun 2002, Bezos telah menyumbangkan saham Amazon miliknya senilai 400 juta dollar AS. Bezos menyatakan pada April 2017 lalu bahwa ia menjual saham Amazon senilai 1 miliar dollar AS tiap tahun untuk membiayai bisnis antariksanya, Blue Origin LLC, namun ia menjualnya sebulan kemudian. Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan Editor: Aprillia Ika Sumber: Bloomberg, http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/17/160000126/rajin-beramal-bill-gates-bakal-tak-lagi-jadi-orang-terkaya-di-dunia JAKARTA, KOMPAS.com - Nama Setiawan Ichlas mendadak populer pasca-memiliki 13,27 persen saham PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI). Apalagi, setelah PADI menyatakan bakal mengakuisisi 51 persen saham Bank Muamalat.
Mengutip Kontan.co.id, Selasa (17/10/2017), Setiawan Ichlas lahir dan besar dari keluarga sederhana di Palembang, 10 April 1977. Pria yang akrab disapa Iwan ini menyebut dirinya terjun ke dunia bisnis untuk pertama kalinya sejak masih duduk di bangku sekolah. Dalam bisnis, Iwan menyebut dirinya tidak punya kerabat pengusaha. Seluruh usahanya, dimulai dari nol, tanpa bimbingan ayah kandungnya yang meninggal dunia saat usianya masih 16 tahun. Iwan berkisah dirinya sangat tertarik berbisnis di sektor riil. Beberapa bisnis yang digarap Iwan antara lain, transportasi atau jasa, perkebunan, perdagangan, pertambangan batu bara, belakangan jasa keuangan. Tidak berhenti di situ, dalam gurita bisnisnya Iwan juga memiliki sejumlah pelabuhan yang tersebar di Indonesia. Antara lain di Palembang, Lampung serta Kalimantan. Publik kemudian baru mengenal namanya, setelah dia memiliki 13,27 persen saham PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) awal Agustus 2017 lalu. Ia membeli saham PADI di harga Rp 350 per saham, alias bermodal Rp 525 miliar. Akhir pekan lalu, harga saham PADI sudah Rp 1.410. Dus, potensi keuntungan Iwan sudah mencapai Rp 1,56 triliun. Bukan kali ini saja, Iwan pernah terlibat dalam pembelian saham dalam jumlah besar. Asal tahu saja, pria yang kini baru berusia 40 tahun itu pernah menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) yang sekarang telah berganti nama menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BPD Banten). Iwan sempat menguasai mayoritas saham Bank Pundi setelah membelinya dari Grup Recapital. Seiring berjalannya waktu, saham itu dia lepas kepada Pemprov Banten, hingga akhirnya menyisakan sekitar 20 persen hingga saat ini. Namun nama Iwan tak terlihat dalam struktur kepemilikan saham, karena saham yang dimilikinya disebar ke sejumlah kerabat. Secara singkat, Iwan menyebut strategi bisnisnya dengan mengambil alih perusahaan bermasalah. Hal ini yang dilakukannya kala membeli Bank Pundi yang terpuruk karena biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) serta kredit bermasalah (NPL) yang tinggi. Hal yang sama, kini akan dia lakukan terhadap Bank Muamalat Indonesia. Dengan menggandeng sejumlah lembaga keuangan, seperti dana pensiun dan international sovereign fund, Iwan akan menginjeksi dana senilai Rp 4,5 triliun ke Bank Muamalat di bawah bendera Minna Padi. Ia akan masuk dengan menjadi pembeli siaga rencana penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue Bank Muamalat. Kelak, Minna Padi akan menguasai minimal 51 persen saham Bank Muamalat. Iwan lantas akan memberikan 2,5 persen saham Muamalat kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan 1-1,5 persen ke Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Ketua Umum MUI, Ma'ruf Amin menyambut rencana Iwan yang akan memberikan 2,5 persen saham Bank Muamalat ke MUI. "Dulu, kami pernah rutin mendapatkan dividen, namun berhenti setelah investor dari Arab datang ke Bank Muamalat," tutur Ma'ruf, kepada Kontan, Minggu (15/10). Ma'ruf mengaku tidak mengenal secara personal sosok Iwan. Ma'ruf yang juga anggota dewan syariah Bank Muamalat, baru tahu Iwan baru-baru ini saja. Nama lain Yang menarik, semasa bujang, Iwan akrab dikenal dengan nama Iwan Bomba. Awal mula nama ini muncul ketika Iwan berhasil sukses di Jakarta. Merasa lebih dari cukup akan kesuksesannya, Iwan pun kembali ke kampung halamannya di Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Kala kembali ke tempat kelahirannya, Iwan pun sesegera mungkin mencari cara untuk mengubah dirinya. Alhasil, Iwan yang memiliki keterampilan dalam bidang elektronik ini mulai mendirikan sebuah usaha sewa organ tunggal. Nama Bomba sendiri muncul dari sebuah merek Televisi Toshiba keluaran tahun 2000an. Lagi-lagi bisnis yang Ia jalani ini pun sukses, dan nama Iwan Bomba pun tersebar di kalangan rekan bisnis dan teman-teman Iwan di Palembang. Editor: Bambang Priyo Jatmiko Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/17/060722926/dari-bisnis-sewa-organ-tunggal-setiawan-ichlas-akuisisi-bank-muamalat BATAM, KOMPAS.com - Lion Air Group menyatakan bakal terus melakukan ekspansi bisnis dengan menambah rute-rute penerbangan domestik maupun internasional. Selain itu, Lion Air Group juga bakal menambah jajaran armada pesawat yang dimilikinya.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyatakan, pihaknya berencana memesan 1.000 unit pesawat baru. Adapun jumlah pesawat yang sudah masuk tahap pemesanan mencapai 824 unit pesawat. "Yang sudah diterima 272 pesawat. Itu belum ada separuhnya," kata Edward pada acara Peletakan Batu Pertama Pembangunan Perumahan Lion Residence di Nongsa, Batam, Kepulauan Riau, Kamis (12/10/2017). Terkait penggunaan pesawat, Edward mengingatkan bahwa luas wilayah Indonesia sangatlah luas. Indonesia mencakup sekitar 5.000 mil dan 17.000 pulau. Dengan luas wilayah yang begitu besar dan berupa kepulauan, maka konektivitas tidak bisa dipenuhi dengan moda transportasi darat. Edward menuturkan, satu-satunya moda yang bisa menyambungkan pulau-pulau di Indonesia dengan mudah adalah moda transportasi udara. "Kita tidak bisa membangun rel kereta api dari Sabang sampai Merauke, tetapi bangun bandara 1 sampai 2 tahun selesai," ungkap Edward. Edward menyatakan, pemesanan pesawat-pesawat tersebut diperkirakan bakal selesai dikirim pada tahun 2031 mendatang. Pada bulan ini, imbuh dia, Lion Air Group akan kembali menandatangani kesepahaman pemesanan pesawat. Soal dana untuk biaya pemesanan pesawat tersebut, Edward mengaku hampir 90 persen pendanaan berasal dari pihak asing. Ia menyebut beberapa bank seperti BNP Paribas, ADB, dan Export-Import Bank of the United States (EXIM US). Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/12/130704226/lion-air-group-berencana-datangkan-1000-pesawat-baru JAKARTA, KOMPAS.com - Saat ini penggunaan media sosial memang bisa berperan penting di dalam kehidupan masyarakat modern seperti saat ini. Bahkan, hampir semua hal dapat berkaitan dengan media sosial, termasuk masalah pekerjaan.
Terkadang media sosial memang bisa memberikan dampak positif yang cukup besar di dalam kehidupan, namun jika pengelolaannya tidak tepat, media social bisa menghambat bahkan memberhentikan kehidupan karier Anda dalam sekejap. Untuk itu, akan lebih baik jika Anda berhenti me-posting hal-hal ini ke media sosial yang dimiliki jika tidak ingin karier hancur kedepannya. 1. Tata Bahasa Tidak Baik Jika Anda masih suka mengunggah foto atau video dengan caption yang menggunakan bahasa kurang baik, tidak beraturan, bahkan tidak pantas dibagikan, berhentilah. Berdasarkan survei Jobvite¸ setidaknya sekitar 66 persen perusahaan menggunakan penilaian tersebut kepada karyawan. Mulai dari ejaan yang tidak seharusnya, kata-kata yang kurang baik, dan lainnya bisa menurunkan penilaian kepada karyawan di perusahaannya. 2. Suka Komentar Frontal Akan lebih baik jika Anda tidak terlalu frontal di media sosial Anda, hal ini akan memberikan pengaruh yang cukup buruk bagi perkembangan karier. Dilansir dari CNN, mantan produser yang berada di Wanshington National Radio telah melontarkan komentar-komentar pedas yang cukup rasis dikarenakan kekalahan dari tim kesayangannya di dalam media sosial yang dimilikinya. Akibat hal ini, dirinya mengalami masalah di dalam kehidupan kariernya. Bahkan, beberapa saat setelah kejadian tersebut, perusahaan tempatnya bekerja langsung memecatnya. 3. Pamer Tawaran Kerja Baru Mendapat tawaran pekerjaan baru yang lebih dari pekerjaan saat ini? Tentunya Anda akan merasa senang. Hal ini wajar-wajar saja terjadi, namun jangan sampai kesenangan tersebut dilontarkan dalam media sosial. Jadilah pribadi yang lebih dewasa. Jika Anda mengunggah postingan-postingan mengenai tawaran pekerjaan baru di sosial media, bisa saja membuat Anda kehilangan tawaran pekerjaan tersebut karena perusahaan menganggap Anda kurang pantas mendapatkan pekerjaan tersebut. Yang harus Anda selalu ingat adalah pihak Human Resources perusahaan tentu akan mencari informasi mengenai karyawan dan calon karyawannya. 4. Mencak-mencak Kebijakan Perusahaan Jangan sekalipun mengeluhkan mengenai kebijakan perusahaan tempat Anda bekerja di media sosial, apalagi jika Anda sampai menggunakan bahasa yang kasar. Jika itu dilakukan, siap-siap untuk mengucapkan selamat tinggal pada pekerjaan. Hal ini pernah dialami oleh pegawai California Pizza Kicthen, yaitu Timothy DeLaGhetto yang diberhentikan dari pekerjaannya karena tweet-nya mengenai kebijakan perusahaan yang mengatur seragam baru yang tidak disukainya. Setelah posting-an ini, perusahaannya kemudian memutuskan untuk memberhentikan dari pekerjaannya. 5. Memberitahu Rahasia Perusahaan Hal lainnya yang tidak boleh Anda posting dalam sosial media adalah mengenai rahasia perusahaan. Tak perlu menunggu terlalu lama, pihak perusahaan akan segera memecat karyawannya yang menyebarkan mengenai rahasia yang ada di dalam perusahaannya. Hal ini terjadi pada Nicole Crowther, ia dipecat dengan tidak hormat oleh perusahaannya karena membocorkan mengenai acara TV yang dibawakannya. Bahkan, pemecatannya tersebut dilakukan via Twitter oleh pihak produser yang langsung membalas cuitan Nicole tersebut. 6. Menjelek-jelekkan Atasan Tak hanya perusahaan saja, menjelek-jelekkan atasan di kantor juga dapat berakibat buruk pada karier yang sedang dijalani. Bahkan, bisa jadi Anda akan menerima pemecatan langsung secara mendadak. Meskipun Anda tidak berteman dengan atasan sekalipun di sosial media, namun bisa saja hal ini akan dilaporkan oleh teman-teman sekantor yang lainnya. 7. Posting Minuman Beralkohol Menjalani pekerjaan yang mewajibkan Anda menjaga citra seperti dosen, guru, pejabat, dan lainnya tentu harus menghindari postingan semacam ini. Dengan me-posting foto yang memperlihatkan minuman beralkohol akan sangat memperlihatkan ketidakdewasaan seseorang. Bahkan, hal ini juga bisa menimbulkan berbagai tanggapan miring mengenai Anda dari orang-orang lain di sekitar. Bijaklah dalam Menggunakan Media Sosial Media sosial memang dapat menjadi perantara hubungan dan komunikasi dengan teman-teman lainnya. Namun, karena semua hal terbuka untuk publik, Anda harus pintar-pintar memilih kiriman yang ada di dalam media sosial. Bijaklah dalam menggunakan media sosial, jangan sampai memengaruhi kehidupan karier Anda. Editor: Aprillia Ika Sumber: Cermati.com, http://ekonomi.kompas.com/read/2017/10/15/070000426/stop-posting-hal-berikut-ini-di-medsos-agar-karier-anda-aman KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perubahan cara masyarakat membelanjakan uangnya benar adanya. Tren belanja masyarakat secara online semakin meningkat. Konsumen juga semakin besar menghabiskan uangnya untuk kebutuhan yang terkait dengan kesenangan.
Berdasarkan riset Nielsen, pengeluaran masyarakat saat ini fokus pada tiga hal, yaitu makanan, pendidikan, serta kenyamanan dan gaya hidup (leisure dan lifestyle). Bahkan, pola tersebut terjadi pada seluruh kelompok masyarakat, baik masyarakat kelas, kelas menengah, maupun kelas bawah. Secara rata-rata, pengeluaran untuk makanan pada tahun ini berkontribusi 24% terhadap total belanja, naik dari tahun lalu 23%. Pada periode yang sama, porsi belanja pendidikan naik dari 7% menjadi 10%, dan belanja gaya hidup naik dari 9% menjadi 10%.Pada saat bersamaan, pengeluaran untuk barang pokok bulanan menurun dari 12% menjadi 11%. Cara belanja di ritel ini juga mulai berubah. Seiring banyaknya promosi di minimarket, konsumen semakin enggan berbelanja ke hipermarket maupun toko-toko biasa. Selain itu, data Nielsen juga menunjukkan bahwa 38% pengguna internet yang disurvei merupakan pembeli online shop. Mereka mencatat pada tahun lalu transaksi belanja online di Indonesia mencapai Rp 74 triliun. Dari jumlah itu, lebih dari separuhnya untuk kebutuhan gaya hidup, yakni produk elektronik seperti gadget dan perjalanan. Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir mengatakan pemerintah menyadari perubahan pola belanja konsumen. Oleh karena itu, berbagai kebijakan yang belakangan ini dikeluarkan untuk membantu pebisnis memanfaatkan perubahan pola konsumsi masyarakat. "Perpres Percepatan Kemudahan Usaha yang diumumkan akhir Agustus lalu sebenarnya sudah bisa meng-adress masalah itu," kata Iskandar kepada KONTAN, Jumat (13/10). Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton J Supit sependapat, ada perubahan pola konsumsi. Namun, pada saat bersamaan daya beli konsumen melemah. "Ini akibat penurunan lapangan pekerjaan," ujar Anton. Peran swasta & insentif Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya. Caranya, iklim investasi harus ditingkatkan lagi. Pemerintah juga harus memberikan ruang bagi kalangan swasta dalam proyek infrastruktur. Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berpendapat, industri lifestyle membutuhkan insentif fiskal agar lebih berkembang. Dengan demikian, sektor tersebut semakin besar berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Reporter: Adinda Ade Mustami Editor: Yudho Winarto Sumber: http://nasional.kontan.co.id/news/belanja-gaya-hidup-konsumen-makin-besar |
News Archives
August 2021
News CategoriesAll Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum |