31/8/2017 1 Comment Kisah Ali Muharam Bangun Bisnis Makaroni Ngehe hingga Hasilkan Rp 3 Miliar Per BulanJAKARTA, KOMPAS.com - Merintis sebuah bisnis dari awal hingga menghasilkan pundi-pundi rupiah membutuhkan kerja keras, tekad, semangat dan tidak mudah putus asa.
Ali Muharam (31), selaku pemilik usaha kuliner Makaroni Ngehe mengungkapkan bagaimana kisah-kisah pilu dirinya merintis usaha tersebut hingga seperti saat ini. Pada tahun 2013, Ali memberanikan diri membuka usaha kuliner Makaroni Ngehe dengan bermodalkan pinjaman dari kawannya sebesar Rp 20 juta. Dengan modal tersebut Ali menyewa dan menghias toko kecil berukuran 2x3,5 meter yang akan dijadikan outlet pertama Makaroni Ngehe di Kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. "Disana saya jalankan sendiri, belanja sendiri, melayani sendiri, sampai mengkonsep toko sendiri," ujar Ali saat berbincang dengan Kompas.com di kantor Makaroni Ngehe Meruya, Jakarta Barat, Rabu (23/8/2017). Menurutnya, momen tersebut tak pernah dirinya lupakan karena merupakan bagian cerita dalam mengembangkan bisnis kulinernya. Karena menjalankan aktivitas bisnis sendirian, Ali mulai mengalami hambatan, salah satunya disaat bahan baku habis dan harus melakukan pemesanan ke Tasikmalaya untuk makaroni. "Kalau habis bahan baku itu repot, pertama saya telepon ke Tasik untuk pesan, kemudian barang dikirimkan via Bus menuju teminal Lebak Bulus, dan saya harus ambil kesana (Lebak Bulus), sewa angkot, angkat-angkat bahan baku sendiri, makanya outlet suka tutup," ungkap Ali. Kemudian, hal yang menjadi kesan membangun bisnis tersebut, Ali harus tidur di outlet yang berukuran 2x3,5 meter termasuk didalamnya ada peralatan memasak seperti kompor, penggorengan, dan bahan baku masakan. Hal ini dilakukan Ali, untuk meminimalisir biaya yang keluar sehingga dirinya memutuskan untuk tidur didalam outlet pertamanya, sebab, Ali harus mengembalikan pinjaman modal sebesar Rp 20 juta yang harus dicicil per bulan. "Setiap habis operasional jam 22.00 WIB saya bersihkan lumuran minyak, saya pel, kemudian pakai alas kertas roti dan tumpukan selimut untuk tidur setiap harinya," cerita Ali. Ali berujar, dari fase-fase perjuangan yang dirinya lewati dirinya belajar untuk lebih tekun dalam mengembangkan usahanya. Segala keraguan dan pandangan sebelah mata dari orang lain terhadap usahanya pun, dia mentahkan dengan segala kegigihannya. "Semakin saya diragukan, semakin kuat saya ingin membuktikan," tegas Ali. Kini Makaroni Ngehe sudah merambah di berbagai kota mulai dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, hingga Yogyakarta dan mampu menghabiskan makaroni 30 ton per bulan. "Dulu awal-awal satu outlet omzetnya Rp 30.000 per hari, kini sudah ada 30 outlet dan rata-rata Rp 3 sampai 5 juta, kalau total kurang lebih Rp 3 miliar per bulan," ungkap Ali. Ali pun bahagia telah membuka lapangan pekerjaan bagi 400 orang yang berkerja dengan dirinya, tak hanya itu, Makaroni Ngehe juga tengah membuka cabang baru yang diberi nama Makaroni Ngehe Premium dimana oultet tersebut dibuka di mal atau pusat perbelanjaan di Jakarta dan Yogyakarta. Mengapa Makaroni Ngehe? Ali bercerita, nama Makaroni Ngehe dipilih karena berdasarkan perjalanan hidup dirinya yang dia jalani sebelum membangun bisnis kuliner tersebut sangat memprihatinkan dalam artian "ngehe" menurut Ali. Mulai dari menggeluti pekerjaan Office Boy, pedagang makanan, pejaga toko baju, hingga mengalami kelaparan, tidak memiliki tempat tinggal adalah beberapa hal yang membuat dirinya menjadi seperti saat ini. "Kenapa Makaroni Ngehe namanya? karena fase-fase hidup saya yang ngehe banget, saya harus kelaparan, minum air keran, dimaki-maki atasan, dibodoh-bodohin depan orang banyak," kata Ali. Namun demikian, lanjut Ali, dari sisi branding atau merek, menurutnya kata 'ngehe' memiliki arti yang kuat, simple atau mudah diingat. "Dari kehidupan ngehe itulah saya bertekad untuk memertahankan bisnis ini, menjaga sustainability-nya," pungkas Ali. Penulis: Pramdia Arhando Julianto Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/24/073000626/kisah-ali-muharam-bangun-bisnis-makaroningehe-hingga-hasilkan-rp-3-miliar
1 Comment
KONTAN.CO.ID - Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik kapitalisasi pasar modal tahun ini bisa tembus ke angka Rp 6.500 triliun. Akhir pekan lalu, kapitalisasi pasar modal Indonesia yakni Rp 6.482 triliun. Artinya, BEI harus memenuhi Rp 18 triliun lagi.
Salah satu cara untuk menggenjot kapitalisasi pasar yakni dengan menambah perusahaan tercatat. Bukan hanya lewat perusahaan kelas kakap ataupun menengah. Namun, potensi tersebut justru bisa hadir lewat perusahaan belum besar atau UMKM. "Jadi nanti IPO di papan pengembangan harusnya bisa men-trigger UMKM untuk bisa menambah market caps di pasar modal," kata Arwani Pranajaya, Chief Investment Papillon Group kepada KONTAN di BEI, Senin (28/8). Menurutnya, dengan menggeonjot UMKM masuk ke pasar modal akan memberikan pengaruh yang signifikan. Dia menambahkan, syarat yang ada dalam papan pengembangan, juga tidak seketat pada papan utama. Sebagai catatan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juli lalu sudah memberikan stimulus dengan adanya Peraturan OJK (POJK) mengenai penawaran umum perusahaan skala kecil dan menengah, yakni berupa POJK Nomer 53 dan 54/POJK.04 tahun 2017. Dalam aturan POJK tersebut mendefinisikan perusahaan kecil, sebagai perusahaan yang memiliki aset maksimal Rp 50 miliar. Sedangkan perusahaan menengah memiliki aset Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar. Perusahaan kecil, memiliki periode laporan keuangan 1 tahun atau sejak berdiri, sedangkan perusahaan menengah yakni 2 tahun atau sejak berdiri. Reporter: Dede Suprayitno Editor: Dupla Kartini Sumber: http://investasi.kontan.co.id/news/ipo-umkm-bisa-mendongkrak-market-caps KONTAN.CO.ID - Pemerintah akan segera menurunkan pajak final bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM). Jika saat ini UMKM dikenakan pajak final 1% dari omzet per tahun, akan diturunkan menjadi 0,25% dari omzetnya.
Rencana ini akan tertuang dalam revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak dengan peredaran bruto tertentu. Sesuai PP 46/2013 pajak UMKM bersifat final sebesar 1% dan berlaku bagi UMKM dengan omzet maksimal Rp 4,8 miliar dalam setahun. Asisten Deputi Pembiayaan Non-Bank dan Perpajakan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Soeprapto menyebut, melalui revisi PP tersebut, pajak penghasilan UMKM akan diturunkan menjadi 0,25%. "Tinggal rapat kabinet mungkin. Ini sudah dibahas bersama Menteri Koordinator Perekonomian. Tinggal bagaimana diserahkan ke presiden," kata Soeprapto usai penandatanganan memorandum of understanding aplikasi perpajakan di Hotel Ayana Midplaza Jakarta, Selasa, (29/8). Selain tarif, Soeprapto menambahkan, definisi peredaran bruto juga akan diperjelas. Ini bertujuan agar peredaran bruto yang dikenai pajak penghasilan telah memperhitungkan biaya yang dikeluarkan ataupun laba yang didapatkan. "Bagaimana kalau ada return. Kan biasanya tahu-tahu tidak laku orang jualan. Diperjelas di situ," ujarnya. Menurut Soeprapto, dengan peredaran bruto yang tidak terdefinisi, maka terkadang apabila pengusaha rugi, mereka akan tetap keluar uang untuk bayar pajak lantaran PPh yang dipatok final. "Yang belum selesai peredaran bruto ini, kadang kalau sudah bayar pajak final, bagaimana kalau dia merugi? Ini masih agak alot," terangnya. Oleh karena itu, pemerintah berupaya memperkuat definisi dari peredaran bruto ini, "Kalau tidak didefinisikan dengan baik, (tarif) 0,01% juga percuma," kata dia. Dalam RAPBN 2018, pemerintah telah memasukkan rencana penurunan PPh UMKM. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara sebelumnya bilang, selain aspek PPh, pemerintah juga akan memastikan kemudahan peraturan pajak pertambahan nilai (PPN). Dengan tarif murah dan perhitungan sederhana, diharapkan bisa mendongkrak kesadaran UMKM bayar pajak. Reporter: Ghina Ghaliya Quddus Editor : Sanny CiciliaPENATAAN UMKM Sumber: http://nasional.kontan.co.id/news/pajak-final-umkm-turun-menjadi-025 Tags UMKM JAKARTA, KOMPAS.com - Dengan memanfaatkan sisa kayu, Dhamar Perbangkara kini mampu meraih omzet hingga ratusan juta rupiah tiap tiga bulan.
Dhamar Perbangkara merupakan founder Gauri Art Division, atau perusahaan yang bergerak di bidang penghasil kerajinan tangan dari limbah kayu. Dhamar mulai serius menggeluti usaha di bidang perkakas dapur setelah ia menjuarai kompetisi "The Big Start Indonesia" tahun 2016 yang diselenggarakan Blibli.com. Dhamar berhasil meraih juara II dan mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 300 juta. Modal ini dipergunakannya untuk membangun dan mengembangkan usaha. Dengan dibantu dua rekannya, Kadek Takashi dan Made Astina, kini Gauri Art Division sudah mampu mengekspor perkakas dari sisa kayu ke Jepang, Australia, dan Amerika Serikat. "Untuk seorang pelaku startup, rata-rata bisa (mendapatkan omzet) Rp 100 juta dalam waktu 3 bulan, ini untuk ekspornya saja. Karena produksi tidak bisa cepat, paling enggak butuh waktu 2-3 bulan," kata Dhamar, kepada Kompas.com, di Hotel Ibis Jakarta, Sabtu (26/8/2017). Sedangkan dari retail, omzet yang diterimanya sekitar Rp 20-30 juta per bulan. Biasanya, restoran-restoran yang merupakan konsumen utamanya. Produk utama Gauri Art Division masih terfokus pada kitchenware yang berbahan dasar kayu. Produk-produknya dijual dengan harga beragam, mulai dari Rp 14.000 hingga Rp 300.000 per produk. Produknya hanya dijual secara online di Blibli.com. "Harapan saya sih paling enggak setelah tahun 2017, Gauri sudah punya konsep yang matang untuk retail di Blibli.com. Rencananya, akhir Agustus mau bikin produk baru lewat Blibli.com," kata Dhamar. Kemudian, pada akhir tahun, Gauri Art Division akan membuka toko atau showroom di Petitenget, Bali. Dhamar mengatakan, dirinya tengah berjuang untuk dapat mengenalkan Gauri Art Division serta produknya ke publik. "Saya memang butuh perjuangan bagaiman kita membuat trademark.Produk dengan nama sendiri itu bisa dikenal banyak orang, butuh jatuh bangun mengenalkannya," kata Dhamar. Sebelum fokus menggeluti perkakas dapur, Dhamar bekerja sebagai asisten desainer. Dhamar merasakan perbedaan saat ia menjadi karyawan orang lain dan menjadi bos di perusahaannya sendiri. Satu hal yang benar-benar ia rasakan adalah peningkatan perekonomian. Ia dapat menghidupi kebutuhan keluarganya. Berbekal keinginannya untuk menjadi orang yang berguna bagi keluarganya, Dhamar memutuskan untuk berwirausaha. Selain itu, ia ingin mengembangkan usaha di daerah tempat tinggalnya, Bali. Sebab, selama ini, banyak orang asing yang datang ke Bali untuk membangun usaha dan melakukan ekspor. Sedangkan orang Indonesia dan Bali itu sendiri kerap menjadi pihak ketiga. "Sudah saatnya kita standup, apalagi sudah era maju sekali, ada internet, ada e-commerce seperti Blibli.com, ini benar-benar membantu. Jadi jangan pesimis, karena situasinya mendukung. Sisanya, kembali ke diri sendiri berani atau enggak untuk maju," kata ayah dua anak tersebut. Setelah menjuarai "The Big Start Indonesia", Dhamar juga sudah memiliki dua orang pegawai di studionya. Mereka bertugas untuk mendesain dan melakukan pengawasan pekerjaan. Berdayakan Ibu-ibu Rumah Tangga Gauri Art Foundation menggunakan bahan-bahan dari alam untuk memproduksi handicraft mereka. Mereka bekerja dengan konsep reduce, reuse, dan recycle. Termasuk dengan alat produksi, yang mereka modifikasi dengan tetap memperhatikan standar keamanannya. Sebab, menurut dia, klien mereka, seperti Jepang lebih menyenangi produk handmade ketimbang hasil mesin. Produk-produk yang dibuat dengan tangan pun lebih bernilai ketimbang yang dibuat dengan mesin. Dhamar menyisihkan beberapa persen dari penghasilannya untuk memodifikasi alat produksi handicraft. Selain itu, Dhamar juga memberdayakan pengrajin yang tersebar di desa-desa di Bali. Ketika Gauri mendapat pesanan untuk memproduksi perkakas dalam jumlah banyak, dia memberdayakan pengrajin yang kebanyakan merupakan ibu-ibu rumah tangga dari desa-desa di Bali. Gauri Art Division tinggal menyediakan bahan dasar yang sudah terbentuk untuk dihaluskan dan dibentuk sempurna. Bentuk setengah sempurna itu kemudian diberikan kepada pengrajin yang sudah diseleksi. Sekitar 20 pengrajin asal Bali yang bekerja sama dengannya, seperti dari Klungkung, Tabanan, dan Buleleng. "Mereka mengolah di desa kan bisa sambil bercocok tanam atau urus anak. Saya sangat ingin membuka peluang usaha bagi generasi muda di pedesaan-pedesaan," kata Dhamar. Penulis: Kurnia Sari Aziza Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/28/091732626/dengan-sisa-kayu-dhamar-raih-omzet-rp-100-juta-per-tiga-bulan TAG: YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengusulkan wakaf dikelola untuk pembiayaan usaha rintisan atau startup, khususnya bagi wirausaha muslim.
Dengan demikian, hal ini, akan semakin banyak menciptakan wirausaha muda yang potensial. "Kita perlu startup. Ide saya, startup itu dihasilkan atau berasal dari hasil manajemen wakaf," kata Bambang, di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta, Kamis (24/8/2017). Bambang mengatakan, hal ini disampaikannya karena dia pernah bekerja di Islamic Development Bank (IDB). Di sana, dia mempelajari ilmu manajemen wakaf yang dilakukan oleh IDB dengan beberapa negara anggota, khususnya negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Tanah wakaf di sana difungsikan sebagai universitas, rumah sakit, pertokoan, hotel, dan lain-lain. Syaratnya, pemakaian asetnya tetap harus menerapkan konsep syariah. "Yang paling penting, kenapa kita harus me-manage wakaf itu, idenya adalah supaya wakaf itu produktif, tanah menghasilkan sesuatu. Kalau kita menjalankan tanah wakaf sebagai rumah sakit, kalau dikelola dengan baik, pasti ada surplusnya," kata Bambang. Kemudian dia mendorong tanah wakaf itu dikelola untuk usaha startup. Menurut dia, banyak wirausaha muda yang tidak memiliki modal untuk membangun usaha tersebut. Jika pemerintah dapat menciptakan startup semakin banyak, maka akan semakin banyak menciptakan pengusaha muslim yang baru. Jika usaha itu semakin berkembang, maka bank syariah akan meminjamkan modal kepada para pengusaha muslim tersebut. Wirausaha-wirausaha itu akan menjadi nasabah baru bagi bank syariah. "Maka bank syariah ini tidak lagi seperti dulu, yang kasih pinjam ke komoditi, sawit, importir BBM. Kami ingin bank syariah secara organik tumbuh dari potensi pengusaha muslim masa depan," kata Bambang. Penulis; Kurnia Sari Aziza Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/24/184215726/wakaf-diusulkan-jadi-modal-usaha-startup TAG: JAKARTA, KOMPAS.com - Bayangkan jika anda masih muda, tetapi memiliki telah memiliki usaha yang beromzet hingga Rp 1 miliar.
Namun ini bukanlah angan-angan. Seperti yang dilakukan oleh Devi Raissa Rahmawati. Wanita asal Jakarta ini membuat usaha buku khusus anak-anak yang dinamakannya Rabbit Hole. Atas kegigihan dan inovasinya, Devi menyabet penghargaan di ajangWirausaha Muda Mandiri 2016 yang digelar akhir pekan lalu. Usaha ini dimulai dari riset yang dilakukan Devi mengenai komunikasi antara orang tua dengan anak-anak khususnya balita. Dalam riset itu, Devi menemukan banyak keluhan dari para orang tua, karena sulitnya berkomunikasi dengan anak balita. Melihat keluhan itu, Wanita berusia 29 tahun ini mempunyai solusi bahwa dengan buku dapat meningkatkan komunikasi antara orang tua dengan balita. Akan tetapi, dirinya kembali menemukan keluhan dari para orang tua. Para orang tua mengeluh buku bacaan di Indonesia kurang variasi dan walaupun ada itu dengan harga yang lumayan tinggi. "Setelah itu saya mikir. Saya yang latar belakang psikologi anak dan suka nulis, sehingga ingin membuat buku dan harga terjangkau. Dan tercetuslah buku rabbit hole," ujar Devi di Jakarta, Sabtu (11/3/2017). Wanita berkurudung ini memulai usahanya dengan bermodalkan Rp 10 juta. modal tersebut didapat dari uang sakunya. Dengan modal tersebut, Devi dapat mencetak 1.000 buku dengan berbagai tema yang dijual kepada teman dekat. Buku ini dibuatnya dari bahan yang berkualitas premium, namun dengan harga yang terjangkau. Devi membuat semenarik mungkin agar balita tertarik untuk membaca, seperti disertai pop-up, flap, dan touch and feel. Dalam menerbitkan bukunya Devi tidak bekerja sama penerbit. Untuk memproteksi usahanya, Devi mendirikan perusahaan yang dinamakannya PT Lubang Kelinci Indonesia. "Usaha saya sudah teregistrasi sebagai PT. Saya sudah masuk ke Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), sehingga saya bisa menerbitkan buku sendiri," katanya. Devi menerbitkan bukunya dibantu dengan teman seperjuangannya. Jadinya Devi yang bertugas untuk menulis bukunya, temannya yang bertugas menambahkan grafis berupa gambar yang dapat dimengerti balita. Saat ini, Devi dapat memproduksi buku sebanyak 30.000 dengan tiga judul setiap bulannya yang dijualnya rata-rata mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 180.000. Devi memasarkan bukunnya hanya lewat media sosial Instagram. Devi menghindari penjualan buku di toko fisik, karena menurut dia toko kebanyakan mengambil profit lebih besar. Awalnya, lulusan Universitas Indonesia ini hanya meraih pendapatan perbulan jutaan rupiah. Namun, atas kegigihannya menggeluti usaha kini pendapatannya mencapai Rp 1 miliar per bulan. Selain menjual Devi juga mempunyai rasa sosial yang sangat tinggi. Buktinya setiap 20 buku yang terjual dirinya menyumbangkan satu buku ke taman baca. "Kami juga mempunyai arisan jika para orang tua yang tidak mampu. Arisan ini terdiri dari tujuh orang yang masing-masing membayar sejumlah uang. Nantinya orang tua bisa mendapatkan buku secara bergiliran," ucapnya. Ke depan, dirinya akan memasarkan bukunya hingga luar negeri. Pada bulan ini, Devi pun berkesempatan untuk tampil di Londok Book Fair untuk memperkenalkan bukunya. Penulis: Achmad Fauzi Editor: Bambang Priyo Jatmiko Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/03/13/074731226/produksi.buku.untuk.anak.wanita.ini.raih.omzet.hingga.rp.1.miliar. JAKARTA, KOMPAS.com - Faridah Alawiyah (33) tak menyangka baju ibu menyusui yang ia buat dengan modal awal coba-coba justru dilirik banyak orang. Dari situ, ia mulai menekuni bisnis baju khusus ibu menyusui.
"Awalnya cuma nawarin ke teman, ke tetangga, eh ternyata (mereka) mau banget," ujarnya saat berbincang dengan Kompas.com di Jakarta, Senin (21/8/2017). Bisnis baju khusus ibu menyusui Faridah dimulai pada 2012 silam dengan brand Mamigaya. Produksi awal konveksi rumahan Mamigaya hanya sekitar 200 potong baju per bulan. Seiring berjalannya waktu dan pemasaran yang masif, baju khusus ibu menyusui Mamigaya mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama para kaum hawa. Apalagi Faridah mengusung produk yang nyaman namun terjangkau. Harga terendah produk baju khusus ibu menyusui Mamigaya Rp 57.000. Sementara harga baju menyusui yang tertinggi hanya Rp 225.000. Kini, produksi Mamigaya pun melonjak hingga 4.000-5.000 potong bahu per bulan. Omzet bisnis baju khusus ibu menyusui yang dirintis Faridah pun ikut terdongkrak. Kini omzet Mamigaya mencapai Rp 300 juta - 400 juta per bulan, atau Rp 3,6 miliar - Rp 4,8 miliar per tahun. Bahkan produk Mamigaya tidak hanya diminati oleh masyarakat di dalam negeri, namun juga luar negeri. Sejumlah pesanan datang dari luar negeri, misal dari Malaysia, Singapura, Belanda, dan Jerman. Di akhir perbincangan dengan Kompas.com, Faridah pun membagikan tips kepada anak-anak muda yang akan memulai bisnis. "Kurangi keraguan memulai bisnis lalu cari segmen yang kita bisa masuk ke situ. Lalu tekuni dan pelajari bisnisnya jangan hanya permukaannya saja tapi hingga detail-detailnya, dan tentu jangan lupa berdoa," ucap perempuan kelahiran Bandung, 18 April 1984 itu sembari tersenyum. Penulis: Yoga Sukmana Editor: Aprillia Ika TAG: JAKARTA, KOMPAS.com - Ada kalanya konsumen lebih mengingat merk dagang ketimbang jenis produk saat akan membeli sesuatu.
Misalnya, ketika membeli minuman, konsumen cenderung menyebutkan merk daripada menyebut "air mineral". Y&R, salah satu perusahaan komunikasi pemasaran global, salah satunya bergerak di agensi periklanan, berpendapat suatu merk dapat melekat lama di benak konsumen karena sudah menjadi tradisi dan mengikuti perkembangan zaman. "Merk-merk yang terkenal sudah pasti menomorsatukan kualitas produk mereka serta memiliki nilai yang dapat berpengaruh ke konsumen mereka," ujar perusahaan, seperti dikutip dari Antaranews.com. Berikut ini adalah alasan-alasan mengapa suatu merk dapat terkenal dan bertahan lama. 1. Menawarkan solusi Kota besar yang macet justru menjadi inspirasi bagi perusahaan untuk menyediakan ojek motor yang bisa dipesan melalui aplikasi di ponsel pintar. Layanan yang awalnya hanya menyediakan jasa transportasi akhirnya berkembang menjadi layanan lainnya, misalnya untuk memesan makanan sehingga konsumen merasa hidup mereka dipermudah. 2. Inovasi Merk yang mampu bertahan dalam jangka waktu lama selalu berinovasi, misalnya merk makanan memperkenalkan rasa baru, cara mengkonsumsi yang baru hingga strategi kampanye yang menarik untuk mempromosikan makanan. 3. Merakyat Merk yang mudah dijangkau masyarakat akan lebih mudah diingat daripada merk yang hanya dapat dikonsumsi segelintir kalangan. Salah satu contohnya adalah kemunculan mini market yang dianggap mempermudah berbelanja. "Konsep pasar modern yang tadinya dianggap untuk kelas menengah ke atas, sekarang dapat dijangkau siapa Editor: Aprillia Ika Sumber: Antaranews.com, http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/22/200000726/mengapa-merek-terkenal-bisa-bertahan-lama- TAG: JAKARTA, KOMPAS.com - Siapa tak kenal hidangan khas Sumatera Barat bernama rendang? Saking tersohor akan kenikmatannya, rendang pun dinobatkan sebagai hidangan terlezat di dunia beberapa waktu lalu.
Anda yang tak sempat memasak rendang sendiri bisa langsung menikmatinya dengan membeli rendang basah maupun rendang kering jadi yang dikemas. Salah satunya adalah produk rendang Mizaki yang diproduksi oleh Ayu di Padang Panjang, Sumatera Barat. Produk ini bahkan sudah memiliki pelanggan di mancanegara. Ditemui di Jakarta akhir pekan lalu, Ayu menyatakan dirinya memproduksi rendang daging yang dikemas dalam kaleng. Tak hanya itu, ia juga memproduksi rendang paru, telur, belut, itik, dan pensi. "Yang khas adalah rendang pensi. Pensi itu adalah kerang air tawar yang cuma ada di Danau Singkarak dan dipanen di musim kemarau saja," kata Ayu. Mendirikan usaha rendang Mizaki tak sekejap dan tak mudah pula bagi Ayu. Awalnya, ia hanya menjual produk rendang yang dibuat oleh orang tuanya, bermodal Rp 200.000. Ayu mengistilahkan, kala itu ia "gali lubang tutup lubang." Maksudnya, ia mengambil dagangan orang tuanya, jika dagangannya habis terjual, maka barulah ia membayar kepada orang tuanya dan mengambil sedikit marjin saja. Pertama, ia memasarkan produk rendang tersebut ke lingkungan sekitar, termasuk sekolah dan kantor dinas. Dalam kurun waktu satu tahun, permintaan pun semakin mengalir. Untuk memenuhi permintaan yang semakin banyak, Ayu mulai kesulitan, khususnya masalah jarak. Pasalnya, ia tinggal di Padang Panjang, sementara orang tuanya tinggal di Payakumbuh. Akhirnya, Ayu memutuskan untuk memulai usahanya sendiri. Dengan mengantongi modal awal Rp 5 juta, ia akhirnya memproduksi rendang sendiri di Padang Panjang. Kini, produk rendang Mizaki kreasi Ayu telah dipasarkan dan dinikmati tak hanya di Sumatera Barat. Dengan kanal pemasaran lewat media sosial dan reseller, rendang Mizaki dinikmati pula di beberapa kota di Indonesia dan mancanegara. Ayu pun mengaku mendapat pula permintaan dari negara tetangga, Malaysia. Namun, sebelum mengirim produknya ke sana, saat ini tengah diurus perihal perizinan. Omzet yang cukup besar pun diraih Ayu dan rendang Mizaki. Saat ini, Ayu mengakui omzetnya mencapai Rp 60 juta per bulan. Ke depan, Ayu tentu mengharapkan usahanya semakin berkembang. Dalam tiga tahun mendatang, ia ingin membuka restoran yang secara khusus menyajikan berbagai jenis rendang. "Saya mau buat restoran khusus rendang, segala jenis rendang. Jadi bisa pilih rendang apa, kalau suka bisa langsung dibawa pulang," ungkap Ayu. Selain itu, ia juga ingin memiliki sebuah galeri penjualan secara khusus. Tidak hanya itu, Ayu juga akan memperbaiki kualitas kemasan, sehingga ketika dikirim ke kota atau daerah lainnya, kualitas rendang tetap terjaga. Ayu pun membuka kesempatan bagi reseller yang ingin menjual rendang Mizaki. Dengan modal awal Rp 500.000, berbagai produk rendang Mizaki bisa langsung dijual. Dalam sebulan, Ayu mengaku mengolah setidaknya 100 kilogram daging sapi dan 100 kilogram telur untuk diolah menjadi rendang. Pelanggan rendang Mizaki antara lain berasal dari Aceh, Medan, Jakarta, Bandung, Tangerang, Kalimantan, Sulawesi, Manado, bahkan hingga ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Jepang, Australia, hingga Amerika Serikat (AS). Penulis: Sakina Rakhma Diah Setiawan Editor: Aprillia Ika Sumber: http://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/22/063000526/bukan-sembarang-rendang-mizaki-mampu-raup-omzet-rp-60-juta-sebulan TAG: JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Legal Handling Complaint PTFirst Travel, Deski, masih enggan menjawab sumber dana untuk memenuhi opsi perdamaian yang akan mereka ajukan. Seperti diketahui, majelis hakim di Pengadilan Negeri Jakata Pusat, Selasa (22/8/2017), mengabulkan gugatan Perkara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang diajukan tiga calon jemaah dari First Travel.
Putusan itu mewajibkan First Travel melunasi seluruh utangnya kepada para jemaah atau memberikan opsi lain yang bisa dipertimbangkan jemaah. Deski mengatakan, dua opsi yang akan diajukan yaitu akan tetap memberangkatkan jemaah umrah, atau mengganti seluruh uang jemaah. Dua opsi tersebut sama-sama membutuhkan dana, sedangkan pemerintah memutuskan mencabut izin penyelenggaraan perjalanan ibadah umrah First Travel. Begitu juga dengan rekening milik bos First Travel Andika Surachman dan istrinya, Anniesa Desvitasari, yang hanya sebesar Rp 1,3 juta dan Rp 1,5 juta. "Masalah dana, Pak Andika membangun First Travel tanpa modal. Buktinya bisa berangkat sejak tujuh tahun. Jadi ini masalah keberangkatan bukan yang aneh kalau soal duit, kami pasti bisa berangkatkan," ujar Deski, usai persidangan, Selasa sore. Deski juga enggan menjawab apakah First Travel akan menggunakan skema pinjaman untuk membiayai seluruh opsi tersebut. Amar putusan gugatan PKPU dibacakan hakim ketua, John Tony Hutahuruk, dalam persidangan PKPU di PN Jakarta Pusat, Selasa sore. Putusan itu diambil hakim setelah mempertimbangkan bahwa First Travel dinilai tidak bisa melunasi utangnya. "Mengabulkan permohonan PKPU sementara dalam jangka waktu 45 hari. Menimbang debitur tidak bisa melunasi utangnya," ujar John. Penulis: David Oliver Purba Editor: Indra Akuntono Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2017/08/22/19210811/dari-mana-sumber-dana-first-travel-berangkatkan-umrah-seluruh-jemaah- TAG: |
News Archives
August 2021
News CategoriesAll Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum |