![]() JAKARTA, KOMPAS.com — Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada hari ini, Jumat (31/7/2015), makin terpuruk dan menembus level Rp 13.539 per dollar AS. Nilai tersebut kembali menempatkan rupiah pada level terendah sejak krisis tahun 1998 silam. Menanggapi hal itu, Bank Indonesia menjelaskan, pelemahan rupiah tidak lepas dari rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuannya.
0 Comments
![]() Jakarta (ANTARA News) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) berkomitmen membantu pemerintah mengembangkan Usaha Kecil Menengah yang memanfaatkan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi (ICT) sejalan dengan tersedianya infrastruktur akses internet broadband dari barat hingga timur Indonesia. "Setelah Telkom meluncurkan infrastruktur sistem komunikasi kabel laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS), pengembangan UKM terutama di wilayah timur Indonesia akan lebih mudah," kata Executive General Manager Division Business Service Telkom, Yusron Hariyadi, dalam siaran pers yang diterima Antara, di Jakarta, Rabu. 29/7/2015 1 Comment Akses UMKM Dipermudah![]() JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia menjadikan penyaluran kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah sebagai syarat mendapatkan insentif relaksasi rasio pinjaman terhadap sumber dana. Langkah ini merupakan strategi dalam mempermudah akses pembiayaan. Saat ini dikenal rasio pinjaman terhadap sumber dana (LFR). Semula diberlakukan rasio pinjaman terhadap simpanan atau dana pihak ketiga (LDR). Sumber dana diperluas dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank. Rasio LDR yang semula maksimal 92 persen, dinaikkan menjadi 94 persen dengan menggunakan rasio LFR. ![]() Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal sebagai amanat dari UU No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal telah dibentuk oleh pemerintah. Badan tersebut berada di bawah naungan Kementerian Agama. Dikutip dari situs resmi Setkab, Senin (27/7/2015), pembentukan badan itu diatur dalam Perpres No. 83/2015 tentang Kementerian Agama. Perpres itu ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada 15 Juli lalu. Berdasarkan Perpres tersebut, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal berfungsi melakukan penyusunan kebijakan teknis dan rencana dan program di bidang penyelenggaraan jaminan produk halal. Selain itu badan tersebut juga menjadi pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal, pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan jaminan produk halal, dan pelaksanaan administrasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal. http://industri.bisnis.com/read/20150727/12/456776/badan-penyelenggara-jaminan-produk-halal-dibentuk?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter&dlvrit=1674431 25/7/2015 0 Comments Genjot Pertumbuhan Ekonomi, OJK Perlonggar Sejumlah Aturan di Industri Keuangan![]() Jumat, 24 Juli 2015 | 15:31 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan 35 kebijakan terkait sektor perbankan, pasar modal, dan industri keuangan non-bank (IKNB). Kebijakan yang sebagian di antaranya adalah pelonggaran kebijakan itu diharapkan bisa memberikan stimulus terhadap perekonomian nasional. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, kebijakan ini dikeluarkan OJK agar industri keuangan bisa berperan lebih besar dalam mendukung perekonomian nasional. ![]() Rabu, 18 Maret 2015 | 21:38 Zurich Luncurkan Asuransi untuk UKM President Director and Chief Executive Officer (CEO) Zurich Indonesia, Brian J Berry, bersama Head of Small Business Segment Zurich Indonesia, The Kim Tjiang, dalam kesempatan peluncura produk Zurich Business Guard, di Jakarta, Rabu (18/3). (Beritasatu.com/Feriawan Hidayat) Jakarta - PT Zurich Insurance Indonesia (Zurich Indonesia) meluncurkan produk asuransi Zurich Business Guard yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan perlindungan asuransi bagi para pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM). Apalagi, UKM di Indonesia telah lama menjadi penggerak roda pertumbuhan ekonomi. UKM yang berjumlah hanya sekitar 1,2 persen dari jumlah perusahaan yang ada di Indonesia mampu menyerap tenaga kerja sekitar tujuh persen dari total tenaga kerja dan memberikan kontribusi sebesar 22 persen terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Namun di sisi lain, UKM juga menghadapi tantangan dan risiko yang besar. "Persaingan makin lama makin ketat dan banyak tantangan yang dihadapi oleh UKM. Dengan kondisi seperti ini, tidak mengherankan UKM seringkali mengabaikan perlindungan terhadap risiko-risiko yang dapat diasuransikan," ujar President Director & CEO of PT Zurich Insurance Indonesia, Brian J Berry dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (18/3). Apalagi, tingkat penetrasi asuransi pada UKM juga masih rendah dan banyak produk yang tidak disesuaikan terhadap kebutuhan segmen UKM yang terus berkembang. Dalam konteks tersebut dan dengan mempertimbangkan pasar yang besar serta peluang dari banyaknya kebutuhan terhadap asuransi yang belum terlayani dengan semestinya, Zurich Business Guard diluncurkan untuk memberikan solusi perlindungan yang komprehensif dalam format yang sederhana, mudah untuk dipahami dan dengan premi yang terjangkau, namun tetap menghadirkan sejumlah pilihan bagi konsumen. Direktur UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Eugenia Mardanugraha menyatakan, banyak usaha yang terhenti pada usaha menengah, dan mengalami kesulitan untuk dapat terus berkembang menjadi usaha besar, salah satu penghambat adalah kurangnya kemampuan dalam mengelola risiko non bisnis. "Karenanya, perlindungan asuransi dapat menjadi jawaban yang ideal bagi pengelolaan risiko non-bisnis, tentunya hal ini memerlukan dukungan dari para perusahaan asuransi untuk menyediakan produk-produk yang dapat menjawab kebutuhan dari UKM tanpa melupakan proses edukasi dan sosialisasi akan pentingnya asuransi," ujarnya. Zurich Business Guard dirancang untuk memberi perlindungan terhadap aset-aset bisnis berupa bangunan, isi bangunan, dan persediaan, dari berbagai kejadian yang tidak diharapkan seperti kebakaran, bencana alam, banjir, pencurian dan sebagainya. Namun, tidak sampai di situ saja, perlindungan Zurich Business Guard juga diperluas dengan perlindungan terhadap tanggung jawab hukum dan berbagai manfaat tambahan lainnya sehingga para pemilik UKM mendapatkan ketenangan. Berbagai manfaat inovatif tambahan di antaranya adalah Manfaat Kelangsungan Usaha dan Akomodasi Tinggal Sementara yang diberikan dalam bentuk santunan harian, penurunan mutu/kerusakan persediaan barang, Kerusakan Mesin, Uang dalam brankas maupun dalam pengiriman, dan berbagai manfaat lainnya. Dengan tiga jenis jaminan dan hingga 61 jenis total manfaat dan perluasan, Zurich Indonesia yakin Zurich Business Guard akan melengkapi portfolio perusahaan dalam memberikan perlindungan bagi Indonesia. Yohanes Harry Douglas/NAD http://www.beritasatu.com/asuransi/258377-zurich-luncurkan-asuransi-untuk-ukm.html Kamis, 16/07/2015
Jakarta – Meski secara kumulatif selama periode Januari-Juni 2015 neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 4,35 miliar, sejumlah pedagang mengeluhkan penurunan omzet penjualan hingga 50%. Ini menunjukkan dampak perlambatan ekonomi Indonesia saat ini juga dirasakan oleh pelaku usaha kecil. Bahkan momen Lebaran yang biasanya menjadi ajang meraup keuntungan besar justru tahun ini sebaliknya. NERACA Hal ini dialami para pedagang kue kering seperti nastar. Penjualan kue di bulan ramadhan saat ini jauh lebih sepi ketimbang beberapa tahun sebelumnya. Dampak penurunan omzet perdagangan mereka rata-rata merosot 40%-50%. Seperti Hasan Soleh, pedagang kue kering di Blok 5, Pasar Senen Jaya, Jakarta, mengaku pendapatan tahun ini merosot tajam. "Jauh merosot, nggak tahu mungkin karena liburan sekolah, secara ekonomi kita juga lagi lesu, kemampuan membeli menurun karena kan apa-apa mahal, bahan pokok mahal," ujarnya kepada Neraca, pekan ini. Menurut dia, biasanya sebulan sebelum lebaran atau awal memasuki ramadhan, permintaan sudah tinggi. Tahun ini berbeda, hingga seminggu menjelang lebaran, kue yang terjual sangat sedikit."Kira-kira 30-40% turunnya, dulu sebulan sebelum lebaran saja sudah ramai, sekarang masih sepi. Tahun kemarin kita itu sampai nggak sempet duduk, sekarang malah kebanyakan duduk," tutur dia. Baca juga: Menko Pastikan Bunga KUR Turun Mulai Juli 2015 Selain nastar, Hasan juga menjual berbagai jenis kue kering lainnya seperti kacang mete, pilus, bagelen, kastengel, keripik singkong, dan lain-lain. Harga yang dibanderol pun bervariasi mulai dari Rp 90.000-Rp 100.000 untuk satu paket berisi 6 toples. Ada juga yang dijual kiloan seperti kacang mete, harganya Rp 150.000 per kg. Dia berharap, ekonomi Indonesia bisa segera pulih sehingga daya beli masyarakat naik dan pedagang bisa diuntungkan. "Harapan ekonomi lebih baik secara global, kalau kemampuan beli besar maka akan lebih banyak beli, kita juga dagangnya enak," ujarnya. Baca juga: Jumlah Pemudik Diduga Turun - PENJUALAN MOBIL 2015 DIPREDIKSI MENURUN Kondisi serupa juga dirasakan oleh pedagang tekstil di Pasar Tanah Abang, Jakarta, yang mengeluhkan penurunan omzet dagangan akibat lesunya perekonomian pada Ramadan tahun ini.Meski jumlah pengunjung yang datang ke Pasar Grosir Tekstil terbesar di Asia Tenggara itu cukup ramai, kebanyakan mereka mengurangi jumlah pembelian atau sekadar melihat-lihat saja. Seperti yang dialami Murni, pedagang pakaian renang di lantai satu Blok B tersebut mengaku omzetnya sudah turun 50% karena lesunya perekonomian Indonesia. "Kondisi perdagangan tahun ini benar-benar parah, saya hampir kehilangan setengah dari omzet tahun lalu. Pembeli jauh lebih berhemat dengan situasi serba sulit seperti ini, apalagi kebutuhan untuk makanan sehari-hari sangat tinggi di bulan puasa ini," ujarnya. Baca juga: Harga BBM Diminta Tidak Naik Hingga Lebaran Menurut dia, ramadhan kali ini berdekatan dengan musim tahun ajaran baru bagi anak sekolah, dan hal ini membuat masyarakat semakin selektif membelanjakan uangnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Dafrul, pedagang pakaian gamis yang memiliki toko di Lantai LG Blok F Pasar Tanah Abang. Dia mengaku terpaksa mengurangi karyawan di tokonya karena keuntungan yang didapat berkurang lebih dari 60% pada tahun ini. Daya Beli Melemah Dari gambaran tersebut, Mendekati hari raya Idul Fitri, perekonomian nasional mengalami pelambatan pertumbuhan. Aktivitas perdagangan di pasar-pasar yang biasanya sangat ramai, saat ini cenderung tidak seperti beberapa tahun sebelumnya. Baca juga: Harga Naik, Optimisme Publik Turun - INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN MENURUN Hal ini karena daya beli masyarakat yang cenderung melemah. Kita juga melihat fenomena stok barang milik para pabrikan, agen, dan pedagang yang menumpuk digudang. Fenomena pemutusanhubungan kerja (PHK) sudah mulai terlihat. “Daya beli masyarakat sudah melemah. Terbukti penjualan di Pusat Grosir Jakarta (Tanah Abang) mengalami penurunan. Tidak itu saja, pengusaha Batik di Pekalongan pun banyak mengeluh jika Lebaran kali ini orderan batik menurun drastis,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Harapan Masyarakat Indonesia (PAHMI) Muhyat AS di Jakarta, Minggu (12/7). Baca juga: Perlu Kepastian Hukum Persaingan Usaha Migas Melemahnya kinerja sektor riil tersebut, menurut dia, membuat pengusaha sulit untuk bertahan. Tidak heran jika kalangan pengusaha banyak yang merencanakan untuk melakukan PHK terhadap karyawannya. “PHK yang hari ini sudah ada didepan mata inilah yang perlu kita hindari. Jika ada banyak PHK nanti akan berdampak kepada banyak pengangguran dan makin memperlemah kondisi perekonomian bangsa karena beban yang harus ditanggung pemerintah justru akan semakin berat karena dampak dari banyaknya korban PHK,” ujarnya. Baca juga: KPPU Hukum Denda 17 Pelaku Usaha Elpiji Muhyat melihat PHK itu nanti bisa diminimalisir dengan cara pemerintah membantu perputaran uang di dalam negeri bisa lebih besar karena itu pasti berdampak terhadap penyerapan anggaran yang lebih cepat. “Coba kalau pak Presiden Jokowi mau menginstruksikan kepada BUMN dan Kadin sering melakukan pasar rakyat murah. Saya rasa itu sebagai salah satu solusi menghadapi melemahnya perekonomian dengan mensinergikan sektor makro dan sektor mikro,” ujarnya. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2015 mengantungi surplus sebesar US$477 juta, karena kinerja ekspor mencapai US$13,44 miliar dan impor sebesar US$12,96 miliar. Baca juga: Perpanjangan Izin Usaha Freeport Digugat ke PTUN Secara kumulatif, untuk periode Januari-Juni 2015, neraca perdagangan mengalami surplus sebesar US$4,35 miliar. Dimana kinerja ekspor pada periode tersebut tercatat sebesar US$78,29 miliar dan impor tercatat sebesar US$73,93 miliar. Untuk kinerja ekspor, pada Juni tercatat sebesar US$13,44 miliar yang mengalami kenaikan sebesar 5,91% jika dibandingkan dengan Mei 2015 lalu yang tercatat US$12,69 miliar. Ekspor nonmigas pada Juni 2015 mencapai US$11,98 miliar, naik sebesar 5,87% jika dibandingkan dengan Mei lalu yang sebesar U$11,31 miliar. Sementara jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 lalu, mengalami penurunan 5,06% yang tercatat U$12,62 miliar. Baca juga: BI Rate Turun, Sinyal Positif Bagi Sektor Riil Bank Indonesia (BI) mencatat, realisasi uang tunai yang keluar menjelang Lebaran 2015 sekitar Rp 125 triliun, naik tipis dari tahun lalu yang senilai Rp 124 triliun. Padahal, "Biasa setiap tahun naik 11% bahkan pernah 14%," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara kepada pers, Selasa (14/7). Indikasi pelemahan ini sebenarnya sudah terlihat sejak awal dari penurunan tingkat keyakinan konsumen. Data BI memperlihatkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Juni 2015 sebesar 111,3 poin atau turun 1,5 poin ketimbang bulan sebelumnya. Pelemahan ini sejalan dengan penurunan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang masing-masing turun 2,3 poin dan 0,5 poin dari posisi di bulan lalu. Baca juga: Dunia Usaha Masih Keluhkan Kebijakan Pemerintah - Perizinan Terpadu Belum Cukup Mengurangi Beban Pelaku Bisnis Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi enam bulan mendatang juga merosot. Itu tecermin dari IEK yang pada Juni 2015 tercatat 122,4 atau turun 0,5 poin dari IEK di bulan sebelumnya, yaitu 122,9. Konsumen tampaknya masih khawatir kondisi ekonomi domestik enam bulan ke depan belum membaik. Apalagi lebaran sudah di depan mata. Selain predikat perhelatan keagamaan dan sosial, ritual tahunan itu juga membawa dimensi ekonomi; inilah masa puncak belanja masyarakat dan bak suntikan stimulus penggerak ekonomi Indonesia. Bahkan tahun ini peran belanja lebaran amat krusial bagi ekonomi Indonesia. bari/mohar/fba http://www.neraca.co.id/article/56441/lebaran-prihatin-omzet-usaha-turun-50-meski-neraca-perdagangan-indonesia-surplus SELASA, 21 JULI 2015 | 05:39 WIB
TEMPO.CO , Jakarta: Penonton YouTube pada Q2 2015 naik 60 persen dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu. "Ini merupakan tingkat pertumbuhan paling cepat yang pernah kami alami dalam dua tahun ini," kata Chief Financial Officer YouTube Ruth Porat, seperti dilansir GSM Arena, Jumat. Tidak hanya itu, Porat juga mengungkap fakta bahwa waktu yang dihabiskan pengguna YouTube untuk menonton video pada ponsel kini meningkat dua kali lipat. Menurut Porat, saat ini pengguna rata-rata menghabiskan waktu 40 menit untuk menonton video YouTube melalui ponsel mereka. Hal tersebut mungkin terjadi karena dorongan perangkat smartphone itu sendiri. Saat ini banyak sekali produsen smartphone yang menawarkan ponsel dengan layar lebar, sehingga membuat pengalaman menonton video YouTube lewat ponsel lebih nyaman. Selain itu, sejumlah aplikasi yang diluncurkan YouTube juga kemungkinan besar ikut mendorong angka tersebut. Februari lalu, YouTube telah merilis aplikasi untuk anak-anak yang dinamai YouTube Kids. Bulan lalu YouTube juga baru saja mengumumkan akan meluncurkan layanan baru yang diberi nama YouTube Gaming, yang dikabarkan akan tersedia pada musim panas ini. ANTARA http://tekno.tempo.co/read/news/2015/07/21/072685240/penonton-youtube-melonjak-60-persen-mengapa Lily Rusna Fajriah
Rabu, 15 Juli 2015 − 11:46 WIB Ekonomi makin lesu, siap-siap PHK massal. Foto: Ilustrasi/Istimewa JAKARTA - Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2015 semakin lesu dan masih sulit tembus angka 5%. Akibatnya, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran menjadi hal yang paling mungkin terjadi. Dia menuturkan, lambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia juga diwarnai dengan kondisi sektor riil yang jauh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. "Kemungkinan itu ya, yang menjadi persoalan lagi sektor riilnya itu malah di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Kayak kemarin ekonomi tumbuh 4,7% (kuartal I) tapi industri hanya 3,8%. Di kuartal II juga begitu," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Rabu (15/7/2015). Menurut dia, saat ini yang relatif masih tumbuh baik hanyalah sektor jasa terutama industri telekomunikasi. Bahkan, industri makanan dan minuman yang seharusnya tumbuh baik saat Ramadan dan lebaran justru menunjukkan kondisi sebaliknya. "Jadi yang relatif masih tumbuh hanya jasa telekomunikasi. Coba bayangkan, uang anak sekolah saja kemudian, lebih dulu pulsa. Artinya, pertumbuhan telekomunikasi luar biasa, tapi industri sektor riil bahkan termasuk makanan dan minuman justru menurun," imbuh dia. Saat ini, sambung Enny, industri makanan dan minuman hanya tumbuh 3% dari sebelumnya bisa mencapai 5%. Kondisi ini, sudah barang tentu menyebabkan pengusaha yang bergerak di sektor riil menjadi rugi. "Kalau yang jualan jasa masih relatif jalan termasuk impor. Tetapi yang produksi sektor riil yang drop. Artinya implikasinya luas, kalau tidak menghasilkan barang, ini yang jadi ancaman tenaga kerja," terangnya. Dia menambahkan, industri yang paling rentan terjadi PHK massal saat ini adalah industri padat karya, yang banyak menyerap tenaga kerja. "Terutama memang yang dikhwatirkan industri padat karya, terutama yang besar-besar itu tekstil, garmen, makanan dan minuman. Itu kan justru yang labour intensive," pungkas Enny. source:http://ekbis.sindonews.com/read/1023981/34/ekonomi-makin-lesu-siap-siap-phk-massal-1436935557 |
News Archives
August 2021
News CategoriesAll Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum |