Tangerang SELATAN, KOMPAS. com - Awal pekan ini menjadi hal yang tak biasa bagi ribuan mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Bintaro Tangerang Selatan.
Ribuan mahasiswa STAN ramai-ramai berkumpul dan memadati Aula Gedung G STAN, pukul 07.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) dan bersiap menyambut kedatangan dosen tamu yang akan memberikan kuliah umum yakni Menteri Keuangan Sri Mulayani Indrawati. Ani sapaan akrab Sri Mulyani datang tepat pada pukul 08.00 WIB, dan disambut oleh tepukan tangan dan gemuruh teriakan dari para mahasiswa dan mahasiswi yang memadati lokasi tersebut. Tak lama, Ani langsung naik ke podium utama untuk memberikan materi kuliah umum kepada ribuan mahasiswa STAN. Ani tampak amat bersemangat, raut wajahnya menggambarkan keceriaan, senyum di wajahnya terus terpancar di hadapan ribuan mahasiswa STAN. Wanita kelahiran Bandar Lampung 54 tahun silam itu memulai kuliah umumnya dengan membawakan materi seputar perkembangan ekonomi terkini. "Hari ini saya akan membawakan (materi) lima poin utama, pertama, perkembangan ekonomi terkini, pengertian dan filosofi APBN, kebijakan fiskal dan APBN, kemudian APBN 2016 dan APBNP 2017, terakhir reformasi struktural," papar Ani di STAN Bintaro, Tangerang Selatan,Banten, Senin (17/4/2017). Setelah kurang lebih 160 menit membawakan materi dalam kuliah umum tersebut, pihak kampus memberikan kesempatan kepada perwakilan mahasiswa untuk bertanya langsung kepada sang menteri keuangan. Kemudian ada salah seorang mahasiswi yang bertanya kepada Sri Mulyani, terkait masa depan karir Sri Mulyani, jika sudah tak menjabat sebagai Menteri Keuangan. Sri Mulyani pun menjawab pertanyaan tersebut, menurut Sri Mulyanidirinya memiliki hati yang besar pada bidang pendidikan, karena bidang pendidikan merupakan investasi paling berharga dalam perjalanan hidup setiap manusia. "Pada dasarnya hati saya itu ada di bidang pendidikan. Saya merasa, bahwa investasi yang sangat berharga di dunia ini adalah mengenai pendidikan atau membentuk manusia," jawab Sri Mulyani. Apalagi, lanjut Sri Mulyani, rumah pribadinya sangat dekat lokasinya dengan STAN Bintaro tempat dibimbingnya para calon-calon aparatur negara. "Kampus ini jaraknya dekat sekali dengan rumah pribadi saya di sini ( Bintaro), bukan rumah dinas menteri. Saya pingin nanti ketika pensiun lihat mahasiswa, bersama suami saya, minum kopi enggak minum Starbucks, tapi kopi Indonesia, sama makan pisang goreng, bukan croissant, mungkin juga bisa bawa cucu saya main bola," ungkap Sri Mulyani. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia pun tak menolak, bila memang dirinya nanti diminta untuk mengajar mahasiswa. "Kalau anda (mahasiswa) ingin saya mengajar, saya akan mengajar. Saya duduk, ngobrol saja dengan anda. Itu membuat hidup kita lebih bahagia," jelasnya. Sri Mulyani mengungkapkan, dirinya pun tidak akan mau jika ditawarkan mengajar di kampus luar negeri sekalipun. "Saya enggak kepingin di kampus-kampus negara lain. I dont feel like home, iya kan? Ini rumah kita ini negara kita, ayo belajar dan bangun Indonesia," pungkasnya. Namun, Ani sapaan akrab Sri Mulyani tak bosan-bosan mengingatkan para mahasiswa STAN agar kelak nantinya mengabdi pada negara dengan baik dan menghindari perbuatan yang merugikan negara. Menurutnya, menjadi mahasiwa pada STAN menjadi hal yang berharga untuk mengabdi pada negara. "Kalian lulus sudah ada yang menampung, kalau mahasiswa lain harus menghadapi 1,8 juta calon tenaga kerja, negara berinvestasi untuk mendidik kalian, dan kalian berhutang," paparnya. Dirinya pun berpesan, jika telah menjabat pada lembaga negara, hindari praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme. "Bangun dan urusi Indonesia ini, ingat urusi bukan mengkuruskan negaramu," tegasnya. Usai kuliah umum tersebut, Sri Mulyani pun menjadi magnet bagi mahasiswa, semua mahasiswa bersiap dengan smartphone untuk mengabadikan momen langka bersama menteri keuangan. Dengan senyuman Sri Mulyani pun meladeni keinginan mahasiswa untuk berfoto bersama, kucuran keringat yang membasahi wajahnya pun tak menjadi halangan. PenulisPramdia Arhando Julianto EditorM Fajar Marta Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/04/18/053000226/keinginan.sri.mulyani.jika.tak.lagi.jadi.menteri.
0 Comments
KOMPAS.com - Indonesia memerlukan tiga syarat penting untuk mampu bersaing di kawasan ASEAN. Ketiga syarat itu adalah inovasi, kreativitas, dan kewirausahaan. Adalah mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi periode 19 Mei 2014 sampai dengan 27 Oktober 2014, Chairul Tanjung yang menyampaikan hal itu pada Sabtu, pekan lalu.
"Ke depan, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah kunci penguasaan ekonomi," tutur CEO CT Corp ini di hadapan anggota Himpunan Pengusaha Alumni Institut Teknologi 10 November Surabaya (Hipa ITS) dalam diskusi bertema "Penguatan Kultur Kewirausahaan dalam Membangung Wirausaha yang Tangguh", di Jakarta, sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com. Lebih lanjut, Chairul mengatakan di masa mendatang, perekonomian yang mengandalkan efisiensi dan produktivitas bakal kalah bersaing. Tiga hal di atas harus menjadi penyokong pada perekonomian berbasis efisiensi dan produktivitas itu. Salah satu fokus yang mengemuka pada perekonomian masa datang adalah sharing ekonomi. Chairul memberi contoh soal perkembangan bisnis transportasi berbasis digital dalam jaringan (online), Uber. Perusahaan itu tidak mempunyai armada namun menguasai pasar dunia. Hal yang sama juga terlihat pada bisnis ritel online Amazon dan Alibaba. "Tidak punya toko tetapi menguasai dunia," kata Chairul. Laman resmi Kementerian Koperasi Usaha Kecil dan Menengah , depkop.go.id, per Maret 2017, menunjukkan catatan bahwa rasio wirausaha Indonesia besarnya 3,1 persen dari jumlah penduduk. Angka ini akan ditingkatkan menjadi empat persen hingga 2017 usai. Di kawasan ASEAN, Singapura sudah memiliki rasio wirausaha sebesar 7 persen dari jumlah penduduk. Malaysia menyusul dengan angka 5 persen. Lalu, ada Thailand di urutan ketiga dengan angka rasio 4 persen. Editor: Josephus Primus Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/04/25/125054226/bersaing.di.asean.indonesia.perlu.tiga.syarat.penting MALANG, KOMPAS.com - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan, pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) akhir - akhir ini bertambah pesat.
Namun, pendirian BUMDes itu tidak dibarengi dengan kualitas sumber daya yang mampu mengelolanya. Dikatakan Eko, ada sekitar 22.000 BUMDes yang sudah berdiri. Belum lama ini, dalam empat bulan terakhir, ada tambahan sekitar 8.000 unit. Dengan begitu, jumlah BUMDes hingga saat ini mencapai sekitar 30.000 unit. Meski demikian, jumlah BUMDes yang benar - benar berjalan hanya sekitar 8.000 unit. Dan yang sudah benar - benar menuai untung hanya sekitar 4.000 unit. Untuk memastikan keberadaan BUMDes itu tidak percuma, Kementerian Desa sudah menjalin kerja sama dengan KementerianBadan Usaha Milik Negara (BUMN). "Tidak semua desa punya sumber daya yang mampu mengelola BUMDes. Makanya kita sekarang bekerja sama dengan Kementerian BUMN," kata Eko dalam seminar di Gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya, Malang, Kamis (19/1/2017). Untuk jangka pendek, kerja sama antar kementerian itu berupa pelatihan terhadap sumber daya BUMDes. Hal itu dilakukan oleh Kementerian BUMN melalui BRI dan BNI. "Masing - masing bank itu 1.500 BUMDes setiap tahun. Sampai sekarang masih jalan ini," jelasnya. Sementara kerja sama untuk jangka panjang, Kementerian BUMN sudah berencana akan membentuk badan berupa BUMN yang akan menjadi holding BUMDes. Dengan begitu, seluruh BUMDes dipastikan mendapat pendampingan. '"Untuk memastikan bahwa setiap BUMDes itu ada pendampingan. Kalau nggak ada pendampingan nanti BUMDes hanya papan nama saja," jelasnya. Selain itu, pentingnya holding BUMN itu juga untuk meningkatkan jaringan BUMDes. Dengan begitu, BUMDes yang sudah terbentuk bisa menjadi seperti BUMDes yang telah sukses meraih untung. "Dengan adanya holding network kan jadi besar. Jadi BUMDes tidak ada kesulitan mencari suplayer," ungkapnya. PenulisKontributor Malang, Andi Hartik EditorAprillia Ika Sumber:http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/20/140000126/pemerintah.pusat.bentuk.bumn.sebagai.holding.bumdes 24/4/2017 0 Comments Menjadi Miliarder berkat InstagramKOMPAS.com - Popularitas media sosial (medsos) terus melahirkan miliarder baru. Tak terkecuali bagi pendiri medsos berbagi foto yang sangat tersohor, Instagram.
Empat tahun setelah membuat keputusan bernilai miliaran dollar, pendiri Instagram Kevin Systrom kini berhasil masuk daftar miliarder dunia. Mengutip Forbes, Systrom melepas Instagram pada 2012 ke tangan pemilik Facebook Mark Zuckerberg. Kala itu, transaksi penjualan Instagram diprediksi akan memberikan masa depan cerah bagi kedua belah pihak. Penjualan Instagrammenghebohkan karena Facebook rela merogoh kocek sebesar 1 miliardollar AS. Zuckerberg membeli Instagram senilai 300 juta dollar AS secara tunai dan memberikan 23 juta saham Facebook. Padahal, saat itu Instagrammasih berstatus "bayi" medsos alias baru lahir selama dua tahun. Sebab, kendati sudah membetot perhatian konsumen, penggunaInstagram hanya 30 juta dan belum menghasilkan laba. Zuckerberg meneken kesepakatan akuisisi Instagram pada Mei 2012, tepat satu bulan sebelum Facebook menggelar penawaran saham perdana (IPO). Saat pertama kali meluncurkan Instagram pada Oktober 2010 silam, Systrom hanya memiliki 13 pegawai. Pasca-akuisisi, Zuckerberg tetap mempertahankan Systrom sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan tetap memiliki 40 persen saham Instagram. Di bawah kendali Systrom, Instagram pun menjadi aplikasi dengan pertumbuhan paling pesat sepanjang sejarah. Pertumbuhan pesat ini juga lahir dari keputusannya menjual sebagian besar saham Instagramkepada Facebook. Tercatat per akhir 2016 lalu Instagram memiliki sedikitnya 600 juta pengguna. Forbes menaksir, aplikasi Instagram telah memiliki valuasi sebesar 50 miliar dollar AS. Lewat kesuksesannya itu, kekayaan Systrom pun melesat drastis dari 280 juta dollar AS di tahun 2012 menjadi 1,24 miliar dollar AS per 17 April 2017. Dengan harta sebesar itu, Systrom sukses menduduki posisi ke-15 di daftar orang Amerika terkaya dengan usia di bawah 40 tahun. Boleh dibilang, perjalanan Systrom menjadi kaya raya memiliki cerita unik. Bahkan, salah satu penentu nasib mujur Systrom yakni pertemuannya dengan Zuckerberg. Ada beberapa kejadian unik yang terjadi antara Systrom dan Zuckerberg. Ceritanya begini, pada tahun 2005 saat Facebook belum berdiri, Systrom yang kala itu kuliah di perguruan tinggi diminta Zuckerberg keluar dari Standford University untuk membantunya membuat layanan berbagi foto di situs jejaring sosial miliknya. Seperti dilansir Forbes, Systrom menolak permintaan tersebut. Padahal, jika Systrom setuju membantu Zuckerberg, dia bisa memiliki saham Facebook yang saat ini bernilai miliaran dollar AS. Uniknya lagi, selepas menolak ajakan Zuckerberg, Systrom justru memilih bekerja di sebuah kedai kopi. Nah setahun bekerja di kedai kopi, Systrom membuatkan secangkir kopi yang dipesan oleh Zuckerberg yang telah menjadi orang terkaya. Setelah pertemuan itu, Systrom memutuskan kembali menekuni dunia teknologi. Tak lama, dia membuat aplikasi bernama Burbn bersama dengan kerabatnya Mike Krieger. Aplikasi Burbn inilah yang menjadi cikal bakal Instagram. Setelah berbenah di sana sini, barulah pada 6 Oktober 2010 Instagram muncul di App Store. Tangan dingin Systrom dan Krieger menjadikan aplikasi Instagram laris manis di peluncuran perdana. Dalam hitungan jam, Instagram sudah memiliki 10.000 pengguna. Popularitas Instagram bertahan kendati muncul banyak media sosial. (Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang) Source: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/04/19/101024326/menjadi.miliarder.berkat.instagram Bisnis.com, JAKARTA - Berbagai riset memprediksi millennials akan menjadi generasi paling konsumtif sepanjang sejarah. Setidaknya sejauh ini proyeksi tersebut mengarah pada kenyataan.
Hal itu terefleksi dari dominasi mereka terhadap pembelian barang-barang bermerek di seluruh dunia. Selain millennials, generasi Z juga mendominasi komposisi total konsumen di hampir seluruh penjuru dunia. Pergeseran demografi konsumen tersebut turut mengubah konstelasi perilaku konsumen di hampir seluruh negara. Akibatnya, perusahaan-perusahaan penyedia barang dan jasa pun harus segera menyesuaikan diri untuk mengikuti perubahan perilaku konsumen tersebut. Mereka yang sukses mengikuti perkembangan zaman muncul sebagai merek-merek terfavorit konsumen millennials. Beberapa dari merek-merek terfavorit millennials itu a.l. Victoria’s Secret, Sephora, dan Nike. Hal itu terungkap dari laporan 2017 Love List Brand Affinity Index yang diluncurkan Conde Nast Inc. dan Goldman Sachs Group Inc. pertengahan pekan ini. Selain ketiga merek tersebut, Conde Nast dan Goldman Sachs melansir sederet merek dagang lain yang dipercaya oleh para konsumen millennials dan Gen-Z. Misalnya saja; Kate Spade, Coach, Micahel Kors, Target, Urban Decay, Forever 21, dan sebagainya. Laporan tersebut melibatkan survei terhadap 2.345 responden millennials Amerika Serikat dari rentang usia 13-39 tahun. Adapun, perusahaan yang ada di dalam daftar mencakup 99 merek fesyen, 77 peritel, dan 78 merek kosmetika/kecantikan. Merek-merek yang disurvei meliputi produk-produk yang terkait dengan gaya hidup, seperti; busana, alas kaki, tas tangan, pakaian dalam, peralatan olah raga, aksesori, peralatan kecantikan, dan kosmetika. Dari merek-merek yang muncul di daftar tersebut, dapat ditarik garis merah bahwa mereka adalah perusahaan-perusahaan yang memprioritaskan lini bisnis online-nya untuk mengikuti perkembangan kebutuhan konsumen millennials. “Millennials dan generasi Y adalah konsumen yang lahir dengan ponsel pintar di genggaman mereka. Mereka kecanduan teknologi dan menginginkan efisiensi dan kecepatan tingkat tinggi untuk segala hal,” papar Chief Marketing Officer Conde Nast, Pamela Drucker Mann. Dia mengatakan dengan mengamati perilaku konsumen millennials di AS sebagai sampel, perusahaan-perusahaan barang dan jasa dapat mempelajari dan menarik kesimpulan tentang kecenderungan konsumen dari kalangan generasi muda di seluruh dunia. Menurut Pamela, konsumen millennials dan Gen-Z semakin intensif menggunakan ponsel untuk belanja online untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Lebih dari sepertiga belanja barang di dunia dilakukan via online; 35% oleh perempuan dan 42% oleh laki-laki. “Industri ritel sedang dalam masa transisi besar-besaran. Jika Anda ingin menjadi perusahaan generasi baru, Anda harus beradaptasi dengan strategi digital dan mobile first. Amazon.com adalah contoh perusahaan yang sukses mengdaptasi strategi tersebut,” ujarnya. Dengan mengidentifikasi pergeseran preferensi dan perilaku konsumen berdasarkan hasil studi tersebut, Goldman Sachs memberikan masukan-masukan bagi perusahaan-perusahaan yang ingin tetap eksis dan sukses di era digital. Menurut hemat Goldman, Amazon.com adalah perusahaan yang paling cepat beradaptasi dengan pergeseran perilaku dan preferensi konsumen. Itulah mengapa, perusahaan tersebut menjadi destinasi terfavorit untuk berbelanja produk gaya hidup di seluruh dunia. “Konsumen sekarang semakin cerdas. Mereka lebih perhitungan sebelum membeli sesuatu. Nah, Amazon.com adalah pelopor situs belanja online yang memiliki fitur pembanding harga,” ungkap Pamela. Studi tersebut juga mengungkap 10 merek fesyen dan kecantikan ‘baru’ yang popularitasnya meroket dalam waktu kurang dari setahun. Mereka a.l. Fabletics, Too Faced, Kylie Cosmetics, ColourPop, Glossier, Anastasia, Lularoe, Glam Glow, Kat Von D, dan Milk. Adapun, merek-merek tradisional yang berhasil beradaptasi dengan perkembangan zaman dan memenangkan hati para millennials antara lain Adidas, Nike, Lulumelon, Urban Decay, NYX, Sephora, Tarte, Ulta, MAC, dan Victoria’s Secret. Dari segi aplikasi, 20 merek yang paling populer berturut-turut adalah Snapchat, Amazon, Instagram, Twitter, Pinterest, Target, Poshmark, Facebook, Sephora, Uber, Starbucks, Wish, Ebay, Mercari, Venmo, Google, Netflix, Pokemon Go, Etsy, dan Ibotta. Antisipasi Indonesia Antisipasi perusahaan terhadap pergeseran perilaku dan preferensi konsumen millennials juga terjadi di Indonesia. Apalagi, pemerintah telah mengimbau perusahaan-perusahaan untuk cepat beradaptasi dengan teknologi untuk memenuhi kebutuhan konsumen masa kini. Hal itu diungkapkan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita di sela-sela perayaan Hari Konsumen Nasional 2017, yang jatuh pada Kamis (20/4/2017). Dia berharap lebih banyak pelaku usaha memanfaatkan bisnis online demi kenyamanan konsumen. Pada kesempatan itu, dia berharap agar Harkonas menjadi pengingat untuk terus meningkatkan keberdayaan konsumen, terutama saat peluang dan tantangan yang dihadapi semakin kuat seiring perkembangan teknologi. “Untuk menjamin pertumbuhan yang berkesinambungan, tidak hanya jaminan ketersediaan barang dan/atau jasa yang diutamakan, tetapi pengembangan pasar secara digital juga harus dapat dipercaya dan terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari,” tegasnya. Saat ini, kata Enggar, 40% penduduk dunia dan 33,2% penduduk Indonesia mempunyai akses ke internet. Hal tersebut akan terus berkembang, sehingga konsumen harus semakin jeli agar terhindar dari praktik-praktik pelaku usaha yang merugikan. “Melalui keberdayaan dan perlindungan konsumen yang memadai, Indonesia mampu membangun kualitas manusia yang bermartabat, cerdas, sehat, inovatif, dan produktif. Ini akan membawa kita pada ketahanan nasional, dan berdaya saing di berbagai bidang.” Generasi milenial merujuk pada mereka yang lahir setelah tahun 1980 dan merupakan generasi pertama yang muncul pada milennium baru. Merek Terfavorit Generasi Millennials: ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Peringkat: Merek: Kategori: Presentase ketertarikan (%): ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 Victoria’s Secret Pakaian dalam 56,6 2 Sephora Ritel kecantikan 38,0 3 Nike Alat olah raga 29,7 4 Coach Tas tangan 13,4 5 Kate Spade Tas tangan 13,3 6 Michael Kors Tas tangan 12,7 7 Ulta Ritel kecantikan 12,7 8 Lululemon Alat olah raga 11,8 9 DSW Ritel sepatu 11,0 10 Nordstrom Ritel sepatu 10,0 11 Macy’s Ritel tas 9,3 12 Under Armour Alat olah raga 8,2 13 Adidas Alat olah raga 7,6 14 MAC Kosmetika 7,4 15 Steve Madden Sepatu 6,4 16 Urban Decay Kecantikan 5,9 17 Target Ritel olah raga 5,1 18 Forever 21 Ritel busana 4,7 19 Zappos.com Ritel sepatu 4,4 20 T.J. Maxx Ritel tas tangan 4,4 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Sumber: Conde Nast Inc., Goldman Sachs Group Inc., 2017 Tag : merek, goldman sachs, victoria\'s secret Editor : Saeno Sumber: http://lifestyle.bisnis.com/read/20170423/220/647447/20-merek-berikut-jadi-favorit-generasi-millennials.-ini-alasannya by Vicky Rachman - March 23, 2017
Menjelang akhir tahun 2013, Rido Nurul Adityawan terpaksa menjual barang-barang pribadinya, antara lain komputer jinjing dan kamera, untuk menambah biaya operasional bisnis Ayam Gepuk Pak Gembus yang didirikannya pada 2 Oktober 2013. Saat itu, modalnya semakin menipis karena hanya sedikit konsumen yang mengunjungi warungnya. “Sehari hanya 3-4 ekor ayam, namun saya tidak pantang menyerah,” ujar Rido mengenang. Warung Ayam Gepuk Pak Gembus yang pertama dibuka di Rido berlokasi di Jalan Pesanggrahan, Jakarta Barat. Warung kaki lima itu seluas 3 X 4 m2. Bisnis Rido bangkit dari keterpurukan saat memasuki bulan keenam. Konsumen memadati warungnya. Rido bisa menjual 12 ekor ayam setiap hari. Kini, ia berhasil menjual 4,6 ton ayam/hari dari hasil mewaralabakan Ayam Gepuk Pak Gembus. Omsetnya pun meroket, “Dalam sebulan hampir Rp 8 miliar. Untuk fee royalty-nya kami kenakan tarif Rp 500 setiap satu porsi,” ungkapnya. Harga seporsi ayam plus nasi dibanderol Rp 18 ribu. Dengan cara getok tular (word of mouth), Rido mempromosikan berbagai masakan khas Ayam Gepuk Pak Gembus. Ia juga bekerja sama dengan Grab Food dan Go Food untuk mempermudah pelanggan membeli ayam gepuknya. Perjalanan pria kelahiran Magelang, 29 Januari 1988, ini dalam membesarkan bisnis ayam gepuk berawal dari tekadnya untuk banting setir dari karyawan menjadi pengusaha. Ia meyisihkan gajinya selama bekerja di sejumlah perusahaan. Gaji Rido sebagai staf di MNC Sky Vision, misalnya, yang sebesar Rp 6 juta/bulan, rutin disisakan untuk menambah modal usaha. Ia berhenti sebagai karyawan ketika modalnya terkumpul Rp 26 juta. Modal kerjanya ini untuk membeli beragam kebutuhan, seperti tenda, gerobak dan kursi. Ia memilih usaha kuliner karena punya hobi memasak serta menikmati aneka macam kuliner bercitarasa pedas. Alumni D-3 Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Semarang ini mempelajari skema bisnis waralaba dari Internet yang dipelajarinya dalam sepekan. Setelah memahami seluk-beluk bisnis waralaba, ia menyodorkan proposal bisnis waralaba Ayam Gepuk Pak Gembus ke salah satu pelanggan setianya. Setelah kedua pihak saling sepakat, warung waralaba Ayam Gepuk Pak Gembus dibuka untuk pertama kali di kawasan Mangga Besar dan Kebon Sirih, Jakarta. Ketika itu, pemegang waralaba menyerahkan dana senilai Rp 15 juta kepada Rido. Untuk memancing minat pembeli waralaba lainnya, ia mempromosikan sistem waralaba Ayam Gepuk Pak Gembus di banner. Sistem waralabanya menganut tiga asas, yaitu kekeluargaan, beretika dan terpercaya. Pewaralaba yang melanggar tiga asas itu akan ditindak tegas. “Kami bersikap tegas dengan menutup warungnya,” Rido menegaskan. Saat ini, harga waralaba Ayam Gepuk Pak Gembus dibanderol Rp 30 juta-33 juta. Pembeli waralaba antara lain mendapatkan tenda, kursi, meja, dan 12 ekor ayam. Di awal pembukaan gerainya, si pemegang waralaba diwajibkan mempromosikan paket Rp 10 ribu (ayam dan nasi) dalam satu pekan. Saat ini, jumlah cabang Ayam Gepuk Pak Gembus mencapai 281 gerai yang tersebar di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek), Lampung, Medan, Makassar, Manado, Surabaya Jambi dan Palembang. “Juga, di Malaysia, Singapura, Hong Kong dan Filipina,” Rido menambahkan. Jumlah cabang di Jadetabek adalah yang terbanyak, yaitu 214 unit. Citarasa ayam gepuk dibuat seragam karena Rido memiliki tim pengontrol kualitas yang beranggotakan delapan orang. Ia juga menyediakan pelatih untuk meningkatkan keterampilan SDM di cabang. Cabang di Jadetabek wajib membeli bahan baku –ayam, tahu, tempe, lalapan dan aneka macam sate– di PT Yellow Food Indonesia, perusahaan yang didirikan Rido. Kurir akan mengirimkan bahan baku ke setiap cabang. Sebanyak 21 kurir disiagakan beserta kendaraan operasional yang terdiri dari lima mobil dan 16 sepeda motor. “Sedangkan cabang di luar Jadetabek hanya wajib membeli bumbu rahasianya saja,” Rido menerangkan. Nama “Pak Gembus” dipetik dari panggilan akrab Rido di masa kecil, yaitu Gembus. Adapun “Pak” digunakan karena merupakan sapaan bagi orang tua; sapaan yang populer di seluruh Indonesia. Menunya beragam, antara lain ayam, tahu, tempe dan sate. “Kelebihan kami adalah ayam dan sambalnya yang freshserta pelanggan bisa meminta jumlah cabai yang diinginkan,” tutur Rido. Ia tidak memungut biaya tambahan apabila konsumen ingin menambah nasi dan sambal. Kini, ia sendiri mempekerjakan 38 karyawan. “Kalau jumlah total karyawan dan pegawai di warung-warung cabang berkisar 600 orang,” tuturnya. Source: https://swa.co.id/youngster-inc/entrepreneur-youngsterinc/rido-nurul-adityawan-juragan-ayam-gepuk-beromset-rp-8-miliar 23/4/2017 0 Comments Nabilah Alsagoff (Pendiri dan CEO Doku): Merebut Risiko Membesarkan Payment Gatewayby Eddy Dwinanto Iskandar - April 22, 2017
Nabilah Alsagoff merupakan satu di antara sedikit wanita Indonesia yang sukses berkecimpung di ladang pria, yaitu industri teknologi informasi. Di bawah komandonya, Doku, penyedia pembayaran daring (dalam jaringan/online) yang bernaung di bawah PT Nusa Satu Inti Artha melejit hingga menjadi yang terbesar di industrinya. Doku bergerak di jasa payment processing, B2B, consumer, e-money dan remitance, dengan tiga produk utama: Doku Wallet, MyShortCart, serta sistem transaksi terintegrasi yang kompleks untuk perusahaan. Untuk menunjang bisnisnya, Doku berhasil bekerja sama dengan berbagai penyedia layanan keuangan seperti Visa, Mastercard, Mandiri, e-pay dan BRI. Perjalanan Nabilah dkk. membesarkan Doku penuh tantangan. Bahkan, saking sulitnya, ide pendirian Doku yang menggelinding sejak 2005 baru bisa terwujud dua tahun kemudian. “Karena, sejak 2005, sejak ide itu muncul, belum ada bisnis di payment gateway. Baru ada Air Asia yang memilikinya saat itu,” ujar Nabilah mengenang. Kala itu, bisa dibilang Doku adalah pemain lokal pertama yang masuk ke bisnis payment gateway. Kekuatan Nabilah dan timnya terlihat kala harus meyakinkan calon kliennya mengenai manfaat pembayaran daring yang kala itu belum semarak seperti sekarang. “Kami menjualnya dengan superpede (percaya diri), inilah kekuatan perempuan. You need to be passionate ketika mengelola bisnis baru, tidak boleh ragu-ragu,” ungkapnya lantang. Namun, dengan antusiasme yang menyala-nyala, tetap saja butuh waktu tiga tahun untuk meyakinkan dan mendapatkan klien pertama. “Klien pertama adalah toko bunga, baru kemudian Asuransi Sinar Mas,” kata Nabilah. Peluang sekaligus tantangan besar muncul ketika Doku mencoba menembus Garuda Indonesia yang saat itu tengah membangun branding layanan e-travel. Doku pun mulai menawarkan jasapembayaran elektronik dan daring. Waktu itu, 2008, Garuda menantang Doku membuat solusipayment gateway untuk daring. “Sangat menantang saat itu. Buat Garuda, itu juga hal baru, berisiko. Kami mau ambil risiko, karena kala itu belum ada yang berani ambil risiko,” tutur lulusan JurusanEnglish and Comparative Literature, Murdoch University, Australia, 1990, ini. Pertaruhannya terbayar. Proyek Garuda sukses dimenangi Doku. Sejak itulah, Doku mendapat kepercayaan dari bank karena terbukti mampu membangun solusi online payment gateway maskapaiflag carrier Indonesia. Pertumbuhan pembayaran daring mulai cerah pada 2010 ketika industri e-commerce merangkak naik. Sejak itu pula, layanan Doku terus berkembang. Yang terbaru adalah e-money yang izin resminya telah digenggam Doku. “Less cash society movement adalah pemicu berkembangnya industri ini,” kata Nabilah. Dan, berkat kegigihan dia bersama timnya, saat ini Doku sudah menggaet 24 ribumerchant, dan terkoneksi dengan 23 bank. Sejumlah perusahaan kakap pun menjadi klien Doku yang kini memiliki 217 karyawan, antara lain Air Asia, Sinar Mas Land, Oppo, Viva dan Indonesian Idol. Menurut Nabilah, kinerja Doku secara keseluruhan cukup moncer. Bahkan, lini payment gatewaytelah mencapai titik impas dengan pertumbuhan mencapai 30% per tahun. Pada 2013 saja, Doku mengumumkan telah memperoleh pencapaian total transaksi hingga US$ 1,1 miliar. “Targetnya, kami terus membangun end user customer. SME banyak, tetapi cara bertransaksinya lebih banyak masih lewat cash. Maka, ke depan, fokus kami membuat Doku sebagai customer oriented company,” katanya menegaskan. Anistasya Kristina,Vice President Public Relations Doku, memaparkan, bosnya memperhatikan secara rinci pekerjaannya, berorientasi pada hasil, dan mampu menghargai kerja keras karyawan. “Beliau sangat logis dan tegas menyikapi hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, namun cukup pengertian dan toleran untuk hal-hal yang berkaitan dengan pribadi,” kata Anistasya. Anistasya pun memberikan umpan balik kepada Nabilah. “Seberapa besar pun passion seseorang dalam berkarier, balance in life itu penting. Semoga beliau dapat terus asyik berkarya tanpa melupakan untuk juga menikmati hidup di luar kariernya,” demikian harapannya.(*) Editor : Harmanto Edy Djatmiko Journalist : Herning Banirestu Source: https://swa.co.id/swa/profile/profile-entrepreneur/nabilah-alsagoff-pendiri-dan-ceo-doku-merebut-risiko-membesarkan-payment-gateway by Vicky Rachman - April 6,2017
Bermodalkan Rp 5 juta, Nila Siti Fatimah bersama ibunya, Ida Rosida, sejak 2013 merintis bisnis Jukajo, minuman jus kacang hijau. Kapasitas produksi Jukajo pada 2013 sebanyak 600 botol/minggu. Setahun kemudian, volume produksinya meningkat 66%. “Sekarang, rata rata produksi Jukajo antara 2.000 dan 3.000 botol per hari, dengan nilai omset Rp 500 juta setiap bulan,” ungkap Nila. Merujuk angka penjualan harian itu, maka rata-rata penjualan Jukajo mencapai Rp 6 miliar setiap tahun. Bisnisnya melaju kencang sejak 2014. Guna memenuhi permintaan konsumen, Nila mempekerjakan 42 karyawan, 14 orang di antaranya di bagian produksi. Ia juga memiliki pegawai di divisi pengiriman produk yang ditunjang empat mobil dan tiga sepeda motor. Di masa mendatang, ia akan membuka cabang di lima kota besar serta memperluas rumah produksi dan mengembangkan penelitian untuk mengkaji khasiat Jukajo bagi ibu menyusui. Pada tahap awal, Nila bergerilya seorang diri dalam memasarkan Jukajo. Ia rajin mengirim contoh produk ke calon konsumen atau mengantar Jukajo ke alamat pembeli. “Saya kirim sendiri dari pintu ke pintu, mendatangi perusahaan dan mengirim tester-nya,” ujarnya. Ia menjalani tugasnya itu selama setengah tahun sejak pertama kali berbisnis minuman jus kacang hijau siap minum ini. Nila menjelaskan, setiap keuntungan dari penjualan produknya itu disisihkan untuk menambah modal buat membeli mesin guna meningkatkan kapasitas produksi. Itu dilakukan untuk menyiasati berbagai kendala yang menghadang laju bisnis Jukajo, antara lain kapasitas produksi yang terbatas atau fisik Nila yang terkuras karena kelelahan menjalankan operasional bisnisnya ini. Untung saja, suami Nila, Raja Fauzi, mengundurkan diri dari pekerjaannya untuk membantu operasional bisnis Jukajo. Menurut Nila, suaminya itu menangani pemasaran yang lebih sistematis dan efisien. “Sekarang peran suamiku sebagai CEO Jukajo, saya dan ibu sebagai founder,” ia menambahkan seraya menyebutkan, sang ibu adalah yang mencetuskan Jukajo sebagai nama mereknya. Nama Jukajo itu merupakan akronim dari “jus kacang ijo”. Pengalaman Raja bekerja sebagai manajer pemasaran di sebuah perusahaan cukup membantu pemasaran Jukajo. Raja, menurut Nila, sejak 2014 mengompilasikan data produksi dan penjualan sebagai acuan dalam menerapkan strategi pemasaran. Tujuannya, meningkatkan volume produksi serta penjualan. Kesimpulannya, produksi Jukajo harus ditingkatkan menjadi 600 botol per hari agar bisnis Jukajo semakin melejit ke depan. Pada Januari 2014, produksi Jukajo malah mencapai 1.000 botol/hari. Jukajo diproduksi di rumah pribadi Nila dan suaminya di kawasan Karawaci, Tangerang, Banten. Produknya ini dijual kembali oleh pembeli Jukajo. Mereka dikenal sebagaireseller. Saat ini, menurut Nila, ada 1.300 reseller Jukajo. “Prinsip kerja sama dengan reseller adalah beli putus,” ujar wanita kelahiran Jakarta 32 tahun silam ini. Harga Jukajo di tingkat reseller, Rp 15 ribu per botol. Adapun harga di toko ritel modern bervariasi. Di Mal Aeon, misalnya, Rp 22.800 dan di Foodhall Rp 24 ribu per botol. Pemasaran Jukajo juga dilakukan di media sosial. Nita merekrut karyawan yang khusus menangani penjualan Jukajo di dunia maya. Kini, varian minuman Jukajo terdiri dari jus kacang hijau, jus kacang merah dan jus kacang kedelai yang masing-masing dikemas dalam botol berukuran 350 ml. Nila menjual Jukajo ke reseller seharga Rp 11 ribu-13 ribu per botol. Kemudian,reseller menjualnya kembali ke konsumen seharga Rp 15 ribu-17 ribu. “Jukajo kacang merah yang saya jual ke reseller itu harganya lebih mahal dari Jukajo kacang hijau, yaitu Rp 13 ribu, sedangkan harga kacang hijau Rp 11 ribu. Kacang merah Jukajo ini berbeda karena menggunakan kacang merah azuki dari Jepang. Kami perintis jus kacang merah azuki ini,” ia menjelaskan. Alumni Akademi Sekretari dan Manajemen Taruna Bakti, Bandung, itu mengklaim, Jukajo berbeda dengan jus siap minum yang beredar di pasar. Jus produk kompetitor, menurut Nila, menggunakan sari kacang hijau. Sementara Jukajo, “Kacang hijau dalam bentuk jus. Produk yang selevel Jukajo itu belum ada di pasar,” ia menegaskan. Jukajo juga menggunakan santan, sehingga bisa bertahan selama tujuh hari, dan menggunakan air heksagonal –sebelumnya menggunakan air dalam kemasan konvensional. Air heksagonal ini disuling berkali-kali agar tingkat keasaman mencapai titik ideal bagi tubuh manusia, dan tingkat higienitas Jukajo pun semakin tinggi. Kualitas kemasan diperhatikan pula oleh Nila, seperti menggunakan botol hot fill agar mudah diproses pasteurisasi dalam suhu 50 derajat celcius. Sederet inovasi ini merupakan daya pikat Jukajo yang bisa menembus pasar korporat dan instansi pemerintah, misalnya kantor Sekretariat Negara yang rutin membeli produk ini. Untuk jamuan kenegaraan yang diadakan pemerintah, Nila menyediakan Jukajo premium. Harganya, Rp 55 ribu/liter, dan tidak dijual ke segmen ritel. Sekadar kilas balik, Nila memproduksi Jukajo ketika masih bekerja sebagai pramugari Garuda Indonesia. Adapun Ida adalah mantan pegawai Aero Catering Service. Kala itu, jus kacang hijau buatan Nila dan Ida memenangi lelang untuk menyediakan minuman di pesawat kepresidenan. Jukajo, seperti dikatakan Nila, adalah minuman favorit Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono. “Selama enam bulan, Jukajo adalah menu wajib di pesawat kepresidenan,” tuturnya. Reportase: Yosa Maulana , Riset: Sarah Ratna Herni Sumber: https://swa.co.id/youngster-inc/entrepreneur-youngsterinc/nila-siti-fatimah-raih-omset-rp-6-miliar-dari-jualan-jukajo by Yeffrie Yundiarto Prahadi - April 3, 2017
Nasib petani di Indonesia masih memprihatinkan. Tak heran, arus urbanisasi masih tak terbendung. Para anak-anak muda hijrah dari desa ke kota demi meningkatkan taraf hidup keluarga. Pondok Daya yang lahir sejak 2004 silam, salah satu misinya adalah meningkatkan kesejahteraan petani. Sehingga, mereka lebih fokus membangun desa ketimbang mengadu nasib di kota yang seringkali berujung pada kegagalan. “Kami memproduksi gula semut (brown sugar). Petani penderes paling miskin diantara petani yang lain. Mereka dulu hanya dapat Rp 2.000-3.000 perkilogram dari pabrik kecap. Bulan puasa lebih tinggi tapi tak sampai Rp 1.000 kenaikannya,” kata Ben Soegoro, founder CV Pondok Daya, produsen produk organik, seperti gula semut, VCO, dan lainnya. Nah, Pondok Daya bisa sedikit membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan membeli di harga Rp 5.000 perkilogram pada awal-awal berdiri. Saat ini, mereka mampu membeli di harga Rp 18.000 perkilogram dengan standar kualitas yang ditetapkan sesuai permintaan ekspor. Salah seorang petani, menurut Ben, ada yang bisa meraup hingga 15 juta setiap bulannya dari hasil menjual 15 kilogram gula semut setiap harinya. Ben Soegoro Founder Pondok Daya (belakang-tengah) “Itu bisa diperoleh dari 40 pohon kelapa miliknya. Kami juga berusaha membuat produk organik lain seperti jahe, kunyit, kayu manis, dan lainnya. Itu agar petani memiliki sumber pendapatan lain, tidak hanya dari gula semut,” kata pria lulusan Universitas Indonesia ini. Kondisi alam Indonesia yang subur, juga membantu para petani pemilik perkebunan kelapa. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra untuk perawatan tanaman. Kelapa tidak perlu mendapat pupuk kimia dan tidak memerlukan pestisida untuk tumbuh tinggi dan besar, cukup dengan pupuk kandang. Lain halnya dengan padi yang memerlukan perawatan ekstra, mulai dari pupuk dan pestisida. Produk organik memang mengharamkan penggunaan zat kimia. “Setiap petani yang ingin bergabung dengan kami harus diseleksi dulu. Mereka yang memiliki kebun kelapa dekat sawah kami tolak. Kami telah memiliki sertifikat organik yang harus diperbarui setiap tahun. Kami harus ketat karena kualitas adalah yang utama. Sekali barang kami jelek, susah untuk jualan,” kata dia. Saat ini, lanjut Ben, sudah ada 1.000 lebih petani yang bermitra dengan Pondok Daya. Mereka semua tergabung dalam 7 kelompok tani yang tersebar di wilayah Banjarnegara, Purbalingga, hingga Pangandaran. Satu kelompok tani ada yang memiliki 100 orang petani, 500 orang, bahkan ada yang 850 orang petani. Di usia yang ke-7, setelah mereka meresmikan usahanya pada 2010 silam, Ben dan kedua rekannya, yang sejak awal membangun dan membesarkan Pondok Daya memiliki sederet rencana besar. “Organisasi harus dirapihkan, pemasaran diperkuat, sistem yang terkait petani juga harus diperbaiki. Kami yakin peluang masih sangat besar. Dari awalnya, pemasaran via online, kami harus rajin ikut pameran di masing-masing benua. Harapannya, kami bisa dapat dobel sekitar Rp 20 miliar pada tahun ini,” kata pria yang tidak suka dengan rutinitas ini. Memanjat kelapa, salah satu kegiatan rutin petani yang menjadi mitra Pondok Daya Ayah dua anak ini tak hanya asal bicara. Ia mendapat info dari salah satu kliennya bahwa kapitalisasi pasar gula semut di Amerika Serikat mencapai US$ 600 juta sepanjang 2016 lalu dan diprediksi akan terus naik pada tahun ini menjadi US$ 800-900 juta. Tak hanya bersaing dengan pemain lokal, Pondok Daya juga harus terus meningkatkan kualitas agar tidak semakin tertinggal dengan para pemain di Filipina meski menawarkan harga sedikit lebih mahal. “Kualitas produk mereka memang lebih bagus. Tapi, kami masih bisa berjaya karena menawarkan harga lebih murah. Thailand, produknya tidak terlalu bagus. Mereka bahkan ingin belajar dari kami. Kami harus memiliki sertifikat HACCP atau ISO agar daya saing meningkat, juga memiliki gudang yang memenuhi standar tersebut. Potensi dari Amerika dan Eropa masih sangat besar,” ujar Ben. Saat ini, Negeri Paman Sam masih menjadi negara pengimpor terbesar yakni 80% dari gula semut yang diproduksi Pondok Daya. Disusul, Eropa, dan beberapa wilayah Asia Timur dan Australia. Mereka tengah mengincar Tiongkok setelah mencicipi gurihnya pasar di Taiwan. Dengan jumlah penduduk yang besar, permintaan dari negeri China daratan itu tentunya bakal menggiurkan. Permintaan yang terus naik akan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan petani. “Dulu, saya memang pernah ditipu petani. Tapi, saya bertekad menjadikan Pondok Daya sebagai korporasi besar yang menaungi banyak petani. Sehingga, kehadiran kami lebih dirasakan banyak orang. Indonesia kaya produk organik seperti kelapa, jahe, kunyit, kayu manis, dan lainnya. Potensi ini yang harus dikembangkan. Sulit mengatasi China di sektor manufaktur,” kata dia. https://swa.co.id/swa/profile/profile-entrepreneur/pernah-kena-tipu-petani-ben-kini-asuh-ribuan-petani Oleh Dedy Dahlan
KOMPAS.com -Kalau Anda pikir Instagram hanya untuk anak muda, anak iseng, ‘generasi receh’, atau angkatan ‘alay’ saja, berarti Anda telah kehilangan sebuah channel yang sangat berpotensi untuk mengembangkan bisnis kecil dan brand Anda dengan sangat dahsyat. Seorang pembaca buku saya, yang namanya kita sebut saja “Melati Totol Totol” (“Mawar” terlalu mainstream), punya kasus yang unik. Ia tidak bekerja, tapi selalu punya duit. Katanya punya bisnis skin care, tapi tidak punya toko. Katanya jualan online, tapi blog saja tidak paham. “Blog itu apa? Semacam hinaan ke orang yang artinya sinonim dengan bego ya?” tanyanya lugu. Tidak keluar modal untuk bikin web yang canggih, bahkan tidak punya pabrik. Hobinya selfie. Tapi kerjaannya, jalan- jalaaaaan terus ngabisin duit. Jualannya dari mana? Dari Instagram. Kerjaannya sehari- harinya apa? Memasang selfie dirinya dengan kulitnya yang mulus, dan menawarkan produk skin care yang dibuatnya dari rumahan. Ia menguangkan hobinya untuk selfie dan eksis. Instagram adalah salah satu media sosial dan jalur online terbesar saat ini, menggantikan popularitas Twitter, dengan jumlah user lebih dari 400 juta dan terus bertambah, serta pemakaian dalam urusan bisnis, branding, dan marketing yang makin lama makin populer. Di Mitologi Media, salah satu perusahaan saya yang bergerak di bidang Content Marketing Agency, kami membantu brand mengembangkan dan menyadari pentingnya Instagram. Kami mendapatkan lebih banyak brand, baik bisnis kecil, bisnis rumahan, ataupun brand personal, yang membangun identitas brandnya, dan bahkan membuka ‘lapak’ untuk menjual produk dan jasanya secara langsung, dan sukses melakukannya, hanya lewat internet. Dan dalam hal itu, instagram- pun menjadi lahan dan sarana yang sangat ideal untuk membangun hobi, minat, dan passion Anda menjadi sumber income tambahan Anda! Bagaimana membangun hobi Jadi income dengan Instagram Siapapun Anda, baik pemilik usaha, karyawan dengan usaha sampingan, mahasiswa yang mencari uang makan tambahan (supaya nggak melulu makan mie instan atau ngutang ke Bejo si tukang nasgor), ataupun pengangguran banyak acara yang ingin beken di internet, Instagram bisa jadi sarana membangun eksistensi Anda. Beberapa rumah makan berbasis “Mie Instan” tumbuh besar dengan membangun follower dan pelanggan via instagram. Bahkan, walau Anda adalah karyawan yang belum memulai usaha sampingan Anda, dan belum punya personal brand Anda, Instagrambisa membantu Anda memulai semua itu, dari hobi Anda! 1. Satu hobi dan bidang dalam setiap akun Instagram Untuk memulainya, pertama- tama, gali bidang yang memang Anda suka, hobi Anda yang memang ingin Anda jadikan usaha sampingan, dan minat yang ingin Anda jadikan sumber income tambahan. Ini bisa apapun, tidak ada batasan hobi yang bisa digali dan dikembangkan. Ingat, pembaca saya tadi itu hobinya selfie lho! Tapi yang terpenting, usahakan akun Anda memiliki fokus tema bidang/ lapangan hobi per akun. Bukan berarti dalam akun Anda isinya harus jualaaaaaan saja. Atau isinya produkkk saja. Justru ini akan membosankan. Tapi isi akun Anda perlu memiliki satu tema yang mengikatnya. Satu tema yang bisa menjelaskan isi akun, temanya, dan target hobinya. Ini tujuannya: -Internet adalah dunia ‘spesialis’. Fokus membuat Anda jadi ‘spesialis’. - Sistem mesin pencari seperti Google mencari berdasarkan keyword dan tema. Dengan satu akun satu hobi, ini memudahkan akun Anda ditemukan oleh target Anda. - Fokus tema akan membuat dan memposisikan brand Anda, tanpa fokus tema, akun Anda adalah akun biasa saja. 2. Kenali, Follow, dan Berinteraksi, dan Bekerja sama dengan Influencer Hobi Apapun hobi Anda, di Instagram pasti sudah ada influencer dalam bidang itu. Influencer adalah istilah kami untuk apa yang lebih populer disebut ‘Selebgram’. Mereka ini biasanya adalah akun- akun yang sudah punya segudang follower. Follow mereka, sering- seringlah like, dan comment post mereka, dan yang terpenting, sesekali, regram post mereka, dan anjurkan follower Anda untuk memfollow mereka. Seiring waktu, mereka akan melakukan hal yang sama untuk Anda. Bila ingin lebih cepat dan Anda punya dana lebih, Anda juga bisa membayar influencer ini untuk mempromosikan akun instagram Anda. Ingat, jangan sembarang mencari influencer, karena bisa- bisa Anda terlalu banyak membuang waktu untuk target audience yang tidak cocok untuk hobi dan passion Anda. Tingkatkan interaksi dengan influencer di bidang hobi dan passion Anda! 3. Kombinasi Content Komersial, Informatif, Bermanfaat, dan Menghibur Tujuan akun Anda ini adalah untuk memonetisasi hobi. Jadi Anda perlu mengangkat post- post yang menunjukkan jasa atau produk dari hobi Anda, atau ‘bukti- bukti’ keahlian Anda dalam bidang hobi Anda, dan pengalaman atau ‘jam terbang’ Anda. Anggap instagram Anda sebagai ‘ruang display’ Anda. -Kalau Anda adalah karyawan yang ingin mengembangkan hobi melukis digital sebagai profesi sampingan Anda, pamerkan karya- karya Anda. - Kalau Anda pegawai paruh waktu yang juga fotografer lepas, tunjukkan karya foto Anda. - Kalau Anda adalah ibu rumah tangga yang hobi memasak, share instavideo resep Anda. Tapi pada saat yang sama, jangan hanya isi akun Anda dengan content jualan. Tapi juga isilah dengan apa yang dicari orang di internet. Antara lain: - Informasi yang berharga. - Kutipan inspiratif dan tips praktis. - Humor dan jokes dalam bidang hobi Anda. Post keseharian Anda yang menunjukkan akun Anda adalah manusia. 4. Bangun Conversion dan Ubah Follower jadi Customer Muat data kontak, tuliskan email dan telepon yang dapat dihubungi, dan berinteraksilah dengan follower Anda. Kalau mungkin, berikan penawaran khusus untuk follower Anda, untuk memancing mereka menghubungi Anda, baik via telepon dan email, dengan tujuan untuk mendapatkan data kontak mereka. Inilah yang dalam agency kami disebut conversion dan lead generation. Data kontak dalam bentuk email dan telepon ini akan menjadi senjata Anda saat Anda menjual jasa atau produk dari hobi Anda nantinya, dan membuat Anda bisa menghubungi mereka secara langsung saat Anda memiliki penawaran baru! 5. Lakukan Sambil Bekerja, Analisa, dan Kembangkan Terus Indahnya menguangkan hobi lewat instagram, adalah hal ini bisa dimulai dan dilakukan sambil bekerja di kantor, sambil berkuliah, atau sambil melakukan profesi rutin harian Anda. Dengan melakukan ini, Anda bisa mengembangkan hobi Anda menjadi brand dan profesi lewat instagram, tanpa harus terbebani ‘harus cepat- cepat menghasilkan duit’. Artinya, Anda bisa terus melakukannya dengan rutin, dengan tenang, sambil terus menganalisa perkembangan akun Anda. Perhatikan: - Content seperti apa yang disukai dan tidak disukai follower Anda. - Siapa influencer yang paling berpengaruh dalam bidang hobi Anda. - Jam berapa jam ideal untuk komunitas hobi Anda. - Apa jasa dan produk yang paling memancing reaksi dan dibutuhkan follower Anda. Catat, dan kembangkan terus! Mengembangkan hobi dan Passion Anda lewat Instagram bisa dilakukan siapapun, kapanpun, sambil mengerjakan apapun. Jadi, kapan Anda mau mulai? http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/01/19/060700826/mengubah.hobi.jadi.duit.lewat.instagram |
News Archives
August 2021
News CategoriesAll Ekonomi Entrepreneur Finance Hukum/Peraturan Human Resources Profile Inspirasi Technology Umkm Umum |