Business and Management
Helping professionals and entrepreneurs develop their skills and businesses
11/8/2021 0 Comments Jangan Malu Untuk Melakukan Pivot![]() Kondisi dunia yang terus berubah dan berkembang, apalagi dalam masa krisis seperti ini, maka untuk bertahan dan tetap relevan maka kita harus tetap terus menyesuaikan diri. Kalau business kita sekarang tidak memberikan harapan yang baik, maka dalam Smart Business Map (SBM) kita punya 3 pilihan strategi yang sederhana: 1. Divergent atau memperlebar kategori usaha kita melalui diversifikasi yang masih berhubungan. Seperti tadinya hanya perusahaan Taxi sekarang jadi perusahaan Transportasi. 2. Convergent atau perkecil dan lebih fokus menjadi specialist yang lebih tajam. Seperti usaha kecantikan jadi specialist perawatan Jerawat (acne). 3. Kalau 2 pertama ngga bisa, maka ospi lain adalah pivot yang membuat kita keluar dari usaha inti kita. Seperti usaha tranportasi masuk ke business makanan. Tidak perlu malu dan takut untuk pivot kalau kita sudah melihat "future"business kita sekarang memang kecil harapan untuk berkembang. Namun perlu di ingat, biasanya PIVOTING itu adalah pilihan yang terakhir setelah dua pilihan lainnya sudah di berikan kesempatan untuk di coba atau di pertimbangkan. Divergence atau Convergence biasanya akan lebih cepat bisa di eksekusi, lebih murah dari sisi investasi karena banyak asset dan kompetensi business yang sudah ada selama ini akan bisa terpakai. Budi Isman #smartbusinessmap #entrepreneurs #wirausaha #success #teladan #naikkelas #business #sustainability #ceo #leadership #leader #manager #management #scaleup #budiisman #tanyajawab #mentoringbisnis #mulaibisnis #valuecreation #businessmodel #businessstrategy #startups #startupbusiness #bisnisukm #umkmindonesia
0 Comments
Dalam acara Economic Update yang di adakan oleh Radio Smart FM Surabaya bersama dengan Intiland, saya di minta untuk memberikan dan berbagi pengalaman dalam menghadapi situasi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dan banyaknya paradox yang terjadi sehingga banyak pengusaha dan perusahaan yang bingung dalam menetapkan rencana dan startegi mereka untuk tahun 2018.
Dengan data yang disampaikan pemerintah bahwa ekonomi kita masih tumbuh sekitar 5.0% - 5.2% tahun ini dan juga di prediksi pertumbuhan yang sama di tahun depan, maka banyak masyarakat, kalangan pengusaha yang tidak merasakan pertumbuhan tersebut. Dalam mencoba untuk melihat fenomena sekarang ini dan belajar dari pengalaman banyak business di masa lalu, maka kita bisa mendapatkan minimal 4 hal pokok yang harus kita perhatikan dan kelola untuk tahun-tahun yang akan datang agar business kita masih bisa "survive" dan berjalan secara berkesinabungan. Kita bisa pelajari bagaimana KODAK sebuah brand dan business yang sudah lebih seratus tahun dengan dominan menguasai industri fotografi dunia bisa bankrut di tahun 2012. Hancur karena tidak mau menerima kenyataan bahwa perubahan teknologi dan perilaku konsumen membuat fotografi berbasis digital adalah masa depan. Padahal penemuan awal Digital Photography adalah oleh KODAK itu sendiri. Nokia sebuah perusahaan kayu dan forestry yang berevolusi menjadi perusahaan teknologi komunikasi dan menjadi raja dalam industri Hand Phone selama puluhan tahun lupa akan faktor yang menyebabkan mereka sukses; yaitu revolusi dan perubahan arah business mereka karena melihat trend masa depan. Sekarang mereka masih berjuang untuk kembali bangkit karena sudah jauh kalah dari Apple, Samsung dan lainnya. Penjualan business hardware HP mereka ke Microsoft pun akhirnya tidak berbuah sukses. Business Mall di Amerika Serikat sudah merosot jauh dan banyak dari mereka yang tutup dan alih usaha. Business retail konvensional cukup terpengaruh oleh business retail online dan digital sehingga merekapun harus mencari format baru dalam pengembangan dan penyelamatan usaha mereka. Di Indonesia kita dengar sudah banyak Department Store Ramayana yang tutup dan konon kabarnya mereka ingin merubah format business nya menjadi sesuatu yang berbeda. Transmart kita lihat agresif ekspansi ke kota kota tier 2 dengan mengusung format mall lifestyle dimana fokusnya bukan retail dan belanja biasa namun kombinasi dari belanja, tempat nongkrong dan bermain. Lalu apa sebenarnya yang sedang terjadi...? Perubahan perilaku konsumen, hilangnya batasan negara akibat internet, komunikasi dan alur informasi yang bisa langsung seketika ke seluruh dunia, percepatan inovasi teknologi dalam berbagai bidang mengakibatkan banyak usaha yang lambat beradaptasi dan bertransformasi akan tergilas oleh kompetitor mereka dan juga menjadi tidak relevan lagi di mata konsumen mereka. Untuk menghadapi itu semua, ada beberapa faktor kunci yang perlu kita perhatikan. Terutama dalam membuat rencana business untuk tahun 2018 dan seterusnya: 1. CHANGE (perubahan) : business yang bisa bertahan adalah yang bisa beradaptasi dengan situasi baru dan dengan terstruktur melakukan perubahan dalam proses usaha mereka. Perubahan tersebut bisa hanya business proses, solusi yang diberikan ke konsumen, business model yang di terapkan maupun perubahan drastis kategori usaha yang mereka masuki. 2. SPEED (kecepatan) : banyak juga orang yang mengatakan "Speed Kills you" atau kecepatan akan membunuh anda. Mungkin hal ini benar dalam kondisi masa lalu dimana banyak alat dan teknologi pendukung belum ada sehingga bisa berakibat fatal. Namun sekarang dan kedepan, kecepatan bisa menjadi sebuah "competitive advantage" sebuah usaha dalam memenangkan persaingan. Ingat biasanya yang pertama akan menjadi pemimpin dalam bidangnya. Inovasi dan service yang lambat akan di tinggalkan konsumen. 3. DISRUPTIONS (Gangguan) : adalah kata baru yang sekarang lagi trend dibicarakan orang. Bagaimana Market place dan online shopping mengganggu retail konvesional. Uber, Gojek dan Grab mengganggu business taxi dan logistic. AirBnB bisa merajai business akomodasi dan mengganggu usaha kategori hotel dan penginapan. Business pinjaman uang tidak lagi dominasi perbankan namun sudah banyak startup FINTECH yang berhasil memberikan solusi yang tidak pernah bisa di berikan perbankan bagi pelanggan mereka. Kalau kita tidak memperhatikan fenomena ini dan beradaptasi segera, maka kemungkinan besar usaha kita maupun kategori industri kita pun akan di "disrupt" oleh pemain baru dengan business model yang baru. 4. RELEVANCE (relevan): kata yang sulit di cari padanannya dalam bahasa Indonesia. Namun relevan yang saya maksudkan disini adalah business, produk atau jasa anda masih berguna, bermanfaat dalam kondisi sekarang yang sudah berubah. Business Wartel sudah tidak relevan lagi buat konsumen karena adanya Hand Phone dan teknolgi wireless yang terjangkau. Business yang akan survive adalah yang oleh konsumen mereka masih di anggap relevan untuk memberikan solusi terhadap permasalahan mereka. Banyak memang business yang turun kinerjanya tahun ini seperti business retail yang pertumbuhannya minus hampir 20%. Namun kalau mau jujur, banyak juga yang tumbuh dengan baik seperti business online, usaha yang kategorinya berkaitan dengan pariwisata, pembangunan infrastruktur, business informasi dan teknologi, usaha kategori keuangan dan sebagainya. Mereka yang masih tumbuh adalah mereka yang bisa membaca arah dan trend masa depan. Baik dari sisi kebijakan dan arah pembangunan oleh pemerintah maupun jeli membaca arah perubahan perilaku konsumen di zaman sekarang. Salah satu inti dari pertanyaan yang harus selalu di jawab oleh pengusaha adalah apakah kita masih "RELEVAN" ..? Anda akan selalu bisa relevan kalau anda paham dan tahu problem apa yang ada di konsumen anda dan produk atau jasa anda bisa memberikan solusi yang tepat. Selamat membuat rencana usaha yang baru untuk tahun 2018 dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang kita bicarakan di atas tadi. Budi Isman Jakarta 29 Oktober 2017 Jakarta, 27 September 2017
Akhir-akhir ini banyak sekali kita membaca dan melihat baik di media mainstream maupun di media sosial persoalan pemerintahan yang sudah cukup memprihatinkan, yaitu masalah komunikasi yang di lakukan oleh para pejabat pemerintahan dan pembantu Presiden. Sebagai pimpinan eksekutif tertinggi, Presiden harusnya punya satu prosedur dalam menyampaikan kebijakan pemerintah kepada masyakarat termasuk juga dalam aturan komunikasi yang akan dilakukan oleh para pembantunya. Kesalahan komunikasi oleh team akan mempunyai dampak yang negatif, baik secara langsung maupun tidak. Persoalan internal pemerintahan seharusnya di selesaikan secara internal dan di komunikasikan secara terstruktur dan transparan kepada Rakyat. Itupun kalau di perlukan untuk di ketahui oleh masyarakat. Sebagai pembantu Presiden, Para mentri ataupun pajabat yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden juga harus paham bahwa mereka adalah sebuah team. Bukan hanya individu yang mempunyai agenda masing-masing tanpa koordinasi sama sekali. Kepemimpinan Presiden Jokowi akan di uji dalam cara beliau mengelola semua pembantunya untuk mencapai tujuan yang sudah di sepakati oleh bangsa dan Negara melalui perencanaan yang sudah di buat. Jangan biarkan para pembantu bertindak tanpa koordinasi, bekerja di luar rencana dan arahan yang sudah ada. Tegur dan berikan tindakan kepada mereka yang tidak sejalan dengan team dan kalau tidak bisa di perbaiki maka harus segera di ganti. Terlalu banyak bola liar yang ada sekarang yang membuat rakyat terbelah dan bingung. Presiden harus segera memutuskan rantai ketidak pastian ini dengan tindakan yang tegas dan komunikasikan kepada masyarakat. Tunjukan siapa yang Presiden dan siapa yang pembantu Presiden. "Kepemimpinan anda sedang di uji Pak Presiden Jokowi....." Budi Isman CEO Mikroinvestindo/Founder ProIndonesia Foundation Jakarta, 24 September 2017
Pertama kali bertemu beliau di tahun 2016 pada saat saya ikut menjadi penilai dan juri dalam program Kementrian Ristek dan Dikti yang memberikan hibah insetif dana bagi pengusaha pemula berbasis teknologi. Orang yang sederhana dan sangat "humble" namun mempunyai kemauan yang kuat untuk menciptakan teknologi yang akan bisa memberikan kontribusi kepada bangsa Indonesia. Teknologi yang beliau ciptaka dinamakan "Magic Ring" yang bisa menghemat bahan bakar sepeda motor 20% - 40%, memberikan tenaga yang lebih kuat sekaligus mendinginkan mesin karena kerja mesin menjadi optimal dengan RPM yang lebih rendah. Setelah beberapa pertemuan, akhirnya kemaren saya bersama partner datang kembali ke Solo tempat beliau tinggal untuk menindak lajuti keinginan kami bekerja sama dan mengembangkan usaha yang sudah beliau rintis sejak tahun 2012. Mendengar cerita di balik ciptaan Magic Ring ini, saya jadi sangat terharu karena perjuangan beliau ternyata cukup lama sejak tahun 2004. Pak Sumiyanto yang hanya tamat SMA bekerja di bengkel motor memang mempunyai hobby untuk mencoba memperbaiki kinerja sepeda motor yang beliau perbaiki dan rawat. Jatuh bangun dan gagal dalam membuat prototype Magic Ring yang pertama, banyaknya dana yang harus dikeluarkan untuk sampai mendapatkan hak PATEN penemuannya membuat beliau menjadi semakin bijak dan sabar. "Saya terus menerus Sholat Tahajud malam hari untuk mendapatkan petolongan dan bimbingan Allah pak Budi"... kata beliau menceritakan. Karena walaupun Paten sudah di dapatkan, hasil uji coba di BPPT dan segala persyaratan lainnya sudah di penuhi, masih banyak orang yang skeptis akan penemuan beliau. Maklum beliau yang hanya tamat SMA hanya tahu membuat suatu alat yang bagus untuk menghemat bahan bakar namun tidak punya pengetahuan yang banyak untuk memasarkan produk beliau. Dengan sulitnya penjualan di tambah dengan banyaknya beban keluarga yang harus di tanggung dimana 3 anak beliau harus kuliah, maka kesulitan itu seakan tiada hentinya. Sangat bersyukur beliau di tahun 2016, titik terang mulai kelihatan dengan lolosnya beliau dalam program IBT dari Kementrian Ristek dan Dikti sehingga pengembangan produk dan usaha beliau mulai bisa berjalan lebih lancar. Sekarang usaha beliau sudah semakin maju dan persiapan untuk akselerasi sudah di mulai. Produksi dan permintaan sudah mulai meningkat di tambah dengan adanya perjanjian kerja sama dengan perusahaan motor nasional VIAR yang menggunakan teknolgi dan MAGIC RING sebagai bagian dari komponen mereka. Permintaan yang dulunya hanya puluhan perbulan sekarang sudah mulai masuk ke angka 1,500 - 2,000 pcs per bulan. Semoga Pak Sumiyanto terus mengembangkan usahanya dan menciptakan teknologi-teknologi yang baru dan bermanfaat bagi Bangsa dan negara Indonesia. Dengan Magic Ring yang relatif murah jutaan sepeda motor di Indonesia bisa menghemat bahan bakar dan memberikan peningkatan kesejahteraan bagi pengguna sepeda motor sekaligus bisa mengurangi subsidi BBM pemerintah Indonesia. "Dream Big, Start Small"... Budi Isman CEO Mikroinvestindo/Founder Proindonesia foundation Ingat di tahun awal 90an waktu kembali ke Indonesia saya membeli rumah di Bintaro Jaya. Salah satu kesulitan saya waktu itu adalah mendapatkan line telepon dari Perusahaan Telkom. Waiting list dan antrian sangat panjang dan bisa bertahun-tahun menunggu dan belum tentu bisa mendapatkannya.
Melihat fenomena tersebut maka Telkom memberikan kesempatan untuk pegusaha mendirikan business WARTEL yang sangat menjamur dan menguntungakan pada saat itu. Namun seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi, maka Hand phone menjadi pilihan dan pelan tapi pasti Telepon biasa (Fixed Line) yang dulunya sulit di dapat sekarang di tinggalkan. Teknologi terus berkembang dengan cepat dan business WARTEL sudah masuk "kubur" kemudian trend yang baru datang adalah business WARNET. Business yang memberikan solusi kepada konsumen yang tidak punya personal computer dan Line Telepon akhirnya membanjiri WARNET. Bagaimana business WARNET sekarang? Pelan dan juga pasti akan mati kecuali mereka bisa berevolusi menjadi suatu business yang baru dan memberikan solusi terhadap persoalan konsumen yang baru. Mainframe computer di gantikan dengan mini computer. PC digantikan dengan Laptop dan Lap top sekarang digantikan oleh Smart Phone. Playing Field perusahaan Telekom dulunya mungkin hanya usaha Telepon khususnya fixed line. Namun dengan perkembangan zaman mereka harus berevolusi menjadi business yang lain. Sekarang mereka mungkin punya playing yang berbeda yaitu Informasi, Komunikasi dan telekomunikasi. Suatu bentuk permainan yang berbeda, dengan karakater konsumen yang berubah dan business model yang juga tidak sama lagi. Tanpa menyesuaiakan diri dengan perkembangan "Core Environment" yang cepat, maka PT Telkom juga akan mati. Berapa banyak perusahaan yang kita lihat malas berubah, arogan dengan business model yang sama selama ini, dan selalu menganggap mereka terlalu besar untuk di kalahkan. Salah satu penentu masa depan usaha kita adalah "relevancy" dari produk dan jasa kita. Dengan kata lain apakah anda masih relevan dan memberikan solusi bagi konsumen dan calon konsumen anda? Jakarta 2 Juli 2017 Budi Isman CEO Mikroinvestindo/Founder Smartplus Accelerator Founder OIM proindonesia Dalam dunia yang berubah secara cepat sekarang ini banyak kita menyaksikan perusahaan yang dengan cepat menjadi besar dan mendominasi kategori business mereka. Padahal sebelumnya kita melihat perusahaan yang besar dalam list Fortune 500, misalnya, banyak yang sudah ratusan tahun baru bisa menjadi sangat kuat dan besar.
Bandingkan dengan misalnya Facebook, Amazon, Alibaba, Microsoft, Apple, dan lainnya yang hanya beberapa puluh tahun sudah menjadi raksasa tersendiri. Di lain pihak kita juga melihat banyak perusahaan dan Brand yang dulunya mendominasi dunia juga tumbang seperti, Kodak dan Fuji, Nokia dan Blackberry, Friendster dan Myspace. Ada juga yang masih mencoba bertahan dengan segala cara, baik dengan mencari jati diri baru, diversifikasi, menjual sebagian lini business nya dan berubah secara total fokusnya. Kenapa perusahan besar yang punya sumberdaya dan dulunya mungkin terkenal inovatif sekarang malah hancur? namun yang lain malah bisa dengan cepat menjadi raksasa? Tentunya banyak faktor yang menyebabkannya. Biasanya faktor-faktor ini akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yang kalau kita tidak melihat secara komprehensif maka kita akan sulit menemukan jawabannya. Selama lebih dari 25 tahun saya menjalani hidup sebagai seorang pekerja profesional mulai dari bawah sampai titik paling tinggi menjadi CEO sebuah perusahaan multinasional dan besar, saya mendapatkan banyak sekali pelajaran yang mungkin tidak saya dapatkan pada waktu sekolah dulunya. Dalam mencoba untuk menuangkan pemikiran dan cara yang lebih mudah untuk melihat kesehatan sebuah usaha maka saya bersama-sama teman2 dari Gerakan Wirausaha Onein20Movement (OIM) proindonesia mencoba memberikan sebuah model yang mungkin akan lebih mudah di pakai. Model ini kami namakan Smart Business Map (SBM) yang di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu Playing Field, Market Landscape dan Operational Profitability. Kenapa alat atau "tools" ini yang saya selalu pakai dalam membenahi sebuah business atau melihat kesehatan sebuah usaha? Karena saya punya keyakinan bahwa maju dan mundurnya sebuah usaha tidak di pengaruhi oleh satu faktor saja. Tanpa melihat semua faktor ini maka ibarat seorang "dokter" mencoba memberikan obat kepada pasiennya tanpa data dan analisa yang lebih dalam yang bisa berakibat pasiennya tidak sembuh. Dalam pengalaman kami selama ini, baik bekerja di perusahaan besar maupun membantu para wirausaha yang masih kelas UMKM, maka business yang masih "baru" biasanya persoalan yang paling sering di dapatkan adalah masalah yang ada di faktor "Playing Field". Untuk usaha yang sudah mulai jalan dan mulai akselerasi dan berkembang biasanya persoalan yang sering kami temui adalah di Faktor "Market Landscape". Sedang perusahan besar dan sudah lama, banyak sekali persoalannya di bagian Operational Profitability. Lalu bagaimana caranya melihat kesehatan business kita dengan Smart Business Map (SBM) ini? Biasanya yang kami lakukan adalah membuat sebuah potret (Snapshot) dari usaha tersebut dengan menjawab 12 pertanyaan dasar yang ada dalam SBM. PLAYING FIELD 1. What is the problem your business is trying to solve? disini kita mencoba mencari inti dari business tersebut dan melihat sebetulnya apakah mereka memberikan solusi terhadap persoalan konsumen mereka? Karena pada dasarnya "Needs" dari konsumen hanya akan tercipta (ada) kalau ada persoalan yang ingin mereka selesaikan. Contoh sederhana adalah persoalan "lapar" yang ada di konsumen maka akan timbul business "makanan" 2. Who has the problem? Ini berkaitan dengan pertanyaan no 1. Karena kita harus jelas tahu siapa sebenarnya yang punya problem tersebut. Kalau dalam bahasa teorinya mungkin disini kita mencoba melihat "Target Market" atau "market segment" yang ingin kita berikan solusi dengan business kita. Kalau dengan contoh persoalan "lapar" di atas tanpa kita dengan jelas tahu siapa yang lapar tersebut, kemungkinan besar kita mencoba memberikan solusi makan untuk semua orang. Namun kalau kita fokus ke target market anak-anak, misalnya, maka mungkin solusi yang kita berikan adalah makanan yang khusus di design untuk anak-anak. 3. What is the solution? Banyak para pengusaha yang mulai business nya dengan membuat produk atau jasa, kemudian baru mencari pasarnya. Dalam kaitannya ini, kita melihat dulu problem dan keperluan dari target market kita, baru di coba memberikan solusinya. 4. How Big is the Market? Kalau pertanyaan 1-3 sudah bisa dilihat maka saya biasanya akan melihat seberapa besar pasar dari business tersebut, dengan solusi yang di berikan untuk target market yang sudah di identifikasi. Buat apa business yang potensi marketnya kecil dan tidak punya kemungkinan untuk berkembang di masa yanaga kan datang? 5. What Factors will impact the business? pertanyaan no 5 ini yang termasuk paling sering di abaikan oleh pengusaha, apa lagi usaha yang masih kecil. Padahal ada banyak faktor yang mungkin sulit anda kontrol (external factor) yang sangat mempengaruhi business anda. Apa saja yang penting kita pantau dan kelola? Ada faktor Pemerintah dengan kebijakan dan regulasi, faktor kompetitor/pesaing , faktor Tokoh masyarakat/LSM, Supplier , Teknologi yang berubah dan perubahan perilaku konsumen. Faktor-faktor ini harus kita jaga dan pantau karena semuanya ini bisa memberikan dampak yang negatif dan juga bisa menjadi positif terhadap business kita. MARKET LANDSCAPE 6. Why do people choose you? ini adalah pertanyaan yang mencoba melihat apa yang menjadi alasan konsumen untuk memelih produk atau jasa anda? Apa bedanya dengan yang lain? Nilai apa yang di berikan ke konsumen sehingga mereka menjadi tertarik? Penetapan harga anda bagaimana? 7. How do you sell your products? Konsumen sekarang, dengan banyak pilihan produk dan jasa, secara umum akan lebih memilih produk yang memang memberikan solusi untuk mereka dan mudah untuk mendapatkannya. Bagaimana caranya selama ini kita memasarkan produk kita. Sistem distribusi kita bagaimana? Apakah offline saja atau ada juga online distribution? Apakah kita memakai mediator atau melakukan direct selling? Business model anda juga menentukan sukses atau tidaknya usaha anda. 8. How do you keep your customer? business yang mempunyai customer yang loyal biasanya akan lebih lama bertahan dan maju. Konsumen yang sudah mencoba produk anda dan tanpa adanya cara untuk tetap melakukan "engagement" dengan mereka maka bisa jadi mereka akan berpindah ke hati yang lain. Karena kompetitor tidak akan diam saja. OPERATIONAL PROFITABILITY 9. How do you increase your revenue? Business tanpa cash flow akan mati. Cash flow yang baik hanya di dapat kalau ada penghasilan/revenue. Jadi melihat dari mana saja Revenue sebuah usaha akan sangat penting. Apakah revenue mereka tergantung kepada satau atau dua produk saja? Apakah ada income lain yang bisa memberikan tambahan? Bagaimana selama ini pertumbahan pendapatan mereka? Apakah dari penambahan konsumen saja atau ada juga dari penambahan pembelian dari setiap konsumen yang sudah ada? Banyak faktor lainnya yang harus kita lihat. 10. How do you manage your cost? Dalam kondisi ekonomi seperti sekarang ini maka perhatian kita terhadap pengelolaan biaya sangat penting. Karena secara sederhana keuntungan hanya dapat kalau Pendapatan lebih besar dari biaya? Kalau kita tidak bisa naikan pendapatan, logikanya kontrol biaya? Cek satu persatu item biaya yang paling besar...biasanya ada di biaya HPP dan Overhead cost. Kalau anda investasi terlalu agresif maka resiko dalam cash flow dan sekaligus kenaikan biaya. 11. What is your Core Resources? Setiap business pasti mempunyai "Core resources" yang harus di kelola dengan baik. Karena "Core resources" ini kalau tidak ada, maka perusahaan akan mati. Perusahaan konsultan dan jasa biasanya "core resources" mereka adalah SDM mereka. Perusahan Kopi Kapal Api "core resources" mereka adalah Kopi. 12. How do you develop your team? Saya adalah orang yang paling ngotot mencoba melihat masalah SDM dan team manajemen sebuah business. Karena ujung-ujungnya, saya selalu mengatakan "we are in people business". Tanpa SDM yang berkwalitas baik, punya budaya yang baik niscaya sebuah usaha akan mengalami kesulitan. Dana bisa di cari, teknologi dan mesin bisa di beli. Namun mengembangkan SDM akan membutuhkan waktu. Melihat 3 Faktor utama Playing Field, Market Landscape, Operational Profitability dengan 12 pertanyaan dasar, maka biasanya kita akan mendapatkan semacam Snapshot (Foto) dari kesehatan sebuah usaha. Dari sini kalau kita ingin melihat lebih dalam dengan data dan fakta yang ada akan lebih baik. Minimal dengan ini kita sudah mendapatkan titik fokus persoalan maupun area yang perlu di perbaiki. Semoga Bermanfaat Jakarta 1 Juli 2017 Budi Isman CEO Mikroinvestindo/Founder Smartplus Accelerator Founder OIM proindonesia APA ITU SBM? Smart Business Map (SBM) adalah sebuah tool, yang digunakan untuk mendiagnosa bisnis, sekaligus dapat digunakan untuk melakukan akselerasi bisnis. Selengkapnya klik >> http://bit.ly/apaitusbm www.Facebook.com/OIMproindonesia www.Twitter.com/OIMproindonesia www.Instagram.com/OIMproindonesia www.Facebook.com/groups/OIMproindonesia www.Telegram.me/OIMproindonesia LEARN, SUCCESS, SHARE Kasus keruntuhan 7-eleven bukan saja masalah yang terisolasi, namun membawa banyak dampak kepada arah dan kebijakan dalam memperbaiki ekosistem usaha di Indonesia. Bukan satu faktor yang kita bicarakan namun semua faktor ekosistem usaha seperti kebijakan pemerintah, perubahan perilaku konsumen, manajemen mata rantai pasokan (supply chain), teknologi, Key opnion leader, lembaga keuangan dan sebagainya.
Sebagai salah satu stake holder dan juga opinion leader. maka Dewan Perwakilan Rakyat akan mempunyai andil dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Yang menarik adalah bagaimana reaksi sebuah kejadian yang lagi jadi "trending topic" membuat salah satu anggota DPR ini mengeluarkan pernyataan yang cukup mengagetkan dan mungkin sekaligus mengecewakan pihak tertentu. Mengutip berita dari Merdeka.com: https://www.merdeka.com/uang/sevel-tutup-indomaret-cs-didoakan-segera-ikut.html "PT Modern Internasional Tbk telah mengumumkan penutupan semua gerai 7-Eleven (Sevel) per 30 Juni 2017. Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Fraksi Golkar, Bowo Sidik menanggapi positif ditutupnya Sevel. Menurutnya, dengan ditutupnya Sevel, peluang bagi usaha kecil untuk tumbuh dan berkembang menjadi lebih besar. "Ini poin positif. Mudah-mudahan bisa diambil masyarakat kita untuk buka warung-warung tradisional," ungkapnya kepada Merdeka.com di Jakarta, Rabu (28/6). Dia bahkan mengharapkan agar gerai lain seperti Indomaret dan Alfamart dapat mengikuti jejak Sevel. Sehingga pasar kembali menjadi milik usaha kecil dan menengah. "Alfamart Indomaret kalau bisa jangan di daerah-daerah. Kalau bisa ditutup itu juga bagus menurut saya, sebagai wakil rakyat saya mendukung supaya (Indomaret dan Alfamart) ditutup," tegasnya. Oleh karena itu, dia berharap agar pemerintah daerah dapat membuat peraturan yang tegas agar keberadaan gerai-gerai besar semisal Alfamart dan Indomaret tidak mematikan usaha kecil. "Regulasi (pemerintah daerah) tidak jelas sehingga ini mematikan teman-teman kita yang buka warung rokok warung lontong, karena semua dimonopoli semua," kata dia. "Pemerintah daerah harus jelas. Harus melarang untuk hidupkan warung tradisional, warung-warung kelontong," tutupnya. Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Mandey, menilai bahwa anggapan yang selama ini beredar di masyarakat terkait bisnis ritel dan mini market bisa mematikan warung kecil adalah keliru." Dalam banyak kesempatan kita sebagai pelaku usaha sering di buat bingung dengan pernyataan baik dari pihak eksekutif maupun legislatif. Apa lagi kalau pernyataan tersebut sangat tidak "produktif" dalam mencoba membangun ekosistem usaha yang berkeadilan namun sekaligus fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan zaman. Semoga pihak-pihak terkait bisa memberikan informasi dan pernyataan yang lebih konstruktif. Jakarta 30 Juni 2017 Budi Isman CEO Mikroinvestindo/Founder Smartplus Accelerator Jakarta 26 Juni 2017,
Seven Eleven sedang jadi topik hangat bagi kalangan entrepreneur, pengamat business maupun mungkin pemerintah sebagai regulator. Selain dari persoalan tidak atau belum terjadinya kesepakatan akuisisi oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia (CPRI) yang awalnya mau membeli dengan nilai 1 Triliun Rupiah, Sevel juga menjadi rujukan banyak pihak melihat kondisi business retail Indonesia. Banyak pihak yang mencoba memahami apa yang terjadi karena walaupun situasi ekonomi Indonesia tidaklah sebaik tahun-tahun sebelumnya, terutama di industri retail, namun menurut data APRINDO tahun 2016 masih ada pertumbuhan dan tahun 2017 di perkirakan masih tumbuh walaupun tidak sebaik tahun 2016. Justru kwartal 1 2017 APRINDO mengatakan pertumbuhan retail "Negative" sebesar 20% namun di harapkan akan pulih kembali di pertengahan tahun ini. APA YANG MENYEBABKAN SEVEL JATUH? Kalau kita baca berita dan analisis para pakar manajemen, blogger dan juga pemerintah, maka ada beberapa yang saya tangkap penyebabnya: 1. Business model yang tidak cocok 2. Industri retail yang sedang lesu 3. Kebijakan pemerintah yang melarang Mini Market menjual Alkohol 4. Kurang tanggapnya Regulator terhadap perkembangan business dan trend 5. Ekspansi yang agresif Prof. Rhenald Kasali dalam tulisan beliau di Kompas.com tanggal 26 juni 2017 cukup pedas mengkritik regulator yang beliau anggap cukup besar andilnya dalam persoalan Sevel ini. Saya kenal Prof. Rhenald dan mengagumi tulisan-tulisan beliau dan sering saya share dengan teman-teman pegiat wirausaha di tanah air. Analisis beliau yang cermat, tidak ngawur dan bisa di pertanggung jawabkan. Namun kali ini saya kurang sependapat dengan beliau karena banyak sekali faktor baik internal Sevel maupun external yang mempengaruhi kinerja Sevel sampai dengan kondisi sekarang ini. Tanpa kita paham secara detail dan melihat data Sevel secara utuh maka akan sulit kita memberikan analisa yang tepat. Namun dengan melihat data PT. Modern International tbk. yang tersedia, maka ada cukup banyak informasi yang bisa kita dapatkan untuk mencoba memberikan gambaran persoalan mereka. Dalam analisis yang biasa saya lakukan, alat sederhana yang selalu saya pakai adalah "Smart Business Map" dengan 3 komponen utama yaitu Playing field, Market Landscape dan Operational Profitability. Dari ke 3 komponen itu ada 12 pertanyaan inti yang saya coba jawab dan melihat kondisi kesehatan sebuah business seperti Sevel ini. PLAYING FIELD Melihat kondisi playing field Sevel Indonesia ini ada beberapa masalah yang saya lihat: 1. Industri retail yang mereka pilih dengan Category yang "Banci" mungkin menjadi masalah awal. Termasuk tentunya disini adalah masalah DNA business yang mereka pilih. Restoran/Cafe atau Convenience store? Jarang saya lihat business yang "banci" bisa sukses, karena pilihan category business dan DNA kita akan menentukan juga Persoalan (problem) konsumen yang ingin kita selesaikan, business model, Target Market, Value yang di ciptakan, Sales starategy sampai ke Operational model. " positioning dari bisnis ini yang diusung sejak awalnya buka gerai pertama di Bulungan pada akhir tahun 2009, yaitu untuk menjadi “Food Store Destination”, konsep 7-Eleven di Jakarta memang sengaja difokuskan untuk penyediaan makanan dan minuman segar dengan kualitas yang baik, aman dan higienis, cepat, nyaman dan praktis serta dengan harga yang terjangkau. Sekitar 50% area gerai memang digunakan untuk penyediaan berbagai macam program dan varian makanan dan minuman segar. " 2. Pemilihan Category yang menurut mereka sesuatu yang baru di tahun 2009 menyebabkan kurang tegasnya Target mereka. Karena business model mereka yang cukup mahal akan sulit bisa profitable kalau pada kenyataannya lebih banyak kalangan anak-anak muda yang datang untuk nogkrong atau pinjam tempat kumpul-kumpul dengan belanja yang sedikit. 3. Dengan potensi pasar retail yang masih cukup besar di Indonesia harusnya bukan menjadi persoalan untuk bisa berkembang. Namun dengan model business yang mereka ciptakan membuat Regulator menjadi kesulitan untuk menetapkan izin-izin mereka. Namun sebagai perusahaan yang profesional masalah "Core environment" yang bisa mempengaruhi kelangsungan business mereka harusnya sudah di antisipasi. Pemerintah adalah salah satu stake holder (Core environment) yang mereka harus kelola. Kalaupun ada kebijakan pemerintah yang negatif terhadap business mereka seharusnya mereka bergerak menyesuaikan atau kalau bisa melakukan lobby agar pihak pemerintah bisa memahami inovasi Sevel ini. MARKET LANDSCAPE Melihat Market Landscape mereka dari luar maka ada beberapa point yang menurut saya masih belum jelas: 1. Apa yang membedakan mereka dengan pesaing mereka? istilah simplenya Unique Selling Proposition (USP) mereka apa? Value apa yang mereka berikan kepada pelanggan mereka? Saya adalah pelanggan Sevel dari awal mereka buka gerai pertama di kawasan Blok M Jakarta. Yang saya rasakan perbedaanya hanyalah sebuah convenience store yang punya tempat duduk dan Wifi gratis dengan makanan siap saji yang terbatas menunya. Perbedaan yang mudah sekali di tiru oleh pesaing mereka, terutama Indomaret dan Alfamart yang sudah punya fondasi dan basis yang lebih kuat dan efisiensi operasional. 2. Basis dari sales dan distribusi mereka adalah gerai retail yang di buka di tempat yang strategis dan premium dan tentunya ini akan membawa dampak juga terhadap biaya yang mereka harus keluarkan. Walaupun mungkin banyak sekali gerai mereka mengambil alih tempat dan lokasi bekas usaha mereka sebelumnya (Modern Film/fuji) namun tetap akan ada biaya. 3. Sebagai sebuah "Brand" yang sudah terkenal di dunia dan indentik dengan "Convenience Store" maka agak sulit mereka akan lepas dari image tersebut dan mencoba menciptakan sebuah Category baru. OPERATIONAL PROFITABILITY Masalah Operational Profitability ini menurut saya adalah masalah mereka yang paling besar. Bukan masalah regulasi. 1. Melihat data keuangan mereka sejak tahun 2012 -2016 Sales Revenue mereka memang meningkat namun pertumbuhan revenue mereka (revenue generation) lebih disebabkan oleh pertumbuhan Horizontal gerai mereka sehingga sampai tahun 2014 mereka punya 190 Gerai dan baru tahun 2015 mereka tutup 20 gerai yang tidak produktif, namun membuka 18 gerai yang baru. Penurunan penjualan tahun 2015 dimana aturan baru pemerintah yang tidak memperbolehkan mini market menjual produk beralkohol rendah tidak terlihat banyak pengaruhnya. Outlet Sales Revenue Sales/per outlet Pertumbuhan 2014 190 971,771 M 5.1 M 2015 188 886,843 M 4.7 M -8.7% dari thn 2014 2016 161 675,275 M 4.2 M - 23.8% dari thn 2015 Tahun 2015 memang Sales revenue mereka mulai turun baik secara total maupun per outlet mereka. Kalau kita lakukan dengan perbandingan usaha retail lainnya seperti Alfamart maka mereka masih mencatat pertumbuhan positif. Begitu juga data APRINDO yang mengatakan tahun 2015-2016 masih adanya pertumbuhan retail tersebut. Dengan sales Revenue yang hanya rata-rata sekitar 4-5 M per tahun dengan gross margin yang kecil, maka akan sangat sulit mereka akan bisa bertahan. Dalam laporan mereka ke pemegang saham, mereka memang sudah mulai mencari "revenue stream" yang lain sperti menjual pulsa, pembayaran listrik dan sebagainya. Namun ini belum bisa menutup kekurangan dari pemasukan utama mereka makanan dan minuman. 2. Dari sisi biaya, saya lihat dalam laporan keungan mereka memang menjadi PR terbesar mereka. Operational cost mereka yang sangat tinggi, beban bunga jangka pendek dan panjang yang besar serta "Cash Flow" yang sudah mulai negatif sejak 2 tahun yang lalu menyulitkan operasional mereka. Mengutip penjelasan di Laporan Keuangan mereka tahun 2016: "Penjualan bersih pada 2016 turun sebesar Rp 337,3 Milliar atau sebesar -27,45% menjadi Rp 891,4 miliar dibandingkan 2015 sebesar Rp1.228,7 miliar. Penurunan pendapatan usaha ini terutama disebabkan oleh melambatnya daya beli dan konsumsi konsumen , kompetisi pasar yang tinggi serta hilangnya pendapatan dari penutupan 25 gerai yang tidak memberikan performa yang baik serta ketatnya arus kas Perseroan sehingga keberadaan persediaan di gerai- gerai terbatas. Untuk pendapatan komprehensif 2016, terjadi penurunan sebesar Rp 583,9 miliar atau turun sebesar –1066,2% jika dibanding dengan tahun sebelumnya, sehingga Perseroan mencatatkan kerugian sebesar Rp 638,7 Milliar. Faktor –faktor penyebab kerugian adalah karena penurunan pendapatan, penurunan margin gross profit untuk menjaga daya saing pasar , kenaikan biaya operasi akibat biaya penutupan gerai 7-Eleven yang serta biaya-biaya perampingan operasi bisnis seperti biaya pesangon bekas karyawan. " 3. Masalah lain yang mungkin bisa terjadi menurut saya adalah besarnya investasi mereka untuk Joint Venture dan persiapan business Fresh Food dan Central Kitchen. Ini adalah masalah "Core Resources" mereka. Namun mengelola core resources tidak selalu harus mendirikan pabrik dan supply sendiri. Apa lagi dengan kondisi Cash Flow yang kurang baik. 4. Yang mungkin tidak terlalu kelihatan adalah masalah Organisasi, Tim Manajemen dan SDM mereka. Dalam business apapun yang baik maupun yang sedang tidak baik masalah SDM dan tim manajemen pasti besar pengaruhnya. Secara singkat, masalah Seven-Eleven Indonesia ini multi dimensi dan tidak ada satu faktor saja yang mempengaruhinya. Namun secara umum, bisa kita lihat masalah internal pengelolaan yang menurut saya masalah yang paling besar dan bukan masalah external, apa lagi masalah regulasi yang menyangkut business retail dan mini market. Tidak salah menurut saya pihak Charoen menunda pembelian Sevel ini karena dengan nilai 1 Triliun mungkin terlalu mahal untuk sebuah business dengan Revenue 675 M setahun dan terus menurun dan lisensi Franchise yang tinggal 12 tahun. sayangnya saya tidak mendapatkan data book value dari business Seven-Eleven yang terpisah dari induknya. Budi Isman CEO Mikroinvestindo Founder Onein20Movement (OIM) proindonesia Berdasarkan informasi resmi PT Modern International Tbk kepada pihak OJK, maka karena tidak ada kesepakatan dalam rencana akuisisi PT Modern Sevel Indonesia oleh PT Charoen Phokpand Restu Indonesia maka seluruh kegiatan operasional geraai Sevel akan berhenti mulai tanggal 30 Juni 2017.
Penghentian ini karena memang PT Modern Sevel Indonesia sudah tidak mempunyai dana yang cukup untuk terus menjalankan usahanya. Oleh karena itu bagi teman-teman yang mempunyai kerja sama dan perdagangan dengan pihak Sevel sebaiknya segera di coba selesaikan. Kemungkinan besar kalau tidak ada calon pembeli business Sevel di Indonesia maka ada kemungkinan mereka akan menyatakan bangkrut. Pelajaran yang banyak di dapatkan dalam membangun business yang dulunya pionir dalam membuat business model baru, namun gagal bertahan karena tidak melihat core environment mereka yang sudah berubah banyak. Jakarta 23 Juni 2017 Budi Isman 27/4/2017 "Mengelola Karyawan Bermasalah" - RepostHari ini saya cukup banyak sharing dan Coaching tentang Mengelola karyawan dalam perusahaan.
Banyak teman-teman yang curhat dan bingung menghadapi karyawan yang kinerjanya tidak baik dan juga yang Bermasalah. Apa tips yang bisa kita lakukan: 1. Cari tahu AKAR permasalahan yang sebenarnya sebelum mencoba memberikan solusi. 2. Ada beberapa kemungkinan penyebab kinerja yang tidak baik yang bisa di coba perhatikan. 3. Apakah karyawan tsb punya pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai untuk pekerjaan tersebut? Kalau tidak maka mungkin memberikan training dan mentoring yang bisa memperbaiki itu jadi salah satu solusi. 4. Kalau karyawan tersebut memang tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan tersebut walaupun Sudah diberikan training dan mentoring, maka apakah masih mungkin ada pekerjaan yang lebih cocok untuk dia dengan kemampuan yang ada? 5. Kalau pekerjaan lain memang tidak ada maka sebaiknya segera di putuskan untuk di hentikan hubungan kerja nya dan jangan menunda sehingga menjadi masalah baru. 6. Kemungkinan lain kinerja tidak baik dan kalau karyawan sebenarnya kompeten dari sisi pengetahuan, ketrampilan dan sikap adalah masalah lingkungan kerja yang kurang mendukung. Apakah itu masalah komunikasi dengan teman-teman sekerja maupun hubungan dengan atasan. Kalau ini yang jadi persoalan dan kalau karyawan tersebut masih mempunyai sikap yang baik dan mau berkembang maka mencoba memberikan support akan bermanfaat. 7. Bagaimana kalau sikap dan karakter yang Bermasalah? Termasuk masalah integritas? Maka karyawan yang seperti ini sebaiknya segera di putuskan hubungan kerja nya karena akan menjadi kanker dalam perusahaan dan juga bisa membuat karyawan lainnya menjadi rusak dan suasana kerja menjadi tidak kondusif. Masih banyak lagi yang bisa dilakukan, namun tips sore ini cukup sampai disini dulu. Lain waktu kita bahas lagi. Jakarta 3 April 2017 Budi isman |
AuthorPengalaman sebagai profesional dan CEO beberapa perusahaan dan passionate mengembangkan wirausaha Indonesia CategoriesAll Business Entrepreneurship General Leadership Profile Inspirasi Technology UMKM Archives
August 2021
|